APPLE telah menangguhkan salah satu mitra manufaktur utamanya karena melanggar aturan ketenagakerjaan terkait pekerja pelajar. Bloomberg melaporkan Pegatron Taiwan menyuruh mereka bekerja pada shift malam dan lembur.
Menurut laporan itu, Pegatron kemudian melakukan upaya besar-besaran untuk menutupi kesalahan yang ditemukan Apple beberapa minggu lalu.
Baca juga:
Tidak Terima Diperdaya Aplikasi Judi, Seorang Pengguna Tuntut Apple
Insiden itu merupakan yang terbaru dari serangkaian insiden penting tentang Pegatron dan cara mereka memperlakukan karyawannya.

Seperti yang dilansir dari laman engadget, pada 2014, BBC membawa kamera tersembunyi ke dalam fasilitas untuk menunjukan beberapa pelanggaran standar dari perumahan pekerja, penggunaan KTP, dan pekerja remaja.
Praktik menahan KTP Pekerja, bisa menyebabkan mereka tidak bisa mendapatkan pekerjaan di tempat lain, sehingga mereka berhenti dari pekerjaanya.
Karyawan pun dikatakan telah tinggal di asrama di bawah standar, dan bekerja lebih lama dari kewajibannya. Laporan lain menyatakan, bahwa pekerja diberi APD yang tidak memadai untuk bekerja di jalur produksi yang berbahaya.
Apple mengontrakkan hampir semua produksinya kepada pihak ketiga, tetapi tetap bertanggung jawab atas standar etika yang digunakan.
Hubungan pihak ketiganya yang paling terkenal yakni dengan Hon Hai Precision Industry atau Foxconn, di mana serangkaian karyawannya meninggal lantaran bunuh diri.
Pada 2017, Foxconn ditemukan telah memaksa siswa sekolah menengah bekerja 11 jam sehari untuk membuat iPhone X atau mereka tidak akan lulus.
Mitra lainnya, Catcher Technology ditemukan telah membuat karyawan berdiri selama 10 jam sehari di lingkungan yang beracun tanpa APD pada 2018. Itu termasuk pekerja yang berdiri di samping suara 80 desibel yang tidak diberi penyumbat telinga, dan tepapar partikel logam tanpa kacamata.
Baca juga:
Google Diduga Bayar Apple Rp175,8 Triliun untuk Jadi Pencarian Default
Para pekerja dibiarkan tidur di asrama yang kotor dan tak memiliki air panas, bahkan fasilitas kamar mandi yang sederhana.

Kemudian pada 2019, Apple mengakui bahwa Foxconn telah mempekerjakan terlalu banyak pekerja sementara untuk menangani lonjakan permintaan, yang melanggar undang-undang setempat.
Pada tahun yang sama, sebuah kelompok hak asasi manusia mengatakan, bahwa Quanta Computer, produsen lain, melanggar undang-undang ketenagakerjaan dengan menggunakan remaja 'magang' untuk bekerja pada shift malam.
Apple mengatakan bahwa program audit pemasoknya telah bekerja keras, untuk memperbaiki kondisi dan mengurangi pelanggaran aturan di pabrik pemasoknya.
Ketika program dimulai pada 2014, dikatakan hanya 26 persen pabrik yang berkinerja terbaik, angka yang meningkat menjadi 82 persen pada 2019.
Dalam hal ini, Pegatron mengatakan telah memecat manajer yang bertanggung jawab. Lalu Apple mengatakan bahwa mereka tidak menemukan bukti kerja paksa.
Pegatron menambahkan bahwa mereka akan memperbaiki masalah dengan praktiknya saat ini, dan akan memberi kompensasi kepada pekerja yang terpengaruh.
Sementara itu, Bloomberg mengatakan penangguhan Pegatron yang hanya mencakup bisnis baru, bisa memberikan kesempatan kepada produsen saingan untuk mendapatkan bisnis iPhone menguntungkan dari Apple.
Kabarnya, Luxshare, merupakan perusahaan pertama di daratan Tiongkok yang dapat ditugaskan untuk membangun smartphone baru. (ryn)
Baca juga: