Alasan K-Beauty Mulai Meredup di Tiongkok

Muchammad YaniMuchammad Yani - Jumat, 17 Juli 2020
Alasan K-Beauty Mulai Meredup di Tiongkok
Kosmetik Korea semakin kurang diminati (Foto: Pixabay/mohamed_hassan)

BERBEDA dengan tren K-Pop dan bintang-bintang K-pop yang terus bersinar, K-beauty justru meredup di negeri tirai bambu. Industri K-beauty sedang berjuang untuk mempertahankan relevansi dan eksistensinya di Tiongkok.

Menurut data yang dirilis oleh Yayasan Lembaga Industri Kosmetik Korea pada bulan Mei, ekspor kosmetik Korea ke Tiongkok berada di kisaran 14,3 persen. Peningkatan tersebut jauh lebih lambat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Baca juga:

Manfaat Mengagumkan Lompat Tali untuk Tubuh

Misalnya saja peningkatan tahunan rata-rata antara 2013 dan 2018 yang mencapak 41 persen. "Di Tiongkok, permintaan kosmetik Korea tidak meledak seperti sebelumnya," tutur analis di Yuanta Securities.

Berikut berbagai penyebab K-beauty di Tiongkok tak secemerlang sebelumnya:


1. Situasi politik tak menentu antar kedua negara

Hubungan politik tak menentu antara Tiongkok dan Korea Selatan (Foto: ORF)
Hubungan politik tak menentu antara Tiongkok dan Korea Selatan (Foto: ORF)


Politik mengambil langkah pertama di pasar pada 2017 ketika ketegangan atas sistem rudal THAAD AS di semenanjung Korea membuat Tiongkok membatasi impor barang-barang Korea Selatan dan pengaruh budaya negara itu.

Menurut situs Sumber Daya, Guanyin, ekspor kosmetik dari Korea Selatan ke Tiongkok tumbuh hanya 13,7 persen pada tahun 2017. Jumlah itu merosot tajam dibandingkan tahun 2010 yang mencapai 87,3 persen.


2. Penelitian dan pengembangan produk yang lemah

Pengembangan produk kecantikam Korea terlalu cepat (Foto: Cosmetic Design Asia)
Pengembangan produk kecantikam Korea terlalu cepat (Foto: Cosmetic Design Asia)

Rata-rata penelitian dan pengembangan produk kecantikan global membutuhkan waktu lebih dari setahun. Namun Korea Selatan memperpendek siklus ini hanya empat bulan. Hal itu memberi pelanggan kesempatan untuk mengakses produk baru setiap saat. Pelanggan Tiongkok pun menjadi semakin menuntut dan sadar akan pilihan alternatif.

Baca juga:

Intip Aktivitas Para Bangsawan dari Berbagai Belahan Dunia selama Lockdown

3. Hanya fokus pada produk tertentu

Rangkaian produk tidak digunakan satu set (Foto: Insider)
Rangkaian produk tidak digunakan satu set (Foto: Insider)

Mantan pembeli di e-commerce lintas batas Korea Selatan, Kathy Liang mengatakan merek Korea Selatan terlalu fokus pada pemasaran produk tertentu daripada membangun merek itu sendiri. Menurutnya, hal tersebut membuat produk lain dari merek-merek ini tidak dikenal secara baik. Konsumen pun jarang membeli seluruh set dari merek tersebut.

“Ketika kamu mendengar JMSolution, kamu akan berpikir tentang masker perawatan kulit, Nature Republic membuat kamu berpikir tentang lidah buaya, dan Banila membuatmu memikirkan make-up remover,” katanya.

4. Penjualan online

Andalkan penjualan secara offline (Foto: BBC)
Andalkan penjualan secara offline (Foto: BBC)

Penjualan di department store masih menjadi saluran penjualan utama untuk penjualan kosmetik di Korea Selatan. Situasinya sangat berbeda di Tiongkok yang lebih memilih belanja melalui ponsel. Perbedaan ini membuat merek kecantikan Korea Selatan sulit mengikuti perkembangan e-commerce Tiongkok.

"Saluran penjualan utama K-beauty masih mengandalkan offline," kata Du Ke, wakil presiden dan investor senior iResearch. Du Ke percaya bahwa merek-merek Korea Selatan yang belum memahami tren pemasaran online Tiongkok secara bertahap akan menarik diri dari pasar.


5. Kompetisi domestik

Persaingan ketat produk domestik (Foto: Pixabay/kinkate)
Persaingan ketat produk domestik (Foto: Pixabay/kinkate)

Merek domestik di Tiongkok baik yang lama maupun yang baru menjadi lebih inovatif dan cerdas. Pada saat yang sama, pabrikan Tiongkok yang dulu beroperasi sebagai OEM (pabrikan peralatan asli) untuk merek asing kini telah membentuk merek mereka sendiri. Itu semakin dipermudah pada adanya komunikasi dengan konsumen secara online.

Menurut Tencent's Insight Report tentang Domestik Kosmetik, merek domestik menyumbang 56 persen dari pangsa pasar pada 2019, dan 42 persen konsumen lebih bersedia untuk memilih merek kecantikan dalam negeri. Selain itu, 90 persen konsumen yang membeli kosmetik dari merek domestik mengatakan mereka akan melakukannya lagi di masa depan. (Avia)

Baca juga:

#Kecantikan
Bagikan
Ditulis Oleh

Muchammad Yani

Lebih baik keliling Indonesia daripada keliling hati kamu
Bagikan