Ajakan Kekinian Ikut digaungkan dalam Perayaan Satu Abad Chairil Anwar

Hendaru Tri HanggoroHendaru Tri Hanggoro - Rabu, 27 Juli 2022
Ajakan Kekinian Ikut digaungkan dalam Perayaan Satu Abad Chairil Anwar
Lukisan ini dikerjakan dalam durasi 77 menit dan sesuai dengan Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan RI tahun ini. (Tutut Adinegoro)

PERINGATAN satu abad Chairil Anwar bebarengan dengan hari puisi nasional yang jatuh pada 26 Juli yang merujuk pada hari kelahiran 'si binatang jalang'. Satu Abad Chairil Anwar ini terselenggara di Teater Besar, Taman Ismail Marzuki, (26/7).

Sebuah konser puisi digelar pukul 15.00 - 17.00 WIB dan diisi penyair, penulis, musisi, dan seniman lainnya. Sebut saja diantaranya Djenar Maesa Ayu, Ratih Kumala, Cyntha Hariadi, Gratiagusti Chananya Rompas, Yoshi Fe, Evawani Chairil Anwar, Patricia Wulandari, dan kelompok musik Efek Rumah Kaca.

Chairil Anwar adalah penyair yang lahir di Medan pada 26 Juli 1922 dan wafat pada 28 April 1949 di Jakarta. Dalam rentetan waktu hidupnya, beliau melahirkan karya sastra dan puisi yang dahsyat, bahkan menggema sampai sekarang. Beliau juga dijuluki sebagai "Si Binatang Jalang" julukan itu didapati setelah ia memproklamirkan puisinya yang berjudul "Aku".

Sebanyak 96 karya, termasuk 70 puisi telah ia torehkan, ada beberapa karyanya yang juga diantalogikan bersama Asrul Sani dan Riva Apin. Menurut H.B.Jassin ia adalah pelopor puisi modern Indonesia angkatan '45.

Baca juga:

Mengenal Dua Raksasa Sastra lewat "Pameran Gunung Api Jassin, Lahar Panas Chairil"

chairil anwar
Ireng Halimun yang mengapropriasi (peminjaman elemen) dari lukisan 'Boeng Ajo Boeng' karya Affandi (Tutut Adinegoro)

Alasan mengapa puisi-puisi Chairil Anwar masih bertahan sampai satu abad ini adalah karena karya puisi beliau menyangkut berbagai tema; dari pemberontakan, kematian, individualisme, eksistensialisme, hingga tak jarang multi-interpretasi.

Selain pagelaran konser puisi, para pejalan puisi merayakan satu abad Chairil Anwar dengan ragam cara, salah satunya Ireng Halimun yang mengapropriasi (peminjaman elemen) dari lukisan 'Boeng Ajo Boeng' karya Affandi bekerja sama dengan Chairil Anwar dan Trisno Sumardjo.

Baca juga:

Chairil Anwar di Mata Masyarakat Kampung Halaman

chairil anwar
Ireng melukis karya tersebut dengan bahasa kekinian sesuai dengan targetnya para anak muda. (Tutut Adinegoro)

Ireng menjelaskan bahwa lukisan ini dikerjakan dalam durasi 77 menit dan sesuai dengan Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan RI tahun ini. "Meski bukan karya yang begitu bagus, saya ingin mensosialisasikan kepada generasi muda kini tentang kehebatan pujangga Angkatan '45," ungkapnya.

Selain itu, Ireng melukis karya tersebut dengan bahasa kekinian sesuai dengan targetnya para anak muda. "Karena mulai sedikit generasi muda kini yang tahu siapa itu Chairil Anwar, maka lukisan perjuangan 'Boeng Ajo Boeng' diubah menjadi 'Bro Ayo Bro'," jelas Ireng.

Langkah seni-budaya ini patut diacungkan jempol.Para seniman, sastrawan, penulis dan penyair kembali menggaungkan karya seni auntentik Indonesia. Seni yang dapat menjembatani informasi tentang sejarah dan pahlawan. Targetnya tentu saja para generasi muda yang kian hari tidak lagi mengenal seni-budaya negerinya sendiri. Ireng berharap generasi kini dapat menghargai para pahlawannya sebagai ciri bangsa yang besar. (dgs)

Baca juga:

Melihat Wajah Baru Perpustakaan Jakarta dan PDS HB Jassin

#Chairil Anwar
Bagikan
Bagikan