Ada 185 Bencana yang Terjadi Selama Januari 2021

Andika PratamaAndika Pratama - Kamis, 21 Januari 2021
Ada 185 Bencana yang Terjadi Selama Januari 2021
Banjir yang melanda wilayah Kecamatan Sungai Tabuk di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, tidak juga surut meski hujan sudah enam hari tidak turun. (ANTARA/Firman)

MerahPutih.com - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, sejak awal Januari hingga Kamis (21/1), terjadi 185 bencana di Indonesia. Mayoritas didominasi bencana hidrometeorologi.

Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Raditya Jati menyebutkan, bencana hidrometeorologi, seperti banjir, tanah longsor, dan puting beliung mendominasi kejadian bencana.

Baca Juga

BMKG Ingatkan Masyarakat Waspadai Puncak Musim Hujan Januari-Februari

Catatan BNPB, sebanyak 127 kejadian banjir terjadi di beberapa wilayah Tanah Air, sedangkan tanah longsor 30, dan puting beliung 21 kali.

"Bencana lain yang tercatat, lima gelombang pasang, dan dua kejadian gempa bumi," ujar Raditya.

Ia mengungkapkan, bencana banjir paling sering terjadi, dan bencana gempa bumi paling banyak mengakibatkan korban jiwa. Hingga kini korban meninggal akibat gempa bumi berjumlah 91 jiwa, tanah longsor 41 dan banjir 34, sedangkan hilang akibat banjir delapan dan gempa tiga.

"BNPB mencatat korban luka-luka akibat gempa bumi 1.172 jiwa, tanah longsor 26 jiwa, puting beliung tujuh jiwa, dan banjir lima jiwa," tambah Raditya.

Total kerusakan rumah berjumlah 1.896 unit dengan tingkat yang berbeda. BNPB mencatat rumah rusak berat 147 unit, rusak sedang 63 dan rusak ringan 1.686. Kerusakan rumah akibat gempa bumi, khususnya yang terjadi di Sulawesi Barat, masih dalam proses pendataan di lapangan.

Dari kategori rusak berat, tanah longsor masih menyebabkan kerusakan paling tinggi yaitu 45 unit, disusul gelombang pasang atau abrasi 40, banjir 38, dan puting beliung 24. Bencana juga mengakibatkan kerusakan fasilitas publik.

Warga menggunakan sepeda melintas di dekat puing-puing rumah akibat banjir bandang di Desa Waki, Kecamatan Batu Benawa,Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan, Rabu (20/1/2021). ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/aww.
Warga menggunakan sepeda melintas di dekat puing-puing rumah akibat banjir bandang di Desa Waki, Kecamatan Batu Benawa,Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan, Rabu (20/1/2021). ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/aww.

Dari sejumlah kejadian bencana, kerusakan pada fasilitas penduduk berjumlah 18 unit, rumah ibadah 15, kesehatan tiga, kantor dua, dan jembatan 25. Kerusakan fasilitas publik akibat gempa masih dalam pendataan.

Sementara itu, perkembangan terkini dampak gempa bumi Magnitudo 6,2 di Sulawesi Barat per 21 Januari 2021, pukul 08.00 WIB tercatat korban meninggal berjumlah 91 jiwa, hilang tiga, luka berat 253, luka ringan 679, luka sedang 240 orang. Warga yang mengungsi berjumlah 9.910 jiwa.

Di Kabupaten Mamuju teridentifikasi sementara lima titik pengungsian, seperti di Jalu 2, Stadion Mamuju, Gerbang Kota Mamuju, Tapalang dan Kantor Bupati. Sedangkan di Kabupaten Majene, dua titik teridentifikasi yaitu di SPN Malunda dan Desa Sulet Malunda.

Pascagempa, upaya penanganan darurat masih berlangsung hingga Kamis (21/1) ini. Melihat dampak bencana, masyarakat selalu diimbau untuk tetap waspada dan siaga.

Terkait bencana hidrometeorologi, BNPB meminta masyarakat untuk memperhatikan prakiraan cuaca yang diinformasikan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), mengingat puncak musim hujan masih terjadi hingga Februari 2021.

Potensi bahaya lain yaitu gempa bumi yang dapat terjadi setiap saat, seperti yang terjadi di Provinsi Sulawesi Barat.

"Di samping itu, ancaman bahaya lain yaitu pandemi COVID-19 yang masih terus terjadi penularan di tengah masyarakat," kata Raditya.

BNPB mengingatkan untuk melakukan persiapan keluarga dalam menghadapi sejumlah potensi bahaya tersebut. Diskusikan di antara keluarga dengan terlebih dahulu mengidentifikasi potensi bahaya dan risiko di sekitar.

Masyarakat dapat memanfaatkan aplikasi, seperti InaRISK, Info BMKG, Magma Indonesia untuk mengetahui potensi bahaya dan risiko. Selanjutnya, anggota keluarga dapat mendiskusikan upaya konkret yang dapat dilakukan di sekitar tempat tinggal.

"Setiap keluarga memiliki tingkat risiko yang berbeda, seperti parameter anggota keluarga, topografi di sekitar rumah, kekuatan bangunan, atau pun tata ruang rumah," tandas Raditya. (Knu)

Baca Juga

Ini Langkah Pemprov DKI Atasi Banjir saat Musim Hujan

#Bencana Alam #BNPB
Bagikan
Bagikan