PURA Mangkunegaran menjadi salah satu warisan Mataram Islam di tanah Jawa yang ada di wilayah Surakarta yang masih eksis sampai sekarang
Sosok adipati sebagai pemimimpinya dengan gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) punya sejarah syiar Islam di masa lampau.
Baca Juga:
Menjebak Diponegoro Lewat Undangan Damai Ramah-Tamah Hari Lebaran

Hal itu dibuktikan dengan adanya peninggalan kitab suci Al-quran beraksara Jawa yang tersimpan rapi di perpustakaan bernama Rekso Pustoko, kompleks Pura Mangkunegaran, Solo, Jawa Tengah.
Al Quran beraksara Jawa berusia ratusan tahun ini ditulis tangan. Bahkan karena terlampau tuanya usia Al-quran bertuliskan Jawa itu, saat ini kondisinya sudah mulai rusak.
Beberapa halaman mulai lapuk dan robek, sehingga pengelola Rekso Pustoko berusaha melaminasi kitab Al-quran berbahasa Jawa itu. Tidak diketahui secara pasti siapa penulis Al-quran bertuliskan Jawa itu.
Namun menurut pengelola Rekso Pustoko, Al Quran itu sudah ada sejak pemerintahan Mangkunegoro IV, sekitar tahun 1867.
Staf Rekso Pustoko, Wedani mengatakan sebagai salah satu kekuasaan yang punya wilayah di tanah Mataram Islam, Pura Mangkunegaran punya jejak sejarah dalam menyebarkan Islam di wilayah kekuasaanya
"Al Quran bertuliskan Jawa ini digunakan para ulama Mangkunegaran untuk mengajarkan cara mengaji pada pengikut Mangkunegaran serta warga pada zaman itu," kata Wedani pada Merahputih.com.
Dikatakannya kitab bertuliskan aksara Jawa ini, isinya sama seperti Al Quran biasa. Hanya tertulis menggunakan aksara jawa baru, bukan aksara jawa kawi. Di Rekso Pustoko, menurut Wedani, tersimpan sekitar 30 ribu katalog. Termasuk sebagian besar berupa naskah kuno yang langka.
"Rata-rata naskah kuno itu no name atau tidak tercantum penulisnya. Itu mungkin ciri pujangga keraton. Beda dengan penulis sekarang yang ingin sekali memperkenalkan diri," jelasnya.
Baca Juga:
Indonesia Jadi Negara Terindah di Dunia, Sandiaga Uno: Liburan Enggak Perlu ke Luar Negeri

Al Quran bertuliskan Jawa di Rekso Pustoko, kata Wedani, yang merupakan naskah induk hanya satu, yakni Al Quran yang sampulnya tertulis kata Al Fatihah dengan huruf Jawa.
Sementara Al Quran berbahasa Jawa yang satu lagi, merupakan naskah tedakan, atau saduran dari naskah induk.
"Naskah tedakan juga sudah ada lebih dari 100 tahun silam. Judul sampulnya memang bertuliskan Al Fatikhah, namun setelah dicek Alquran itu lengkap berisi 30 juz, 114 fasal, kalau dalam bahasa Arab artinya surat. Total halaman 516 lembar," paparnya.
Ia mengatakan pengunjung yang mau melihat Al Quran berbahasa Jawa bisa dilakukan dengan syarat dampingi petugas karena rawan sobek.
Menurut Wedani, pengajaran penyaduran dan penulisan naskah kuno dengan aksara Jawa masih diajarkan di akademi Mangkunegaran, sejenis sekolah tinggi bidang seni dan budaya yang dikelola pihak Adipati Mangkunegara
Al Quran bertuliskan jawa dengan ukuran panjang 33 cm, lebar 22 cm dan tebal 3cm juga menjadi bahan referensi utama bagi pelajar di sekolah tersebut.
"Kalau tradisi membaca Al-quran bertuliskan Jawa di kalangan keluarga keraton sebenarnya masih, hanya intensitasnya mungkin jarang, karena rata-rata keluarga Mangkunegaran tinggalnya di Jakarta," pungkas Wedani. (Ismail/Jawa Tengah)
Baca Juga: