Aroma Kematian dalam Pameran Titik Temu Proyek SKS

Zaimul Haq Elfan HabibZaimul Haq Elfan Habib - Rabu, 08 Agustus 2018
Aroma Kematian dalam Pameran Titik Temu Proyek SKS
Pengunjung kala melihat karya 'Rekam Jejak Seorang Demensia'. (MP/Zaimul)

NADA mencekam terdengar begitu jelas. Sejenak, suara perempuan mengucapkan kalimat-kalimat kematian menyusul dengan sedikit kicauan burung. Suasana makin kalut saat aroma pandan menyengat masuk ke rongga hidung.

Tak jauh dari sumber suara, terlihat seorang nenek sedang berdiri di antara kain-kain sulam mode usang. Si nenek tersenyum dan menjelaskan maksud dari ini semua.

"Apa arti kematian?," kata Adriani S. Sumantri, wanita paruh baya membuka percakapannya dengan merahputih.com.

"Kata itulah yang mengantarkan saya sampai ke sini," jelas perempuan karib disapa Ani tersebut.

Ucapan itu dilontarkannya saat Press Tour pameran bertajuk 'Titik Temu' yang digelar di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, Selasa (8/7).

Adriani S. Sumantri saat menjelaskan karyanya. (MP/Zaimul)
Adriani S. Sumantri saat menjelaskan karyanya. (MP/Zaimul)

Dalam pameran tersebut, karya Ani menjadi suguhan pertama. Dengan tema 'Etnografi Kematian', ia ingin menjelaskan pelajaran mengenai kematian untuk memahami kehidupan.

"Agar karya semakin hidup saya menyajikan bebunyian, aroma, dan benda seperti kain sebagai medium utama," jelas.

Dalam pameran 'Titik Temu', sebanyak 6 karya disuguhkan. kata Titik Temu lahir dari latar belakang para peserta pameran.

"Titik Temu merupakan kata yang tepat untuk merumuskan bagaimana pameran ini terjadi. Latar belakang pengetahuan, sosial, serta personalitas yang berbeda memberikan pengalaman artistik yang membentuk masing-masing peserta dalam pameran ini," kata Leonhard Bartolomeus, Kurator Titik Temu.

Pertemuan Nyong Tataruga dengan Penguasa Laut. (MP/Zaimul)
Pertemuan Nyong Tataruga dengan Penguasa Laut. (MP/Zaimul)

Selain Ani, terdapat lima tokoh dari berbagai latar belakang profesi dan keilmuaan turut menampilka karyanya. Gloria Pearl, salah satu karyawan swasta, mengusung tema 'Tutur Kata: Seni Rupa Modern Indonesia dalam Kutipan'. Glo yang merasa awam dengan sejarah seni rupa Indonesia mulai penasaran dan mencari jejak-jejak para perupa Indonesia, baik dalam buku, teks, maupun kutipan pendek.

Lain lagi dengan Ika Vantiani. Praktisi Seni Mandiri itu menyajikan karyanya bertema, 'Perempuan dalam Kamus Bahasa Indonesia.

Sementar, Mira Balya, memamerkan karya dengan tema 'Rekam Jejak Seorang Demensia'. Dalam karya ini ia bercerita dan meneliti tingkah laku orang di masa tua terkait seni.

Teakhir, M.S. Alwi, peserta asal medan ini memberi tema karyanya dengan 'Pertemuan Nyong Tataruga dengan Penguasa Laut'. Karyanya bercerita seputar nelayan dan laut.

Saniyyah Blesshanti adalah peserta terahir dengan tema 'Pahit Manis Seri I'. Dalam karyanya ia bercerita tentang pernikahan dan perceraian.

Pahit Manis Seri I. (MP/Zaimu)
Pahit Manis Seri I. (MP/Zaimul)

Keenam peserta tersebut semuanya berasal dari SKS. Sebuah sekolah yang mengajarkan seni kontenporer yang dikepalai oleh FX Harsono. Pameran ini merupakan bentuk dari tugas akhir. Dalam pameran ini mereka akan mempersentasikan karya yang merupakan penerjemahan dari berbagai macam materi.

Sebagai informasi, pameran Titik Temu berlangsung mulai tanggal 7 hingga 19 Agustus di Gedung B Galeri Nasional Indonesia, Jl. Medan Merdeka Timur No. 14, Jakarta Pusat. (Zai)

Baca juga: Mereduksi Keraguan "Setengah Isi/Setengah Kosong" Fiametta Gabriela

#Pameran Seni #Seni Rupa
Bagikan
Ditulis Oleh

Zaimul Haq Elfan Habib

Low Profile
Bagikan