Anak Muda Bawa Perubahan, saatnya Didengarkan 

Dwi AstariniDwi Astarini - Jumat, 13 Mei 2022
Anak Muda Bawa Perubahan, saatnya Didengarkan 
Anak muda juga berhak menyuarakan pendapat. (foto: pexels-george-milton)

MESKI hampir setengah dari populasi dunia saat ini berusia di bawah 30 tahun, berdasar data Inter-Parliamentary Union, hanya 2,6 persen dari populasi itu yang menjadi perwakilan di parlemen di seluruh dunia. Dari seluruh parlemen di seluruh dunia, sebanyak 37 persen sama sekali tak memiliki anggota di bawah 30 tahun dan kurang dari 1 persen anggota parlemen muda ini ialah perempuan.

Hal itulah yang membuat jutaan kaum muda saat ini hilang dari sektor publik. Padahal, dengan krisis iklim, konflik global, dan ketidaksetaraan generasi yang kian tajam, pendapat, perspektif, serta representasi kaum muda di saat sekarang sangat dibutuhkan.

BACA JUGA:

Melantangkan Suara Generasi Muda lewat Kampanye Be Seen Be Heard

Kaum muda berhak untuk dilibatkan dalam keputusan-keputusan politik yang berpengaruh kepada mereka. Namun, banyak sekali rintangan yang menghalangi mereka untuk berpartisipasi.

Laporan bersama Be Seen Be Heard: Memahami Partisipasi Politik Anak Muda memotret ini merupakan momen yang sangat kritis untuk memahami prasangka dan rintangan struktural yang menghalangi kaum muda untuk berpartisipasi di sektor publik. Laporan ini merekomendasikan untuk menyampaikan tantangan-tantangan yang dihadapi sehingga dapat bermanfaat bagi masyarakat di seluruh dunia. Tulisan ini memaparkan hasil survei terbesar yang dilakukan The Body Shop dan Dynata, perusahaan survei kualitatif dan kuantitatif skala besar. Survei ini mencakup responden di 26 negara dan total 27.043. Lebih dari setengah jumlah itu berusia di bawah 30 tahun.

Riset ini menemukan 82 persen orang yang disurvei setuju bahwa sistem politik membutuhkan reformasi yang drastis agar sesuai untuk kebutuhan masa depan. Selain itu, sebanyak 84 persen responden juga mengatakan para politikus hanya mementingakan diri sendiri. Lebih lanjut, 75 persen dari responden beranggapan para politikus melakukan korupsi. Tiga perempat orang di bawah usia 30 tahun merasa bahwa politikus dan para pemimpin bisnis telah melakukan kekacauan bagi manusia dan planet ini.

“Kesenjangan kekuasaan, pengaruh, dan kepercayaan antar generasi menjadi salah satu tantangan terbesar saat ini,” kata Utusan Sekretaris Jenderal PBB untuk Pemuda Jayathma Wickramanayake.

Sebagai Utusan Khusus untuk Kepemudaan sekaligus menjadi pejabat senior termuda sepanjang sejarah PBB, Wickramanayake mendapat mandat untuk menyelaraskan berbagai usaha di dalam sistem PBB dalam lingkup pengembangan kaum muda, meningkatkan respons PBB dalam urusan kepemudaan, melakukan advokasi untuk pengembangan kebutuhan serta hak-hak kaum muda, sekaligus membawa aktivitas-aktivitas PBB lebih dekat dengan kaum muda. Ia menegaskan partisipasi merupka hak. Kurangnya keterwakilan kaum muda di lembaga pengambil keputusan menyebabkan rasa ketidakpercayaan yang semakin dalam kepada institusi-institusi politik juga rasa keterasingan dari wakil rakyat yang terpilih.

“Ini semua disebabkan kebijakan-kebijakan yang tidak mencerminkan prioritas kepada kaum muda, tidak menyalurkan kekhawatiran-kekahawatiran mereka, ataupun berbicara bahasa yang sama dengan mereka,” imbuhnya.

the body shop

The Body Shop bekerja sama dengan Utusan Sekretaris Jenderal PBB untuk Pemuda meluncurkan kampanye global ‘Be Seen Be Heard’ , Rabu, 11 Mei 2022 waktu setempat di Kantor Pusat PBB di New York City. Dari kiri ke kanan: Samson Itodo, Gina Martin, Jayathma Wickramanayake, dan Chris Davis. (Foto: Joel Sheakoski, Joel S Photo)

Sebagai jawaban atas isu tersebut, Kantor Utusan Pemuda Sekretaris Jenderal PBB dan The Body Shop berkolaborasi untuk mengubah kondisi ini melalui kampanye global Be Seen Be Heard. Kampanye ini bertujuan melantangkan suara kaum muda di sektor publik. “Kampanye ini merupakan kesempatan untuk mengubah hal-hal tersebut,” tegas Wickramanayake.

CEO The Body Shop David Boynton dalam siaran pers yang diterima Merahputih.com, Kamis (12/5), mengatakan kampanye Be Seen Be Heard bermula dari keinginan untuk menciptakan dunia yang lebih adil bagi kaum muda. “Bersama dengan Kantor Utusan Pemuda Sekretaris Jenderal PBB, kami ingin mengemban misi yang kami ucapkan tersebut,” tegasnya.

Dalam kolaborasi ini kedua pihak mendorong sebuah perubahan yang transformasional. Berdasar laporan ini, terlihat jelas ada defisit kepercayaan yang kronis terhadap sistem politik, tapi juga keinginan yang jelas untuk keterwakilan kaum muda dari berbagai kelompok usia yang lebih besar lagi.

Rekomendasi aksi-aksi yang tercantum dalam laporan ini terdiri dari berbagai macam perubahan struktural di dalam sistem politik. Salah satunya ialah partisipasi kaum muda dalam pengambilan keputusan sektor publik yang dapat ditingkatkan dalam jangka panjang dengan cara:

  • Menurunkan usia pemilih
  • Meningkatkan keterwakilan formal kaum muda di tingkat majelis lokal, parlemen, ataupun komite-komite terkait
  • Menyingkirkan berbagai hambatan bagi kaum muda untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan di sektor publik
  • Menyederhanakan proses registrasi untuk pemilih pemula
  • Meningkatkan ketrampilan kepemimpinan kaum muda.

Kampanye bersama Be Seen Be Heard ini akan disuarakan di lebih dari 75 negara yang meliputi 6 benua.(dwi)

#Gaya Hidup #Politik
Bagikan
Ditulis Oleh

Dwi Astarini

Love to read, enjoy writing, and so in to music.
Bagikan