MerahPutih.com - Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) mengusulkan adanya kenaikan tarif TransJakarta. Namun, usulan ini diperuntukkan pada waktu-waktu sibuk, saat berangkat dan pulang kerja.
Adapun DTKJ mengusulkan, kenaikan tarif menjadi Rp 4.000 dan Rp 5.000 pada waktu sibuk (07:01-10:00 dan 16:01-21:00).
Menanggapi hal tersebut, anggota DPRD DKI Jakarta dari Fraksi PSI, Eneng Maliyanasari menyatakan tidak setuju dengan wacana kenaikan tarif TransJakarta pada jam sibuk.
Baca Juga:
Tarif TransJakarta Diusulkan Naik Saat Jam Sibuk Jadi Rp 5.000
Menurut Eneng, tidak tepat dan belum ada urgensi untuk menaikkan tarif transportasi andalan warga Jakarta tersebut.
"Pengguna TransJakarta di jam sibuk itu adalah mereka para pekerja. Pada waktu tersebut, penumpang TJ itu penuh luar biasa. Jangankan duduk, berdiri saja masih susah kadang-kadang. Kebangetan kalau tarif TJ naik," ucapnya.
Mestinya, TransJakarta mencari cara atau strategi supaya penumpukan atau penuhnya penumpang pada saat jam sibuk bisa berkurang, bukan malah menambah beban bagi para warga pengguna.
"Terobosan pelayanan TJ juga masih belum maksimal, masih banyak yang harus dibenahi dari pelayanan transportasi publik. PR rute yang terintegrasi, tarif yang terintegrasi dan penyesuaian akan rute dampak dari pembangunan MRT/LRT, ini yang mestinya jadi prioritas alih-alih menaikkan tarif," tegasnya.
Baca Juga:
Mulai Hari Ini, Halte TransJakarta Jembatan Gantung Kembali Layani Penumpang
Eneng menyarankan agar TransJakarta membuat terobosan yang menguntungkan buat penumpang yang bekerja dan penduduk yang berpenghasilan rendah seperti tunjangan tiket dan lainnya.
"Di Singapura ada voucer bus bagi penduduk berpenghasilan rendah. Atau memberikan tarif tiket yang lebih murah bagi mereka yang berlangganan mingguan atau bulanan," tutupnya. (Asp)
Baca Juga:
Tarif TransJakarta Diusulkan Naik, Kadishub DKI: Kami Cek Ombak