MerahPutih.com - Sejumlah faktor diklaim menyebabkan perusahaan rintisan atau startup melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karyawan dalam beberapa bulan terakhir ini.
Founding Partner AC Ventures Pandu Sjahrir menilai, faktor pertama adalah dari sisi eksternal, seperti kenaikan suku bunga oleh bank sentral global, inflasi, dan perang Rusia-Ukraina.
Baca Juga:
Pemerintah Siapkan Program Padat Karya Antisipasi Maraknya PHK
"Ada faktor perang di awal 2022 dan terjadi kenaikan suku bunga untuk penanganan inflasi. Kenaikan suku bunga ini mempengaruhi cost of capital yang terjadi di pasar," ujarnya.
Faktor kedua adalah ekspektasi yang tinggi dari investor setelah melihat siklus bisnis yang terjadi dengan sangat cepat bagi perusahaan, khususnya sektor teknologi ketika momentum pandemi COVID-19.
"Ini bisnis cycle yang amat cepat. Saat tahun 2020 terjadi pandemi, suku bunga menurun, pemerintah membantu dan banyak tumbuh perusahaan teknologi karena banyak shifting dari offline to online. Dan banyak perusahaan teknologi berkembang lebih cepat dari yang diharapkan selama 2020 sampai 2021," kata Pandu.
Pandu membantah kalau besarnya gaji talenta digital startup sebagai biang kerok terjadinya badai PHK, karena sumber daya manusia (SDM) bukan menjadi pengeluaran terbesar perusahaan startup.
Besarnya gaji yang diberikan itu, tegas ia, adalah sebuah tren untuk mendapat talenta terbaik beberapa tahun lalu, dan tahun ini sudah semakin menurun.
Pandu meyakini, yang menjadi faktor ketiga terjadinya badai PHK adalah karena beberapa tahun lalu perusahaan banyak melakukan bakar uang sebagai strategi mendapatkan pasar yang besar.
"Anggaran perusahaan terbesar bukan di sumber daya manusia. Banyak perusahaan kini refocus pada bisnis mereka dan dan mengurangi burning cost, entah itu di marketing cost, business processing cost, semuanya itu dikurangi secara signifikan," ujar Pandu.
Ia menegaskan, tahun 2023 akan mengubah bentuk startup setelah badai PHK tersebut. PHK telah mengajarkan perusahaan untuk kembali pada fokus bisnis mereka dan mengutamakan mengejar profit alih-alih mengejar pasar yang luas (market share).
"Saya optimis pada 2023 karena banyak reshaping dari sisi industri. Mungkin akan ada yang merger, konsolidasi, dan pemenang dari ini akan jadi ultimate winner 5-10 tahun ke depan," katanya.
Ia menegaskan, perusahaan startup kemungkinan kualitas di 2023 bisa sangat bagus.
"Karena kualitas founder sudah berpikir bukan market share tapi cari solusi yang pas dengan capital yang tidak terlalu besar," katanya. (Knu)
Baca Juga:
Perusahaan Teknologi Ini PHK Massal Ribuan Karyawannya