BANYAK akun palsu yang beredar di platform media sosial. Tidak sedikit akun palsu yang membuat jengkel dengan melontarkan komentar negatif hingga ujaran kebencian.
Mirisnya, akun palsu yang bermasalah tidak hanya di platform media sosial saja, tapi juga pada bisnis e-commerce hingga ritel. Menurut pakar di Kaspersky Fraud Prevention, dalam jangka panjang keberadaan akun palsu bisa berbahaya bagi keberlangsungan bisnis.
Baca Juga:

Ada beberapa kasus yang kerap terjadi apabila keberadaan akun palsu terus dibiarkan begitu saja. Pertama yakni pencurian bonus. Biasanya perusahaan memiliki anggaran untuk program loyalitas pelanggan, dengan tujuan menarik pelanggan baru dan membangun hubungan dengan pelanggan lama. Pelanggan yang baru bergabung akan mendapat hadiah selamat datang.
Akun palsu bisa memanfaatkan program loyalitas tersebut, untuk mendapatkan hadiah gratis dan menjualnya kembali. Bahkan tidak menutup kemungkinan pengguna akun palsu membuat beberapa akun untuk memperbesar peluang mereka dalam mendapatkan hadiah.
Menurut Kaspersky, tindakan yang dilakukan akun palsu dapat merugikan pelanggan. Karena mereka bisa kehilangan kesempatan mengikuti promosi, bahkan tak bisa membeli produk limited edition karena sudah dibeli oleh akun palsu.
Ini dapat memberikan dampak negatif pada citra brand dan merusak kepercayaan pelanggan. Selain itu, aktivitas pemasaran pun menjadi tidak efektif karena produk dibeli oleh akun palsu.
Baca Juga:

Bahaya yang kedua akun palsu bagi perusahaan atau pelaku usaha yakni ulasan palsu. Karena, ulasan terbukti dapat mempengaruhi keputusan konsumen sebelum berbelanja. Bahkan, ulasan palsu dalam jangka panjang bisa berbahaya bagi penjual serta platform.
Menurut sebuah survei, 67 persen konsumen merasa khawatir perihal kredibilitas ulasan, karena maraknya pengguna akun palsu yang memberikan ulasan tidak jujur. Sementara itu, 54 persen konsumen tidak mau berbelanja karena mencurigai ulasan yang diberikan merupakan ulasan palsu.
Bahaya yang terakhir dari akun palsu yakni penipuan uang. Biasanya para penjahat siber memakai akun palsu dalam melancarkan aksi penipuan bahkan pencucian uang. Penjahat siber biasanya menyalahgunakan alat otomatisasi, server proxy, dan jaringan TOR untuk menghindari deteksi.
Selain itu, bisnis tempat para penjahat siber berbelanja bisa dicurigai membantu aktivitas terlarang oleh pihak berwenang yang menyelidiki kasus pencucian uang. (Ryn)
Baca Juga: