Akankah Gerakan #2019GantiPresiden Bisa Bertahan Sampai Pemilu 2019?

Andika PratamaAndika Pratama - Selasa, 08 Mei 2018
Akankah Gerakan #2019GantiPresiden Bisa Bertahan Sampai Pemilu 2019?
Relawan mendeklarasikan jargon hashtag 2019GANTIPRESIDEN di kawasan Monas Jakarta, Minggu (6/5). Foto: ANTARA/Muhammad Iqbal

MerahPutih.com - Dosen Komunikasi Politik Universitas Bunda Mulia, Silvanus Alvin mengatakan, bahwa #2019GantiPresiden termasuk ke dalam aktivisme tagar atau hashtag activism. Menurut dia, karakteristik kemunculan tagar, terutama yang viral di sosial media, terjadi sebagai bentuk refleksi dari suara sekelompok public yang tidak terekspos oleh media.

"Keberadaan tagar tersebut memang bertujuan untuk menguatkan dukungan politik, karena suatu pesan dapat tersebar lebih luas melebihi jumlah pengikut si pembuat pesan dengan menggunakan tagar," kata Alvin kepada MerahPutih.com, Selasa (8/5).

Alvin menyebut keunikan tagar itu memang dapat menarik perhatian netizen. Biasanya dimulai dari rasa penasaran, kemudian netizen akan mulai mencari tahu.

"Kemudian, sifat tagar yang menghubungkan (tiap unggahan apapun dapat muncul selama ditempelkan #2019GantiPresiden) juga bentuk dari proses kultivasi atau penanaman atas suatu pesan tertentu," ujarnya.

Dengan demikian, kata Alvin, hal ini dapat memengaruhi alam bawah sadar publik. Pasalnya, tidak semua publik memiliki literasi politik yang mumpuni, sehingga mereka bisa dengan mudah terpengaruh dengan berbagai unggahan yang menempel pada #2019GantiPresiden.

Logo #2019GantiPresiden. Foto: Netizen Media

Menurut dia, gerakan #2019GantiPresiden tidak tepat disebut sebagai gerakan akar rumput atau political grass root movement. Sebab, pelopor tagar ini merupakan salah satu elit Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mardani Ali Sera.

"PKS ini sekarang afiliasinya dengan Prabowo Subianto. Jadi saya melihat, arah-arahnya capres yang akan diusung dari aktivis tagar #2019GantiPresiden adalah Prabowo Subianto," ungkapnya.

Ide #2019GantiPresiden Bisa Bertahan Sampai Waktu Pemilihan?

Alvin berpendapat ide #2019GantiPresiden bisa bertahan namun bisa juga tidak bertahan sampai waktu pemilihan. Pasalnya, manusia merupakan individu yang dinamis dan bisa berubah-ubah dalam waktu sesingkat mungkin.

"Jadi, besar kemungkinan kubu Prabowo akan terus melakukan pembaruan isu secara berkala pada #2019GantiPresiden, agar publik tidak jenuh," ujarnya.

Misalnya, lanjut dia, produksi baju dengan mencetak tagar tersebut, lantas baju itu dipakai oleh artis sekaliber Ahmad Dhani sehingga tambal viral di mata publik.

"Atau acara-acara bernuansa politik seperti di CFD beberapa waktu lalu," imbuhnya.

Lebih lanjut Alvin menilai, aktivisme #2019GantiPresiden sulit dibendung, karena para pendukung Jokowi tidak berada di satu barisan tagar yang sama. Meski ada beberapa pendukung mencoba menghambat laju #2019GantiPresiden dengan berusaha memviralkan #Jokowi2Periode dan #DiaTetapKerja.

Spanduk #2019GantiPresiden. Foto: Ist

"Bila mau mengimbangi #2019GantiPresiden diperlukan suatu tagar yang solid dari kubu petahana. Perlu digarisbawahi juga, tidak ada yang salah dengan tagar#2019GantiPresiden karena hal itu merupakan bentuk ekspresi politik dalam suatu Negara yang demokratis," pungkasnya.

Sementara itu, Ketua DPR Bambang Soesatyo menilai, gerakan relawan di tahun politik tergolong cukup mengkhawatirkan. Sebab, telah memecah masyarakat menjadi dua kubu, pendukung Jokowi dan non Jokowi.

Karena itu, politisi Golkar ini meminta kepada penyelenggara pemilu dan aparat penegak hukum berlaku adil dengan melarang dua kubu membuat gerakan yang berpotensi merusak keharmonisan hidup bersama.

"Kalau larang kaos ganti presiden, harus larang juga (pendukung) dua periode, supaya adil," kata pria yang kerap disapa Bamsoet ini, di Hotel Ambhara, Jakarta Selatan, Selasa (8/5).

Bamsoet mengimbau kepada para relawan untuk mendukung capres jagoannya dengan elegan. Dia mengecam intimidasi yang dilakukan sejumlah orang yang memakai kaos #2019GantiPresiden terhadap perempuan dan anaknya yang menggunakan kaos #DiaSibukKerja, beberapa waktu lalu.

"Makanya dari awal sebaiknya menjagokan pilihan kita harus dengan elegan tidak perlu menyerang lawan tapi pujilah jagoan kita dengan nama yang harum," ucapnya.

Selain itu, mantan Ketua Komisi III DPR ini meminta kepada elite partai politik agar menahan nafsu politiknya. Untuk itu, dia menyarankan para elite membuat statemen yang menyejukan ditengah panasnya tahun politik menjelang kontestasi demokrasi lima tahunan.

"Harus kembali kepada para elite politik harus lebih dewasa dalam berpolitik ini adalah yang rawan pilkada bulan Juni kenudian April kita adakan Pileg dan Pilpres sehingga mulai dari sikap maupun ucapan dari elite-elite politik tokoh bangsa harus dijaga. Buatlah statement-statdment yang bawa keteduhan bagi bangsa," pungkasnya.

Sebelumnya, intimidasi yang dilakukan sejumlah orang yang memakai kaos #2019GantiPresiden terhadap perempuan dan anaknya yang menggunakan kaos #DiaSibukKerja, pada acara Car Free Day, di Bundaran Hotel Indonesia, Minggu ( 29/4) pagi, mendapat kecaman keras.

Salah satunya datang dari PROJO, organisasi relawan pendukung Joko Widodo. Ketua Umum PROJO, Budi Arie Setiadi mengecam keras intimidasi tersebut. Budi menilai, insiden tersebut telah mencoreng nilai-nilai demokrasi.

"Kejadian itu sangat memalukan. Kami mengutuk keras insiden itu dan tidak sepantasnya dilakukan oleh pihak- pihak yg punya aspirasi berbeda," ujar Budi di Jakarta, Senin (30/4).

Caption

"Keadaban dan nilai- nilai demokrasi menjadi sangat tercoreng. Kesan nya jadi menghalalkan segala cara untuk jadi presiden. Apa sih yg di cari dan di kejar?" kata dia menambahkan.

Menurut Budi, dalam negara demokrasi perbedaan pendapat dalam menyampaikan aspirasi dilindungi oleh konstitusi.Demokrasi, kata dia, akan kehilangan kualitasnya jika cara- cara kekerasan di beri ruang.

"Kita menghormati kebebasan berpendapat. Karena itu dijamin konstitusi. Tapi kita juga harus menjaga terwujudnya tertib sosial," tegasnya.

Untuk itu, Budi mengimbau kepada semua pihak untuk menahan diri dan tidak terprovokasi. Pasalnya, Pemilu 2019 yang merupakan manifestasi kedaulatan rakyat akan digelar dalam waktu dekat.

"Jangan kita korbankan bangsa dan negara yang kita cintai bersama dengan terus menebarkan aroma permusuhan dan kebencian sesama anak bangsa," tutur mantan Aktivis Universitas Indonesia ini. (Pon)

#Calon Presiden 2019 #Pilpres 2019
Bagikan
Ditulis Oleh

Andika Pratama

Bagikan