MerahPutih.com - Wabah virus corona telah berdampak pada pertumbuhan perekonomian Jakarta. Pada tahun 2020 ini, DKI mengalami resesi ekonomi.
Pada triwulan kedua tahun 2020 dari bulan April hingga Juni tercatat pertumbuhan ekonomi minus 8,23 persen. Lalu, pada triwulan ke 3 dari bulan Juli sampai September 2020 ekonomi minus 3,83 persen.
"Datanya ini menunjukkan bahwa kita memang mengalami kontraksi," ujar Gubernur Anies Baswedan saat acara Musrenbang Perubahan RPJMD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2017-2022 melalui kanal Youtube Pemprov DKI, Selasa (22/12).
Baca Juga:
Hipmi Yakin Vaksinasi COVID-19 Percepat Pemulihan Ekonomi
Anies menegaskan, berdasarkan laporan Bank Indonesia Perwakilan DKI perekonomian Jakarta diproyeksikan akan tumbuh di tahun 2021 sekitar 5,4 persen.
"Jadi kalau tahun ini minus 2 sampai minus 1,6 persen, Bank Indonesia memprediksikan tahun depan bisa 5 sampai 5,4 persen," jelasnya.
Anie berharap di tahun 2022 nanti perekonomian ibu kota dapat kembali membaik dikisaran angka 5 hingga 6,2 persen, dengan hilangnya wabah virus corona.

Badan Pusat Statistik DKI Jakarta menegaskan, tekanan perekonomian selama dua triwulan ini berimplikasi terhadap daya beli masyarakat. Permintaan domestik seperti konsumsi rumah tangga dan investasi masih rendah dan belum menunjukkan perbaikan.
Kedua agregat demand ini terkontraksi sehingga mempersulit upaya perbaikan ekonomi. Untuk menyeimbangkan tekanan ini, konsumsi pemerintah terutama yang terkait dengan belanja untuk menangani COVID-19 meningkat sangat signifikan. Namun, upaya tersebut belum bisa mengembalikan kekuatan domestic expenditures sebagai motor pertumbuhan.
Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi yang diberlakukan sejak bulan Juni 2020 memungkinkan ekonomi Jakarta menggeliat sehingga memberikan peluang sektor-sektor produktif menciptakan nilai tambah dan mendorong percepatan kinerja ekonomi.
Baca Juga:
Airlangga: Tahun 2021 Saatnya Kembali Bekerja