Selebritas
Anak Robin Williams Ungkap Pengaruh Kesalahan Diagnosis pada Ayahnya
PUTRA aktor Robin Williams, Zachary Pym Williams atau Zak, berterus terang tentang efek kesalahan diagnosis ayahnya dan bagaimana dia menangani trauma setelah kematian aktor tersebut karena bunuh diri pada Agustus 2014.
Zak, aktor dan advokat kesehatan mental, mengungkapkan hal tersebut dalam wawancara dengan pembawa acara Max Lugavere di siniar The Genius Life untuk membahas rasa 'frustrasi' dan ketidaknyamanan Williams sebelum kematiannya. Episode itu dirilis Rabu (21/7), tepat pada hari ulang tahun ke-70 mendiang komedian itu.
BACA JUGA:
"Apa yang saya lihat ialah frustrasi," kata Zak tentang kesalahan diagnosis ayahnya dengan penyakit parkinson. Tidak sampai bertahun-tahun setelah kematian Williams, diketahui bahwa aktor Mrs. Doubtfire menderita Lewy Body Dementia, jenis demensia progresif kedua yang paling umum setelah penyakit Alzheimer.
"Apa yang ia alami satu per satu tidak cocok (dengan apa) yang dialami banyak pasien Parkinson. Jadi, saya pikir itu sulit baginya," lanjutnya, seperti diberitakan People.com (22/7).
Pendiri PYM (Prepare Your Mind), jenama produk pendukung kesehatan mental itu melanjutkan, "Ada masalah fokus yang membuatnya frustrasi, ada masalah yang terkait dengan apa yang dia rasakan dan dari perspektif neurologis dia tidak merasa sehat. Dia sangat tidak nyaman."
Zak juga merasa obat itu lebih merugikan Williams daripada manfaatnya karena kesalahan diagnosis. "Obat-obatan itu bukan main-main. Semuanya sangat keras pada pikiran dan tubuh," katanya.
Demensia tubuh Lewy adalah jenis penyakit otak yang memengaruhi pemikiran, memori, dan kontrol gerakan Williams. "Penyakit itu kemudian menciptakan tantangan dalam melakukan keahliannya," kata sang putra di siniar tersebut.
"Saya tidak bisa menahan perasaan di luar empati. Saya merasa frustrasi untuknya. Kondisi itu bisa sangat terasa asing bahkan ketika bersama keluarga dan orang-orang terkasih," kata Zak.
Gejala Williams meningkat selama dua tahun sebelum kematiannya. "Itu adalah ... Saya tidak ingin mengatakan itu merupakan waktu yang singkat. Rasanya jauh lebih lama daripada yang sebenarnya karena itu merupakan periode pencarian dan frustrasi yang intens baginya," kenangnya.
Zak kemudian lebih terbuka lagi tentang dampak bunuh diri ayahnya terhadap kesehatan mentalnya sendiri.
"Saya banyak minum untuk mengelola kesehatan mental saya. Itu menciptakan masalah yang sangat berbahaya. Bagi saya pribadi, saya mengalami masalah kesehatan. Saya mengalami beberapa psikosis dan ketika saya berbicara dengan psikiater, saya didiagnosis dengan post traumatic stress disorder. Saya mengobati diri sendiri melalui trauma menggunakan alkohol," katanya.
Ayah dua anak itu melanjutkan tentang bagaimana dia untuk melakukan pekerjaan advokasi kesehatan mental yang membuatnya melalui kesulitannya sendiri dengan depresi. "Saya hanya muak dan lelah mencoba mengobati diri sendiri menggunakan cara yang berbahaya," kata Zak. Dia lalu menemukan kenyamanan dalam program 12 langkah dan terapi kelompok.
Sebelumnya, Zak juga pernah membahas kesehatan mental ayahnya dalam The Dr Oz Show pada November 2020. "Saya sangat menyadari perjuangan ayah saya dengan depresi, itu dimanifestasikan dalam kecanduan. Ia berusaha keras untuk mendukung kesejahteraan dan kesehatan mentalnya, terutama ketika dia ditantang. Itu merupakan sesuatu yang menjadi pertimbangan sehari-hari baginya," kata Zak.
Zak juga pernah berbicara kepada People pada Mei 2020 tentang membantu orang lain mengakses perawatan kesehatan mental di tengah pandemi virus corona.
"Satu hal yang saya temukan sangat menyembuhkan bagi saya melalui pengalaman saya adalah pelayanan dan komitmen untuk pekerjaan pelayanan khususnya di sekitar kesehatan mental dan organisasi pendukung kesehatan mental. Makan dengan baik, berkomitmen pada gaya hidup sehat. Hal-hal yang saya butuhkan dalam rutinitas mingguan dan harian saya untuk lebih baik mendukung kesejahteraan saya," ujarnya.(aru)