MerahPutih.Com - Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Arief Poyuono mendesak Kapolri Tito Karnavian untuk mengusut tuntas kasus penganiayaan yang dialami aktivis Ratna Sarumpaet oleh orang tak dikenal beberapa waktu lalu di Bandung, Jawa Barat.
"Kalau polisi tidak bisa mengusut tuntas, saya minta Kapolri mundur, saya minta Tito mundur. Artinya Kapolri dalam mengatur anak buahnya sudah gagal," kata Arief Poyuono dalam acara 'Solidaritas Demokrasi untuk Ibu Ratna Sarumpaet', di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (2/10).
Arief memberikan waktu tujuh hari kepada jenderal bintang empat tersebut untuk mengungkap kasus penganiayaan terhadap aktivis perempuan yang kerap melontarkan kritik tajam kepada pemerintah Jokowi itu.
"Kalau tujuh hari tidak juga ditemukan oleh Kapolri, dalam hal ini Fraksi Gerindra (Cs) akan memanggil Kapolri. Saya pribadi akan minta Pak Jokowi untuk copot Kapolri karena tidak becus menemukan siapa aktor dibalik kekerasan di terhadap Ibu Ratna Sarumpaet," tegas dia.

Menurut Arief, Ratna adalah aktivis yang sangat peduli dengan kemanusiaan. Dia menyebut penganiayaan terhadap Ratna merupakan bentuk penghinaan terhadap wanita Indonesia.
Arief menegaskan, jika Presiden Jokowi tidak bisa melindungi seorang ibu (Ratna) artinya kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) itu tidak bisa melindungi ibu Pertiwi.
"Kalau seorang wanita di negeri demokrasi seperti ini masih mengalami kekerasan, artinya sangat mundur. Kita harus lawan kekerasan dan saya minta Joko Widodo juga harus berani melawan kekerasan," tandasnya.

Ratna Sarumpaet dikabarkan dikeroyok orang tak dikenal di Bandung, Jabar, pada Jumat (21/9). Foto seseorang yang diduga Ratna beredar di kalangan wartawan dengan bengkak di bagian wajah. Dalam foto tersebut, diduga Ratna berada di sebuah ruangan di rumah sakit.
Pantauan merahputih.com, sejumlah tokoh yang hadir di dalam acara 'Solidaritas Demokrasi untuk Ibu Ratna Sarumpaet' ini di antaranya Aktivis Malapetaka 15 Januari 1974 (Malari), Hariman Siregar, Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah, Politisi Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean.
Kemudian mantan Kapolda Metro Jaya Nugroho Jayusman, Aktivis senior Syahganda Nainggolan, Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama Yusuf Martak dan Eggy Sudjana.(Pon)
Baca berita menarik lainnya dalam artikel: Ratna Sarumpaet Dianiaya, Aktivis Senior: Demokrasi Itu Adu Gagasan Bukan Bonyok-bonyokan