WHITE Lion, band rock dari New York, mengisahkan dalam lagunya When the Children Cry betapa anak-anak sangat membutuhkan masa depan yang damai, nyaman dan aman. Lagu yang ada dalam album Pride (1987) itu menggambarkan betapa orang-orang pada saat ini malah menghancurkan lingkungan dan yang terhubung dengan anak-anak di masa depan.
Anak-anak adalah masa depan peradaban manusia itu sendiri. Sayangnya keberadaan anak-anak masih dianggap remeh dan kadang terabaikan. Padahal anak-anak memiliki hak pada masa kini tentang masa depannya yang terenggut oleh situasi dan kondisi yang dibuat oleh manusia dewasa.
Baca Juga:

Tak dapat diacuhkan pula bahwa anak-anak menjadi korban kekerasan yang belum berakhir. Kampanye anti kekerasan terhadap anak-anak bukan hal main-main. Setiap orang harus membangkitkan kepedulian melindungi anak-anak.
Ini yang kemudian melandasi kerja sama antara FIFA dan UNICEF agar kekerasan terhadap anak-anak dihentikan. Makanya dalam setiap pertandingan sepak bola, anak-anak selalu hadir mengawal para pemain keluar dari ruang ganti. Menurut laporan PBB bahwa setiap empat detik seorang anak meninggal dunia. Jadi dalam satu pertandingan sepak bola, ada 1350 anak meninggal dunia.
Anak-anak pada masa kini atau yang dilahirkan dalam era ini memiliki kehidupan yang lebih rentan karena situasi dan kondisi alam yang tidak menguntungkan. Dikutip dari Daily Mail, studi menunjukkan bahwa anak-anak yang lahir pada 2021 akan mengalami gelombang panas (heatwave) setidaknya tujuh kali, kebakaran hutan sebanyak dua kali, dan kekeringan hampir tiga kali selama hidupnya dibandingkan dengan kehidupan kakek dan nenek mereka.
Meskipun begitu, kehidupan anak-anak harus tetap ceria dan memberikan keseruan sebagai bagian kehidupan mereka yang nantinya dikenang ketika dewasa. Anak-anak butuh mengeksplorasi kehidupannya sebagai bagian dari pembekalan kehidupannya. Tak mengherankan bila aktivitas anak-anak tak pernah ada hentinya. Mereka terus bergerak berusaha memenuhi hasrat yang ada di dalam dirinya.
Baca Juga:
Manfaat Positif Sentuhan Fisik Setiap Hari Agar Anak Merasa Damai

Seperti penelitian yang dilakukan oleh Vladimir Sloutsky, penulis dan profesor psikologi di The Ohio State University melakukan penelitian dengan Nathaniel Blanco, seorang peneliti pascadoktoral di bidang psikologi di Ohio State yang dilansir dari Psychology Today. Sloutsky mengatakan eksplorasi tampaknya menjadi kekuatan pendorong utama selama masa kanak-kanak.
Ketika orang dewasa berpikir tentang anak-anak menjelajah, orang dewasa mungkin berpikir mereka berlarian tanpa tujuan, membuka laci dan lemari, mengambil benda-benda secara acak. Tapi ternyata eksplorasi mereka tidaklah acak sama sekali.
Jadi ada baiknya jangan membatasi aktivitas anak-anak, meskipun orangtua harus tetap membimbing dan mengawasi, bukan memberikan tekanan. Melansir dari laman The Guardian, anak-anak yang terlalu ditekan oleh orangtuanya kelak tidak dapat mendiri alias terus menerus bergantung pada orangtuanya, tidak memiliki jati diri, memiliki gangguan kesehatan mental, dan menurunkan kemampuan intelektualnya.
Jadi jangan biarkan anak-anak dan segala yang terhubung dengan mereka berkembang menuju kebaikan. Sebaiknya tak merusak masa sekarang yang berdampak buruk bagi kehidupan anak-anak kelak. (psr)
Baca Juga: