Headline
Atasi Polusi Udara, Pengamat Sarankan Pemprov DKI Belajar dari Beijing
MerahPutih.Com - Masalah polusi udara di Jakarta belakangan menjadi sorotan banyak pihak. Sejumlah pegiat lingkungan hidup telah memperingatkan warga dan Pemprov DKI Jakarta, bahwa tingkat kualitas udara Ibu Kota jauh dari bersih apalagi sehat.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bukannya tinggal diam atas masalah tersebut. Salah satu upaya yang kini ramai dikritik publik yakni gerakan penanaman tanaman 'Lidah Mertua' yang diklaim bisa membantu mengatasi polusi.
Baca Juga: Polusi Udara Jakarta Pengaruhi Perubahan Iklim
Namun, menurut pengamat lingkungan perkotaan yang juga Direktur Eksekutif Komisi Penghapusan Bensin Bertimbal, Ahmad Safrudin, mengatakan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta harus meniru manajemen pengendalian udara Beijing di China dalam mengatasi persoalan polusi udara.
"Kenapa Beijing? Karena (polusi udara) kota itu complicated seperti Jakarta," kata Ahmad Safrudin di Jakarta, Rabu (24/7).
Merujuk catatan sejarah, tahun 1998 polusi udara di Beijing didominasi pembakaran batu bara dan kendaraan bermotor. Kota itu lantas menyatakan perang melawan polusi udara.
Beijing menerapkan sejumlah strategi optimalisasi infrastruktur energi, kontrol emisi kendaraan bermotor hingga pengendalian polusi batu bara.
Pada September 2016, kota itu membangun "Menara Bebas Asap" setinggi tujuh meter di Taman 751 D. Bangunan itu diklaim dapat menyerap polusi udara seluas lapangan bola dengan teknologi listrik statis.
Setelah dua dekade berselang, tepatnya tahun 2017, konsentrasi partikulat udara PM 2,5 turun sebesar 35 persen, PM 10 turun 55 persen, sulfur dioksida turun 83 persen, nitrogen oksida turun 43 persen dan senyawa organik yang mudah menguap turun 42 persen.
Manajemen kualitas udara itu didukung penegakan hukum lingkungan yang ketat. Meskipun beberapa ilmuan lingkungan menilai udara di Beijing masih tidak sehat karena belum sesuai standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), namun upaya pemerintahan kota tersebut dapat menjadi acuan bagi Jakarta.
"Beijing lebih parah dari kita (Jakarta), lebih besar dari kita dan lebih complicated, tapi kita ini kurang lebih seperti Beijing," jelas Ahmad Safrudin.
Selain Beijing, tambah dia, beberapa manajemen pengendalian polusi kota-kota di dunia juga dapat dijadikan contoh bagi Jakarta, seperti Tokyo di Jepang, Berlin di Jerman atau Sacramento di California.
Baca Juga: Penggugat Polusi Udara Jakarta Enggak Ngerti Jawaban Anies
Sementara itu untuk perbandingan yang setara di kawasan Asia Tenggara, Jakarta bisa belajar dari Bangkok di Thailand.
Menurut Ahmad Safrudin sebagaimana dilansir Antara, Bangkok melakukan sesuatu yang revolusioner terkait pengendalian pencemaran udara. Pemerintah Kota Bangkok melalui izin Raja Thailand mengembangkan kawasan layak bagi pejalan kaki, sehingga menekan angka pengguna kendaraan bermotor di kota tersebut.
"Mereka (kota-kota itu) bisa dijadikan contoh, tapi contoh itu tidak perlu ditiru mentah-mentah, kita adopsi beberapa kota kemudian kita formulasikan untuk kebutuhan Jakarta," tutupnya.(*)
Baca Juga: Digugat Terkait Polusi Udara Jakarta, Anies Sebut Penggugatnya Ikut Andil