Aliran Kepercayaan Merebak di Yogyakarta, Ini Alasannya
MerahPutih Peristiwa - Dalam kurun beberapa tahun belakangan, isu terkait kepercayaan di Yogyakarta sering menempati isu trending. Di antaranya penyegelan sekretariat Ahmadiah Yogyakarta, pemberhentian paksa diskusi di kantor LKiS, hingga terakhir seputar Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar).
Pakar Hukum Islam dan Terorisme, Noorhaidi Hasan, menyatakan latar budaya Jawa di Yogyakarta melatari tumbuh kembangnya berbagai macam kepercayaan. Apalagi, selain pluralismenya, masyarakat Yogyakarta lebih mementingkan subtansi teologis dibandingkan bentuk luar keagamaan atau keprcayaannya.
"Bagi masyarakat Yogyakarta, yang terpenting bukan bentuk luar suatu agama, melainkan subtansi teologis dari agama itu sendiri," kata pria yang menjabat sebagai Kesbangpol DI Yogyakarta itu, dalam salinannya yang diterima merahputih.com melalui surel, Rabu (27/1).
Noorhaidi menjelaskan, di dalam toleransi tersebut ternyata terdapat sejumlah kisah radikalisme dan intoleransi agama. Praktisi asal UIN Sunan Kalijaga ini mencatat, sejak awal tahun 2000 muncul gerakan-gerakan intoleran. Di antaranya, FUI Yogyakarta, Laskar Jihad, dan MMI dengan cita-cita penegakan syariahnya.
Berdasarkan data Timkor Pakem DI Yogyakarta, terdapat 79 aliran kepercayaan di Yogyakarta. Seluruhnya merupakan kepercayaan yang memiliki keanggotaan aktif.
Terakhir, merebaknya isu Gafatar bermula dari hilangnya sejumlah orang di Yogyakarta. Gafatar Yogyakarta memiliki 2 bascampe, yakni di Condongcatur dan di Kalasan, Sleman. Diperkirakan, sejak tahun 2012 Gafatar Yogyakarta memiliki 2.000 anggota. (fre)
BACA JUGA: