MerahPutih.com - Ujaran kebencian dan hoaks masih jadi persoalan yang mewarnai penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.
Polri memprediksi aktivitas saling serang oleh berbagai kelompok di media sosial terkait Pemilu 2024 akan meningkat pada pertengahan 2023.
Baca Juga
"Dilihat dari pemetaan, kalau Pemilu 2024 ini, pemetaannya itu kami prediksi pertengahan tahun ini pasti sudah mulai gencar yang berkaitan dengan upaya-upaya kelompok tertentu untuk saling serang,” ujar Kepala Biro Multimedia Divisi Humas Polri, Brigjen Gatot Repli Handoko di Jakarta, Jumat (27/1).
Ia menyampaikan media sosial yang digunakan berbeda-beda untuk menyebar hoaks di daerah-daerah. Di Jakarta, kabar bohong lebih banyak disebar lewat Twitter. Sedangkan, di Papua pada umumnya menggunakan Facebook.
Selain itu, TikTok sebagai salah satu media sosial yang kini menjamur di masyarakat juga bisa dimanfaatkan untuk menyebarkan hoaks.
Menurut Gatot, pantauan Polri sejak awal Januari 2023 hingga saat ini belum terjadi pergerakan yang begitu masif mengenai Pemilu 2024.
Baca Juga
DKPP Tangani 76 Aduan Dugaan Pelanggaran Kode Etik Penyelenggara Pemilu
Namun untuk memitigasi kemunculan narasi-narasi intoleransi yang tersebar di media sosial, pihak kepolisian semakin memperkuat koordinasi antar divisi khususnya yang berkaitan seperti Densus 88.
Polri juga melakukan pemetaan preferensi media sosial berdasarkan wilayah.
“Otomatis menjadi tugas pokok kami untuk meng-counter atau mengklarifikasi mengenai informasi itu memang benar atau tidak, itu yang ditunggu pasti dari kita,” ucap Gatot.
Sementra itu, Kadiv Humas Polri, Irjen Dedi Prasetyo menilai, pengawasan penyelenggaraan pemilu perlu komitmen dari seluruh elemen bangsa.
Terutama para penyelenggara pemilu agar kehidupan demokrasi semakin matang dan berkualitas.
"Sehingga, melahirkan pemerintahan yang memiliki legitimasi kuat," tutup Dedi. (Knu)
Baca Juga
Pers Dituntut Jadi Penghalau Banyaknya Disinformasi dan Hoaks saat Pemilu 2024