Ayah, Pendukung Utama untuk Seorang Ibu

Dwi AstariniDwi Astarini - Selasa, 03 April 2018
Ayah, Pendukung Utama untuk Seorang Ibu
Ayah harus ikut turun tangan mengurus anak. (foto: comedy flavor)

MENJADI ibu bukanlah hal yang mudah. Perubahan secara fisik dan emosi harus dilalui para perempuan yang baru saja melahirkan. Drastisnya perubahan yang dialami membuat beberapa perempuan mengalami episode kesedihan yang mendalam.

Baby blues, demikian sebutan untuk ibu baru yang mengalami naik-turun emosi secara ekstrem. Tanpa penanganan yang tepat, baby blues bisa berubah menjadi depresi yang membahayakan jiwa dan keselamatan ibu dan anak.

Dalam hal kesehatan mental seorang ibu, peran ayah amatlah penting. Hal itu diungkapkan pendiri Komunitas Mother Hope Indonesia Nur Yana Yirah. Mother Hope Indonesia sendiri merupakan komunitas yang memberikan dukungan mental bagi para ibu.

"Dukungan ayah untuk ibu pascamelahirkan sangat penting, untuk menyusui ataupun mencegah depresi pascamelahirkan," jelas Nur Yana ketika dihubungi Merahputih.com beberapa waktu lalu.

Pentingnya peran ayah itulah yang kemudian memunculkan ide pemberian cuti melahirkan bagi para PNS pria yang istrinya baru saja melahirkan. Selama masa cuti tersebut, para ayah bisa membantu dan mendukung para ibu baru dengan berbagai cara.

"Ayah harus dilibatkan agar ibu tahu bahwa tugas pengasuhan tidak seluruhnya dipegang oleh ibu seorang," kata Nur Yana.

Hal itu penting dilakukan ayah agar ibu tak merasa sendirian. Ia pun menyebut bahwa ayah merupakan pendukung utama bagi ibu. Dalam masa cuti yang diwacanakan selama sebulan itu, ayah bisa berbagi peran dengan ibu untuk mengurus anak.

"Saya rasa waktu sebulan cukup," ujarnya.

Nur Yana Yirah. (foto: Facebook)

Meskipun demikian, Nur Yana tak menampik bahwa budaya patriarki membuat ayah turun tangan untuk urusan domestik bukanlah hal umum.

"Karena di Indonesia, mayoritas menganut budaya patriarki. Enggak itu saja, ayah juga sering takut mengasuh bayi, merasa tidak terampil, ngeri, dan sebagainya," ujarnya.

Untuk itu, Nur Yanah memberikan saran agar pasangan melakukan pembicaraan jauh-jauh hari mengenai tata cara pengasuhan anak yang dikehendaki masing-masing. Ada baiknya pembicaraan dilakukan sejak awal masa kehamilan.

"Sebaiknya, dari awal kehamilan atau awal pernikahan, pasangan sudah menyepakati bagaimana pembagian peran yang hendak dilakukan saat punya anak, nanti. Semua itu dilakukan bukan karena ayah menjadi pihak yg takut sama istri, melainkan karena kerelaan, kasih sayang demi kepentingan bersama," sarannya.

Bagi para ibu yang menghadapi suami yang sudah telanjur cuek, Nur Yanah mengajak para ibu lebih proaktif berkomunikasi, juga bersabar menghadapi suami.

"Bicarakan apa yang bisa dibantu suami dengan jelas, misal, 'saya ingin mandi, tolong jaga adik bayi ya'. Istri juga jangan jadi superwoman yang semuanya harus dikerjakan sendirian," ujarnya.

Ia mengungkapkan suami cuek bukan berarti tak mau membantu, melainkan tidak paham harus membantu dari mana dan bagaimana. Itu disebabkan sifat kurang peka suami.

"Suami kan enggak bisa baca pikiran istri. Jangan berharap suami jadi peramal, ya," imbuhnya.

Untuk para suami, Nur Yana mencontohkan hal-hal yang bisa dilakukan untuk mendukung ibu baru, seperti:

1. Menemani ibu bersalin.

2. Mengantarkan istri ke dokter anak atau dokter kandungan, konselor laktasi, atau psikolog jika perlu.

3. Mengasuh si kakak.

4. Bergantian begadang merawat bayi di malam hari.

5. Membantu pekerjaan rumah.

6. Menyediakan ART atau nanny.

7. Mengatur jadwal kunjungan tamu pascamelahirkan.

8. Mendukung ibu untuk menyusui bayi.

9. Menjadi penengah saat ada perdebatan dengan ortu atau mertua perihal pengasuhan bayi.

10. Mengajak istri jalan jalan atau me time lainnya.

11. Tidak mengomentari fisik ibu yg gemuk, strectmark, dan sejenisnya

12. Membuat istri lebih PD dengan dirinya dan penampilannya.

13. Menjadi teman curhat yang baik dan tidak menghakimi.

14. Membiarkan ibu punya waktu buat diri sendiri, misal mandi.

15. Membelikan makanan favorit atau hadiah lain.

16. Bersabar dengan semua kekurangan istri.

Nur Yana menekankan bahwa dukungan untuk ibu baru tak hanya melulu untuk urusan domestik. Dukungan psikologis juga amat diperlukan para ibu.

Di akhir perbincangan, Nur Yanah memberikan pesan bagi pasangan suami-istri untuk saling mendukung.

"Saya pernah dengar dari Psikolog Vera Uli, suami perlu menyimpan kekurangan istri di depan mertua atau ortu baik baik. Hingga mertua tahu hanya baiknya saja. Begitu juga istri," pesannya.

Jadi para ayah, yuk mulai sayangi dan lebih peduli kepada ibu.(dwi)

Bagikan
Ditulis Oleh

Dwi Astarini

Love to read, enjoy writing, and so in to music.
Bagikan