Antara Terompet, Vespa dan Cilok Banten
COVID-19 dan PSBB merusak sendi-sendi perekonomian hampir di segala lini, termasuk di dunia seni pertunjukan musik. Musisi jazz Banten harus kehilangan banyak pekerjaan, akibatnya mereka harus memutar otak dan merambah usaha di luar bidang mereka. Salah satunya adalah Purwo Rubiono yang mengabaikan reputasinya sebagai musisi jazz terkenal di Serang Banten.
Ia yang lebih akrab dengan panggilan Cak Wo, berjualan Cilok demi memenuhi kebutuhan keluarganya "Teman-teman musisi jazz banyak kehilangan pekerjaan manggung acara maupun reguler, jadi kita harus kretif om, yang penting halal," katanya kepada Merahputih.com.
Baca juga:
Untuk mengusir kebosanan saat menunggu pembeli, ia bermain terompet di atas vespa yang menjadi lapaknya. Terkadang bermain biola seolah-olah alat musik itu jadi frekuensi pemanggil bagi pembeli ciloknya.
"Pekerjaan reguler itu ya manggung di cafe-cafe dan hotel, sebelum PSBB kita main setiap hari, itu untuk memenuhi kebutuhan bulanan, kontrakan, listrik, iuran perumahan. Sedangkan pekerjaan acara kita gunakan untuk memenuhi kebutuhan makan," katanya.
"Sebelumnya saya bertahan hidup dari tabungan tapi itu hanya sampai bulan Juni lalu, dan cilok ini jajanan rakyat yang mudah dipasarkan. Orang tidak berpikir panjang untuk membeli cilok buatan istri saya ini," lanjut Cak Wo.
Cak Wo bukan satu-satunya musisi jazz yang mengambil langkah demikian, ada yang berjualan ayam, mengajar kursus privat, bahkan ada yang membuat lagu untuk partai. Sebagai orang yang profesinya hidup dari keramaian, ia berharap PSBB dihentikan. Menurutnya kita manusia seharusnya tidak dikalahkan oleh COVID-19, kita bisa menangani situasi itu dengan cara menjaga kebersihan dan kesehatan dalam segala situasi. (De Sucitra/Banten)
Baca juga: