Akibat Karhutla, Kerugian Ekonomi Indonesia Capai Rp 220 Triliun

Andika PratamaAndika Pratama - Sabtu, 28 September 2019
Akibat Karhutla, Kerugian Ekonomi Indonesia Capai Rp 220 Triliun
Asap pekat karhutla menyelimuti jalan lintas sumatera rute Pekanbaru - Padang di Rimbo Panjang, Kabupaten Kampar, Riau, Selasa (17/9). (ANTARA/FB Anggoro)

MerahPutih.com - Sebanyak 504.000 warga terutama anak-anak terserang ISPA akibat Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di provinsi Kalimantan Barat.

"Dari data kami dapat 504.000 orang terutama anak-anak terdampak ISPA. Tidak hanya itu hilangnya keragaman hayati serta terganggunya aktifitas ekonomi akibat pembatalan penerbangan baik internasional maupun domestik dimana terjadi hampir di sebagian pulau besar Indonesia khususnya Sumatera, Jawa dan Kalimantan," ujar Kapolda Kalbar, Irjen Pol Didi Haryono di Pontianak, Sabtu (28/9)

Baca Juga

99 Persen Penyebab Karhutla Ulah Manusia

Didi menjelaskan, sebagaimana dilansir Antara, sekitar Rp 220 triliun kerugian ekonomi Indonesia akibat Karhutla. Sebab, pada saat itu Kalbar merupakan salah satu dari enam provinsi penyumbang asap terbesar di Indonesia.

“Beberapa penekanan Pak Presiden antara lain bahwa kejadian Karhutla pada tahun 2015 dan tahun-tahun sebelumnya jangan sampai terulang kembali. Jumlah hotspot harus turun tiap tahunnya, lakukan pencegahan jangan sampai api besar baru bingung dipadamkan,” ujarnya

Kapolda Kalbar, Irjen Pol Didi Haryono

Kapolda menambahkan, Kalbar memiliki kondisi geografis yang memiliki bentangan 1 1/6 pulau jawa dengan luas wilayah 146.807,90 kilometer persegi meliputi luas daratan 110.000 kilometer persegi atau setara 74,93 persen terdapat lahan perkebunan dan pertanian, dan juga hamparan lahan gambut yang cukup luas di setiap wilayah Kalbar.

"Potensi geografis yang luas ini menjadikan sebuah potensi bagi oknum yang tidak bertanggung jawab untuk membuka lahan dengan cara membakar,” ungkapnya

Baca Juga

Walhi Anggap Jokowi Lalai dan Tutup Mata soal Karhutla

Menurutnya, sebaran hotspot di Kalbar berdasarkan pengolahan data lapan oleh BMKG, menyebutkan hotspot sepanjang bulan agustus 2019 terdapat sejumlah 7.655 titik panas di Kalbar. Yang di mana hotspot terbanyak terdapat di Kabupaten Ketapang yaitu sejumlah 2.126 titik panas dan Kabupaten Sanggau sejumlah 1440 titik panas. Sedangkan dari tanggal 1 September sampai dengan 23 September 2019 di Kalbar terdapat sebanyak 15.767 hotspot. Kabupaten Ketapang menjadi penyumbang terbesar dengan 8.652 titik panas.

“Pada 24 September 2019 sampai dengan 25 september 2019 kita bersyukur karena hampir di seluruh wilayah kalimantan turun hujan sehingga data menyebutkan hotspot di kalimantan berkurang secara signifikan menjadi hanya 34 titik panas,” ucapnya.

Sementara itu, Gubernur Kalbar Sutarmidji, menjelaskan bahwa Kalbar memiliki luas sekitar 110.000 kilometer persegi dan mencakup kawasan hutan serta lahan perkebunan yang rentan mengalami kebakaran pada musim kemarau.

Karhutla
Kebakaran hutan dan lahan. Foto: ANTARA

"Memiliki lahan perkebunan dan pertanian, dan Kalbar juga memiliki hamparan lahan gambut yang cukup luas sehingga sangat rawan terbakar apabila memasuki musim kering atau kemarau," ujarnya.

Baca Juga

Ketua DPR Dorong KLHK Bentuk Gugus Tugas Cegah Karhutla

Ia mengimbau penting sinergisitas semua pihak untuk bersama–sama menanggulanginya. Jika pada kejadian di tahun 2015 terjadinya Karhutla terbesar selama 5 tahun terakhir.

”Titik panas dua kali lipat banyaknya dibandingkan tahun 2015. Tapi dampaknya tidak sehebat di tahun 2015. Karena, lamanya api berada di satu titik itu juga hitungannya lebih cepat selesai dibandingkan dengan yang di tahun 2015," pungkasnya. (*)

#Kebakaran Hutan Dan Lahan (Karhutla)
Bagikan
Ditulis Oleh

Andika Pratama

Bagikan