SAAT itu aku masih duduk di bangku SMP kelas 8, aku ingin membeli sepatu dengan uangku sendiri, hasil dari uang jajan aku tabung cukup lama. Tak perlu pikir panjang, aku ambil uangku sebagian dan sebagiannya lagi aku simpan.
Aku naik angkot 03 warna biru turun di jembatan Plaza Serpong dan menyambung perjalanan dengan angkot lain jurusan Ciledug untuk menuju toko sepatu incaranku. Sesampainya disana, hanya aku pelanggan satu-satunya pada saat itu, mengingat toko ini terbilang baru dan hanya sebagian orang saja yang tahu. "Nyari apa dek," ungkap penjual di toko ini dengan senyum yang amat ramah.
Baca Juga:
Awalnya aku sudah mengincar sepatu full black anak sekolah pada umumnya. Tapi, justru pandanganku tertuju kepada sepatu buatan Nike. Desain elegan dan warna yang tidak terlalu mencolok membuat aku sangat kepincut untuk segera memboyong sepatu itu. Namun, di sisi lain uang yang aku bawa hanya cukup untuk sepatu full black anak sekolah.

Lantas, tiba-tiba saja lisanku berani bertanya kepada sang penjual tentang harga sepatu itu. "Yang ini berapaan bang?," tanyaku sambil menunjuk ke arah sepatu tersebut. Aku tidak ingat persis berapa harga sepatu itu, satu hal yang aku ingat ialah penjualnya memberikan sepatu itu kepadaku meski uangku kurang.
"Yaudah pulang dulu, ambil kurangnya nanti balik lagi," kata sang penjual. Aku pun senyum kegirangan karena akhirnya aku bisa memboyong sepatu tersebut walau anggaran yang aku punya tidak cukup. Aku pun langsung bergegas pulang ke rumah, agar bisa kembali secepatnya untuk membayar kekurangan pembayaran sepatu ini.
Baca Juga:
Sesampainya dirumah, rencanaku yang seharusnya untuk kembali ke toko tersebut luntur setelah aku membuka kotak sepatu dan mencobanya bak model. Setelah aku puas mencobanya, aku pun sangat malas untuk kembali ke toko itu, mengingat jarak dari rumahku ke toko itu cukup jauh karena harus ditempuh dua kali naik angkot.

Akhirnya niatku untuk membayar hutangku aku urungkan. Lebih parahnya lagi, sampai sekarang umurku 21 tahun toko tersebut sudah tidak ada. Entah tutup permanen atau pindah lokasi. Aku benar-benar merasa bersalah. Seingatku, aku berhutang sekitar Rp 80 ribu kepada si penjual.
Ini bukan akal-akalanku agar bisa lolos dari hutangku kepadanya. Aku sangat menyesal dan sangat minta maaf kepada penjual toko sepatu itu yang berlokasi di Pakujaya dekat SMPN 16 Tangerang Selatan. Aku berjanji jika bertemu dengan penjualnya akan segera kulunaskan hutangku dan meminta maaf karena telah membuat tokonya rugi. (rey)
Baca Juga: