Arkeolog Ungkap Asal Batu Stonehenge

Leonard Leonard - Minggu, 02 Agustus 2020
Arkeolog Ungkap Asal Batu Stonehenge

Asal-usul batu mungkin telah ditemukan oleh arkeolog. (Foto: Pexel/Bernd Feurich)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

SUSUNAN batu raksasa Stonehenge telah lama menjadi misteri. Salah satu yang jadi pertanyaan ialah asal batu-batu besar untuk membangun Stonehenge. Para ilmuwan silih berganti mencari titik terang dari misteri itu. Kini, petunjuk baru untuk menjawab pertanyaan kuno itu ditemukan.

Para arkeolog mengumumkan mereka berpotensi menemukan asal-usul batu sarsen yang terkenal sebagai pembentuk formasi Stonehenge. Menurut mereka, batu-batu itu mungkin berasal dari hutan barat dekat Marlborough, sekitar 24 km dari bangunan itu. Demikian diwartakan CNN.

Baca juga:

Lubang Raksasa Ungkap Rahasia Monumen Stonehenge

1
Para arkeolog temukan asal batu sarsen atau megalit. (Foto: Pexels/John Nail)

Selama berabad-abad, ada banyak teori tentang batu Stonehenge. Keduanya menyentuh sisi dari mana mereka berasal dan bagaimana mereka diangkut ke lokasi terakhir mereka di Wiltshire, Inggris.

Sebenarnya ada dua jenis batu yang digunakan untuk membuat lingkaran neolitik itu. Namun, penemuan baru-baru ini hanya berlaku untuk salah satu jenis, yakni sarsen atau megalit. Jenis lain, bluestones, yang lebih kecil daripada batu sarsen, diperkirakan berasal dari Bukit Preseli di Wales Barat Daya.

Batu-batu sarsen yang ukurannya lebih besar memiliki berat sekitar 20 ton. Ukuran batu itu mencapai 7 meter dan membentuk sebagian besar struktur. Para ahli memperkirakan, batu-batu itu berasal dari daerah yang jaraknya tidak jauh dari Wales.

Baca juga:

Stonehenge Menyiarkan Solstice Musim Panas Pertama kalinya Secara Daring

2
Batu sarsen mungkin berasal dari daerah tak jauh dari Wales. (Foto: Pexels/Kris Schulze)

Menurut sebuah pernyataan dari English Heritage, para ilmuwan menduga batu-batu itu berasal dari dekat Marlborough. Namun, sampai hari ini, hal itu hampir tidak mungkin diverifikasi. Inti dari salah satu batu yang berisi informasi penting tentang dari mana batu itu berasal telah dihapus saat renovasi selama 1950-an. Batu itu baru dikembalikan pada 2019.

"Saat Robert (salah satu karyawan mereka) memutuskan untuk mengembalikan bagian inti tahun lalu, para ahli mulai menyusun puzzle," ujar English Heritage dalam sebuah kicauan di Twitter.

Para ilmuwan membandingkan intinya dengan batu sarsen lainnya di seluruh Inggris. Dari sana, mereka sampai pada kesimpulan. "Hasilnya menunjukkan kecocokan terbaik dengan satu lokasi tertentu. Pada akhirnya, itu mengungkapkan asal dari mana batu sarsen raksasa itu," ujar mereka.

Namun, Marlborough merupakan lokasi dengan tingkat kecocokan terbaik di Inggris untuk batu yang diuji. Namun, ternyata ada batu lain yang bisa berasal di daerah lain. "Walaupun ini bisa saja suatu kebetulan, mungkin kehadiran mereka menandai pekerjaan berbagai komunitas yang membangun dan memilih untuk mengambil bahan mereka dari bagian lanskap yang berbeda," ujarnya dalam studi yang dipublikasikan di Science Advances.

Mengenai pertanyaan mengapa orang-orang neolitikum memilih batu-batu tertentu dari daerah-daerah tertentu, yang beberapa di antaranya cukup jauh, para ahli punya pendapat. “Kita sekarang dapat mengatakan, ketika mencari sarsen, tujuan utamanya ialah ukuran. Mereka menginginkan batu ukuran terbesar dan paling substansial yang dapat mereka temukan. Akan masuk akal untuk mendapatkannya sedekat mungkin,” kata sejarawan Susan Greaney, rekan penulis studi, seperti dilansir CNN. Namun, para ahli belum bisa mengungkap batu-batu raksasa itu diangkut. Itu masih menjadi sebuah misteri.

Meski masih ada banyak pertanyaan yang harus dijawab, studi terbaru bisa menjadi batu loncatan ke arah yang benar. Bisa menunjukkan dengan tepat area yang digunakan para pencipta Stonehenge untuk mengumpulkan bahan-bahan mereka sekitar 2500 SM, menurut Greaney, merupakan suatu sensasi yang nyata. "Sekarang kita dapat mulai memahami rute yang mungkin telah mereka tempuh dan menambahkan bagian lain ke dalam teka-teki," imbuhnya. (lgi)

Baca juga:

Dengan Tekonologi Modern Mampu Membaca Kota Kuno di Bawah Tanah

#Sains
Bagikan
Ditulis Oleh

Leonard

Berita Terkait

Dunia
Ilmuwan Peneliti Material Baru Terima Hadiah Nobel Kimia, Temuannya Dapat Bantu Selamatkan Planet
Penemuan mereka berpotensi mengatasi beberapa masalah terbesar di planet ini, termasuk menangkap karbon dioksida untuk membantu mengatasi perubahan iklim dan mengurangi polusi plastik melalui pendekatan kimia.
Dwi Astarini - Jumat, 10 Oktober 2025
 Ilmuwan Peneliti Material Baru Terima Hadiah Nobel Kimia, Temuannya Dapat Bantu Selamatkan Planet
Dunia
Tiga Ilmuwan Raih Hadiah Nobel Fisika, Berjasa dalam Komputasi Kuantum
Membuka jalan bagi lahirnya generasi baru komputer superkuat.
Dwi Astarini - Rabu, 08 Oktober 2025
Tiga Ilmuwan Raih Hadiah Nobel Fisika, Berjasa dalam Komputasi Kuantum
Lifestyle
Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia
Temuan ini akan membantu ilmuwan mencari pengobatan baru bagi manusia.
Dwi Astarini - Jumat, 15 Agustus 2025
Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia
Lifestyle
Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim
Artropoda disebut menjadi sumber makanan penting bagi burung dan hewan yang lebih besar.??
Dwi Astarini - Kamis, 07 Agustus 2025
Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim
Dunia
Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii
Pompeii setelah tahun 79 muncul kembali, bukan sebagai kota, melainkan sebagai kumpulan bangunan yang rapuh dan suram, semacam kamp.
Dwi Astarini - Kamis, 07 Agustus 2025
Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii
Lifestyle
Batu Mars Terbesar di Dunia Dilelang, Terjual Seharga Rp 86,25 Miliar
Dikenal dengan nama NWA 16788, meteorit ini memiliki berat 24,5 kilogram.
Dwi Astarini - Kamis, 17 Juli 2025
Batu Mars Terbesar di Dunia Dilelang, Terjual Seharga Rp 86,25 Miliar
Lifestyle
Jokowi Terkena Alergi Parah, para Ahli Sebut Perubahan Iklim Memperburuk Kondisi Ini
Gejala alergi tak lagi bisa dianggap sepele.
Dwi Astarini - Senin, 23 Juni 2025
Jokowi Terkena Alergi Parah, para Ahli Sebut Perubahan Iklim Memperburuk Kondisi Ini
Fun
Kenapa Kita Suka Share dan Lihat Konten Hewan Lucu di Media Sosial? Ini Jawaban Ilmiahnya!
Sebuah studi dari Concordia University mengungkap bahwa membagikan foto atau video hewan lucu di media sosial ternyata bisa memperkuat koneksi dan hubungan digital. Simak penjelasannya!
Hendaru Tri Hanggoro - Jumat, 13 Juni 2025
Kenapa Kita Suka Share dan Lihat Konten Hewan Lucu di Media Sosial? Ini Jawaban Ilmiahnya!
Fun
Strawberry Moon di Yogyakarta dan Malang! Ini Fakta Menarik di Baliknya yang Terjadi 18,6 Tahun Sekali
Strawberry Moon bukan berarti bulan berwarna merah muda. Simak fakta menarik tentang fenomena langit langka yang hanya terjadi setiap 18,6 tahun sekali ini.
Hendaru Tri Hanggoro - Kamis, 12 Juni 2025
Strawberry Moon di Yogyakarta dan Malang! Ini Fakta Menarik di Baliknya yang Terjadi 18,6 Tahun Sekali
Fun
Bahaya Screen Time Terlalu Lama Bagi Anak, Dari Cemas hingga Agresif
Studi dari American Psychological Association temukan bahwa screen time berlebihan berkaitan dengan kecemasan, depresi, dan agresi pada anak-anak. Konten dan dukungan emosional juga berperan penting.
Hendaru Tri Hanggoro - Rabu, 11 Juni 2025
Bahaya Screen Time Terlalu Lama Bagi Anak, Dari Cemas hingga Agresif
Bagikan