Banyuwangi, Bumi Blambangan

Menyigi Asal-Usul Nama Banyuwangi!

Noer ArdiansjahNoer Ardiansjah - Rabu, 12 September 2018
Menyigi Asal-Usul Nama Banyuwangi!
Banyuwangi. (Sumber: wikipedia.org)

WILAYAH ujung timur Pulau Jawa kini menyimpan cerita turun-temurun mengenai asal-usul tempat nan semula bernama Blambangan.

Iwan Suprijanto dalam buku Rumah Tradisional Osing: Konsep dan Bentuk mengisahkan, nama Banyuwangi berawal dari cerita masyarakat yang terus berkembang dan diyakini hingga saat ini. "Dahulu kala wilayah ujung timur Pulau Jawa (Banyuwangi) yang alamnya begitu indah ini dipimpin oleh seorang raja yang bernama Prabu Sulahkromo," tulisnya.

Di dalam kerajaan tersebut, sang raja dibantu oleh seorang patih yang terkenal gagah berani bernama Patih Sidopekso. Sementara itu, Sidopekso memiliki istri nan cantik jelita sehingga membuat sang raja tergila-gila. Ia bernama Sri Tanjung.

Agar impiannya untuk memiliki Sri Tanjung terwujud, menitahkan Patih Sidopekso untuk menjalankan sebuah tugas kenegaraan. Sang Patih tak menaruh curiga. Ia hanya manut atas titah raja.

Sepeninggal Patih Sidopekso, Prabu Sulahkromo mulai melancarkan niatnya dengan merayu Sri Tanjung dan memfitnah sang patih. Namun, cinta sang raja tetap bertepuk sebelah tangan. Sri Tanjung tak pernah jatuh dalam pelukan.

Akibat dari penolakan itu, muncul kebencian sang raja terhadap Sri Tanjung. Hal itu terbukti saat Patih Sidopekso kembali dari tugas kenegaraan. Saat sang patih menghadap, Prabu Sulahkromo justru berbalik memfitnah Sri Tanjung. "Sri Tanjung mendatangi dan merayu serta bertindak serong dengan Sang Raja."

Tanpa berpikir panjang, Patih Sidopekso langsung menemui Sri Tanjung dengan penuh kemarahan dan tuduhan yang tidak beralasan. Pengakuan Sri Tanjung yang lugu dan jujur membuat hati Patih Sidopekso semakin panas menahan amarah. "Bahkan Sang Patih dengan berangnya mengancam akan membunuh istri setianya itu. Diseretlah Sri Tanjung ke tepi laut."

Namun, sebelum Patih Sidopekso membunuh Sri Tanjung mengajukan permintaan terakhir sebagai bukti kejujuran, kesucian, dan kesetiannya. Ia rela dibunuh dan jasadnya diceburkan ke dalam laut keruh itu, apabila darahnya membuat air sungai berbau busuk maka dirinya telah berbuat serong.

"Tapi jika air sungai berbau harum maka ia tidak bersalah. Patih Sidopekso tidak lagi mampu menahan diri, segera menikamkan kerisnya ke dada Sri Tanjung."

Darah memercik dari tubuh Sri Tanjung dan mati seketika. Mayat Sri Tanjung segera diceburkan ke laut yang keruh itu berangsur-angsur menjadi jernih seperti kaca serta menyebarkan bau harum, bau wangi.

Patih Sidopekso terhuyung-huyung, jatuh dan ia jadi linglung. Tanpa disadari, ia berteriak, "Banyu wangi ........ Banyu wangi (air wangi)."

Sementara itu, Suparman Herusantosa dalam disertasinya Bahasa Using di Kabupaten Banyuwangi menyebutkan, lahirnya Kota Banyuwangi erat kaitannya dengan sejarah Kerajaan Blambangan, yang mula-mula wilayah kekuasaannya meliputi daerah Proboliggo ke timur.

"Dalam sejarah, riwayat Kerajaan Blambangan berkaitan dengan Kerajaan Majapahit yang berdiri pada 1293, bersamaan dengan penobatan Raden Wijaya dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana," tulis Suparman.

Sejak saat itu, Kerajaan Blambangan menjadi bawahan Majapahit yang dipimpin oleh Arya Wiraraja. "Eksistensi Kerajaan Blambangan semakin terdengar hingga abad ke-17, di bawah pimpinan Pangeran Tawang Alun (1655-1691)."

#Banyuwangi #Sejarah Nusantara #Banyuwangi, Bumi Blambangan
Bagikan
Ditulis Oleh

Noer Ardiansjah

Tukang sulap.
Bagikan