MerahPutih.com - Nama Anies Baswedan digadang-gadang menjadi salah satu kandidat yang akan bertarung di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
Direktur Eksekutif Center for Political Communication Studies (CPCS) Tri Okta menyebutkan Anies bisa manfaatkan kesuksesan pembangunan Jakarta International Stadium (JIS) untuk "kampanye" dan pencitraan diri.
Baca Juga
"Stadion (JIS) dan sirkuit menjadi modal kampanye politik Anies sebelum lengser sebagai gubernur dan maju ke kancah Pilpres,” ucap Okta dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu (5/2).
Selain JIS, Okta menuturkan Anies juga menjadikan gelaran balap mobil listrik Formula E atau Jakarta E-Prix 2022 sebagai modal kampanye menjelang Pilpres 2024.
Okta menyebutkan Anies juga memiliki modal kuat untuk bertarung pada Pilpres 2024 karena mendapat dukungan dari beberapa partai politik, seperti NasDem, PPP dan PAN.
Okta mengungkapkan bahwa PPP membuka ruang dukungan kemungkinan untuk mengusung Anies sebagai capres.
Selain mendapat gelar tokoh persatuan pembangunan, Anies juga diundang hadir pada Muskerwil PPP di Yogyakarta, beberapa waktu lalu.
Sementara itu, berdasarkan survei CPCS, nama Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menduduki peringkat pertama disusul Anies Baswedan, serta Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dengan perbedaan tipis.
Baca Juga
Ibu Kota Pindah ke Nusantara, Anies: Bagi Jakarta, Bukan Status yang Penting
Sedangkan, pada urutan keempat dan seterusnya ditempati Ridwan Kamil (10,1 persen), Sandiaga Uno (7,8 persen), dan Agus Harimurti Yudhoyono (4,3 persen).
“Yang menarik, Kang Emil atau RK malah lebih dulu menyatakan bakal maju dalam pilpres, meskipun belum ada dukungan yang cukup kuat dari partai-partai,” ungkap Okta.
Nama lain masih kerap mengisi bursa capres, yakni Erick Thohir (4,0 persen), Tri Rismaharini (3,1 persen), Khofifah Indar Parawansa (2,2 persen), dan Giring Ganesha (2,0 persen).
Lalu, Puan Maharani (1,5 persen), Mahfud MD (1,3 persen), Susi Pudjiastuti (1,2 persen), Airlangga Hartarto (1,1 persen), dan Andika Perkasa (1,0 persen), serta sisanya masih di bawah satu persen dan tidak tahu/tidak jawab sebesar 12,2 persen.
“Dinamika masih terus berlangsung, termasuk seleksi dalam bursa capres dan cawapres, mengingat masih diberlakukannya ketentuan presidential threshold 20 persen yang membatasi jumlah pasangan capres-cawapres,” tutur Okta.
CPCS melakukan survei wawancara tatap muka langsung terhadap 1.200 orang responden mewakili seluruh provinsi di Indonesia dengan menggunakan metode "multistage random sampling periode 21-31 Januari 2022 pada tingkat kepercayaan 95 persen dan tingkat kesalahan kurang lebih 2,9 persen. (*)
Baca Juga
PPP Akui di Era Anies Jakarta Sangat Kondusif Berbeda dengan Rezim Sebelumnya