Aliarcham, Calon Pahlawan Perintis Kemerdekaan

Yudi Anugrah NugrohoYudi Anugrah Nugroho - Sabtu, 04 November 2017
Aliarcham, Calon Pahlawan Perintis Kemerdekaan
Makam Aliarcham di Digul. (Boven-Digul:LJA Schoonheyt)

Sudisman, sekretariat Comite Central (CC) PKI, mengeluarkan surat edaran kepada seluruh Comite Daerah Besar (CDB), Comite Pulau, dan fraksi-fraksi pusat. Seruan surat bernomor 1190/E.2/L/58 meminta agar para pengurus menjaring nama-nama tokoh paling pantas menerima penghargaan berupa tunjungan bagi perintis kemerdekaan.

Surat tersebut merupakan tindak lanjut PKI terhadap terbitnya Peraturan Pemerintah nomor 39/1958 mengenai Pemberian Penghargaan Tunjangan Kepada Perintis Pergerakan Kebangsaan Kemerdekaan dengan tanda tangan Sukarno, Moeljadi Djojomartono, Menteri Sosial, dan Sanoesi Hardjadinata, Menteri Dalam Negeri.

Surat edaran CC pun disebar ke segenap organisasi PKI di daerah, lengkap dengan formulir resmi pengajuannya. Bila formulir telah terisi, kemudian dikirim ke Badan Pertimbangan Pemberian Penghargaan/Tunjangan beralamat di Kementrian Dalam Negeri, Jalan Segara, Jakarta.

Dalam edaran tersebut diberikan rambu-rambu pengisian formulir pengajuan tunjangan bagi perintis kemerdekaan. Seperti: alamat terang (jelas); dituliskan nama kecilnya; nama istri/janda dengan jelas; kiprah dalam perjuangan; dan saksi terpercaya dan berani mengangkat sumpah.

“Dalam menulis sejarah perjuangan, tidak perlu panjang-panjang, cukup singkat dan terang. Yang terpenting kapan mulai berjuang, kedudukan dalam organisasi atau partai saat ditangkap pemerintah Belanda, kapan ditangkap, dipenjara/dibuang di mana, kapan keluarnya. Bagi kawan-kawan dari Digul perlu diterangkan di mana dulu tinggal di Digul,” tulis Sudisman, seperti dikutip dalam nota nomor: 10/sekretariat/1958.

Enam tahun berselang, 1964, PKI mengajukan nama Aliarcham sebagai pahlawan nasional. Untuk itu, Akademi Ilmu Sosial Aliarcham bekerjasama dengan Lembaga Sejarah PKI menerbitkan buku kecil berjudul Aliarcham.

Aliarcham dilahirkan di Asemlegi, Kawedanan Juwana-wilayah Pati, pada tahun 1901, dari keluarga seorang penghulu agama Islam. Dari kedudukan sang ayah, dia bisa bersekolah Hollands Inlandsche School (H.I.S), sekolah dasar 7 tahun dengan bahasa Belanda sebagai pengantar. Setamat HIS, dia meniti ilmu di Kweekschool voor Inlands Onderwijs (Sekolah guru bumiputera) di Ungaran, Kawedanan Semarang.

Dia keluar sebelum sempat menyelesaikan sekolah keguruannya, dan hijrah ke Semarang menjadi pengurus besar PKI pada 1922. Kiprahnya semakin moncer. Dalam konferensi PKI di Bandung, Maret 1923, Aliarcham ditunjuk sebagai ketua kongres. Salah satu keputusan terpenting konferensi adalah membentuk Sarekat Rakyat.

Kritik keras Aliarcham kepada alat negara Pamongpraja berbuntut bui pada 20 Oktober 1923. Dia dipenjara selama 6 bulan. Seusai rampung masa tahanannya, dia kembali melanjutkan pekerjaan partai, dan turut ambil bagian pada Kongres PKI di Jakarta, Juni 1924, lalu terpilih sebagai ketua presidium kongres.

Kantor Pusat PKI kemudian pindah ke Jakarta. Seusai kongres, Aliarcham memulai biduk rumah tangga dengan mempersunting Sukinah. Sang istri merupakan teman semasa Sekolah Guru Bumiputera di Ungaran.

Sepanjang 1924-1925, Aliarcham rajin memimpin pemogokan kaum buruh di Jawa Tengah. Aktualisasinya kemudian sampai ke telinga penguasa Hindia Belanda. “Pemerintah mengetahui bahwa organisator penting pemogokan ini adalah Aliarcham,” seperti tercatat dalam Aliarcham: Sedikit Tentang Riwayat dan Perjuangannya.

5 Desember 1925, dia ditangkap polisi Hindia Belanda. Bersama Mardjohan dari Semarang, Aliarcham diangkut menggunakan kapal van der Wijk menuju Merauke, Papua.

Sejak itu, dia memulai hidup sebagai orang buangan di Papua. Setahun kemudian, Sukimah dan anaknya bernama Aneksimander, menyusul ke tanah Digul. Sampai di sana, Sukimah dipaksa sang suami kembali ke Jawa karena akan mengandung anak kedua, kelak bernam Mulyani. Sukinah pun pulang ke Jawa pada Juli 1929.

Sepeninggal istri ke Jawa, penyakit paru-paru Aliarcham semakin parah. 1 Juli 1933, sosok nan tegar membela kaum buruh meninggal dan dikuburkan di Tanah Merah (Digul).

Terakhir, tidak jelas apakah Digulis seperti Aliarcham mendapat tunjangan perintis kemerdekaan atau tidak.(*) Vishal Rand

#Aliarcham #Pahlawan Perintis Kemerdekaan
Bagikan
Bagikan