MerahPutih.com - Pemerintah didorong untuk bersinergi dengan masyarakat beri pendampingan jangka panjang pada ribuan anak-anak yang menjadi yatim piatu karena COVID-19. Berdasarkan data dari pemerintah saat ini ada 11 ribu anak-anak yang mendadak yatim piatu karena ditinggalkan oleh orang tuanya.
Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian Alissa Wahid menjelaskan, saat ini sudah banyak komunitas masyarakat yang membantu para yatim piatu ini. Namun Pemerintah perlu hadir ikut membantu pendampingan.
Baca Juga:
Pemerintah Diminta Perhatikan Nasib Anak-anak yang Jadi Yatim Piatu Akibat COVID-19
Ia mengatakan, bantuan dan pendampingan yang diberikan oleh masyarakat bersifat sementara saja dan tidak jangka panjang. Padahal pendampingan untuk mengatasi trauma akibat rasa kehilangan perlu jangka panjang.
"Makanya harus pendampingan jangka panjang. Dan kita Gusdurian Peduli itu ingin pemerintah terutama bina sosial bener-bener membuatkan program pendampingan sosial jangka panjang," ujar Alisa saat melihat proses vaksinasi covid-19 di Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta Rabu (18/07) .
Ia menceritakan, sebagian besar anak-anak ini kehilangan orang tuanya dalam waktu singkat. Ada yang kehilangan satu orang tua, adapula yang langsung keduanya. Hal ini tentu menimbulkan kedukaan mendalam serta rasa trauma.
Ia mencontohkan, ada salah satu anak pimpinan Gusdurian di Banjar Negara Jawa Tengah yang ditinggal kedua orang tuanya. Sang anak yang masih berusia 12 tahun ini nampak murung dan tatapan matanya kosong.
Walau sudah dihibur oleh kerabat dan keluarga lainnya, namun kecerian menghilang dari raut wajahnya dan sang anak juga terlihat tidak memiliki semangat hidup.
Ia melanjutkan, masyarakat Indonesia yang masih erat dengan budaya kekeluargaan membuat nasib anak-anak yang kehilangan orang tuanya itu cukup terbantu. Pasalnya dengan masih adanya sanak saudara di keluarga besar anak itu membuat si anak tidak sepenuhnya sendiri.
"Sebetulnya kita beruntung karena Indonesia itu budayanya, masih budaya keluarga besar. Jadi anak-anak yang yatim-piatu ini kemudian diambil oleh keluarganya, tidak kemudian terlunta-lunta," tuturnya.
Namun tidak lantas persoalan anak-anak yang kehilangan orang tuanya ini selesai sampai di situ saja. Menurutnya, ada efek lain khususnya kepada si anak yang perlu untuk lebih diperhatikan lagi.
"Anak-anak ini trauma kehilangan orang tuanya dalam waktu sangat singkat, ngga sempet say goodbye dan lain-lain. Jadi pendampingan yang lebih jangka panjang itu diperlukan," ungkapnya.

Pendampingan yang diberikan dapat berupa pendampingan psikologi maupun pendampingan biaya hidup serta biaya pendidikan anak-anak jangka panjang.
Pendekatan-pendekatan lain dalam penanganan kasus ini juga perlu dilakukan. Baik dari segi fasilitasi atau bantuan lainnya yang mampu menunjang kehidupan si anak pasca ditinggal oleh orang tuanya.
"Anak yang paling terdampak pada rentang usia 7-12 yang duduk di bangku SD. Mereka udah paham tapi belum bisa mengelola dirinya sendiri. Kalau yang kecil mungkin hanya mama mana, ibu mana. Dia ngga paham tapi kalau yang diatas 12 mereka bisa mengelola emosinya," sambungnya.
Jaringan gusdurian sudah mulai membuka pendampingan psikologi kepada anak-anak yatim piatu akibat covid 19. Selain itu Gusdurian juga menggalang bantuan untuk pemberian sejumlah dana kepada anak yatim piatu. (Teresa lka/Yogyarta)
Baca Juga:
Orang Tua Meninggal Karena COVID-19, Anak Yatim Piatu di DIY Dapat Konseling