Parenting

Anak Boleh Menangis, Perasaan Negatif Bukan untuk Dihindari

Ananda Dimas PrasetyaAnanda Dimas Prasetya - Jumat, 15 April 2022
Anak Boleh Menangis, Perasaan Negatif Bukan untuk Dihindari
Benarkan tidak menangis atau tidak cengeng menjadi prestasi anak yang patut dibanggakan? (Foto: freepik/jcomp)

ANAK yang menangis kerap mendapat teguran di kelas. Sementara, anak yang berhasil tidak menangis mendapat pujian. Demikian pula di rumah. 'Jangan cengeng', menjadi ucapan yang sering dikatakan orangtua pada anak.

Apakah menangis yang digunakan untuk mengungkapkan perasaan negatif seperti sedih dan marah harus ditahan dan disimpan? Membenarkan tidak menangis atau tidak cengeng menjadi prestasi anak yang patut dibanggakan?

"Sebagai seorang terapis, sebagian besar dari apa yang saya lakukan adalah membantu orang memproses perasaan mereka," ujar Ying Wang, MD, seorang psikiater, psikoterapis, dan pembicara tentang masalah kesehatan mental di Langhorne, Pennsylvania, AS.

Baca juga:

Pola Asuh yang Salah Sebabkan Anak Sering Tantrum

Anak Boleh Menangis, Perasaan Negatif Bukan untuk Dihindari
Kita memberi label bayi pendiam sebagai 'bayi yang baik', sedangkan bayi yang banyak menangis dianggap 'rewel'. (Foto: freepik/jcomp)

Menurutnya, sejumlah besar orang berjuang dalam mengidentifikasi perasaan. "Dalam sesi, saya sering bertemu dengan ekspresi kebingungan, frustrasi, dan menarik diri ketika saya meminta orang untuk menyebutkan perasaan mereka. Beberapa orang mempertanyakan kegunaan latihan ini. Beberapa secara terbuka takut untuk menggali hal-hal yang telah mereka upayakan dengan susah payah untuk ditekan. Beberapa bersikeras bahwa mereka, pada kenyataannya, tidak memiliki perasaan," ujarnya dalam artikel di Psychology Today (11/4).

Ajaran pada anak supaya 'jangan cengeng' dan pernyataan seorang dewasa saat konsultasi yang mengatakan 'tidak ada perasaan' seperti memiliki hubungan.

"Banyak dari kita tumbuh dengan diberi tahu bahwa perasaan negatif kita tidak valid, menjengkelkan, dan bahkan merusak. Sejak bayi, kita memberi label bayi pendiam sebagai 'bayi yang baik', sedangkan bayi yang banyak menangis dianggap 'rewel' atau bahkan dipatologikan sebagai 'kolik'," ujar Wang.

Baca juga:

Ada Risiko Lain dari Memuji Anak Pintar

Mengenali perasaan negatif

Anak Boleh Menangis, Perasaan Negatif Bukan untuk Dihindari
Banyak orang dewasa tidak pandai mengenali perasaan, mereka malah berusaha keras menghindarinya. (Foto: freepik/prostooleh)

Banyak orang dewasa tidak pandai mengenali perasaan. Banyak orang sering berusaha keras untuk menghindari perasaan karena perasaan itu bisa menjadi gelap, mengikat, kacau, dan berat.

Jika ingin mengakui perasaan negatif, maka seseorang harus berurusan dengannya dan mengambil risiko tenggelam di kedalaman perasaan yang keruh. Bukankah lebih mudah dan lebih 'bersih' untuk bersembunyi di balik kata-kata 'jangan cengeng'?

"Jika, sebagai anak-anak, kamu dipuji karena menahan air mata, maka tidak mengherankan jika kamu menjadi orang dewasa yang terbiasa membiarkan dan mengabaikan emosi menyakitkan," Wang menerangkan.

Kamu pun kemudian melakukan hal-hal yang mengalihkan perhatian dari perasaan dengan terus-menerus menelusuri unggahan media sosial; bermain video game; makan hal-hal yang kamu tahu tidak dibutuhkan; kamu berolahraga, terkadang berlebihan; atau kamu melakukan hal-hal yang berisiko.

Apa yang salah dengan mengabaikan perasaan kita ketika mereka menjadi gelap? Perasaan ini tidak hilang. Mereka tetap berada di atas dan kemungkinan akan bermanifestasi dengan cara yang tidak terduga. Kamu akan menjadi kehilangan koneksi dengan dari diri sendiri. (aru)

Baca juga:

Mahalnya Biaya Membesarkan Anak

#Parenting #Ilmu Parenting #Anak
Bagikan
Ditulis Oleh

Ananda Dimas Prasetya

nowhereman.. cause every second is a lesson for you to learn to be free.
Bagikan