Abmas ITS Besut Termometer Berbasis Suara

Muchammad YaniMuchammad Yani - Minggu, 27 Desember 2020
Abmas ITS Besut Termometer Berbasis Suara
Salah satu siswi tunanetra SMPLB-A YPAB Surabaya saat mencoba termometer berbasis suara karya tim Abmas ITS Surabaya. (Foto: Ist)

TIM Pengabdian Masyarakat (Abmas) Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) menciptakan termometer berbasis suara sebagai media praktikum siswa tunanetra untuk mengukur temperatur.

Azzah Dyah Pramat, dosen dari Departemen Teknik Material dan Metalurgi yang ada dalam tim tersebut mengatakan, ketika termometer ini digunakan bisa memunculkan suara secara otomatis sesuai temperatur hasil pengujiannya. Sehingga pengujian hanya cukup mendengarkan suara dari termometer tersebut.

Baca juga:

Apakah KFConsole Benar-Benar Nyata? KFC Ungkap Jawabannya

Bagi seorang tunanetra, termometer ini akan sangat membantu dalam melakukan pengukuran temperatur. "Sehingga semua siswa bisa mendapatkan akses yang sama dalam pembelajaran," ungkap Azzah saat dikonfirmasi, Sabtu, (26/12).

Tombol-tombol yang digunakan juga membantu tunanetra mengetahui fungsinya. (Foto: Pixabay/stevepb)
Tombol-tombol yang digunakan juga membantu tunanetra mengetahui fungsinya. (Foto: Pixabay/stevepb)

Ia menambahkan, prinsipnya, sensor pada termometer tersebut akan mendeteksi besar temperatur dalam jangkauan 0-100 derajat celcius. Lalu, perangkat arduino akan memerintah untuk mengaktifkan suara sesuai besaran temperatur yang dideteksi.

Dosen lulusan Kumamoto University, Jepang itu juga menyebutkan, banyak aspek yang harus diperhatikan dalam mendesain termometer ini. "Selain keamanan, sisi ergonomi menjadi hal yang sangat penting dalam perancangannya," tandas Azzah.

Baca juga:

KamiBijak.com Jadi Media Arus Utama Kaum

Berhubung penggunanya tunanetra, menurut Azzah jika setiap tombol yang ada dibuat sesederhana mungkin dan berbeda bentuknya. Hal ini akan memudahkan mereka membedakan fungsinya saat diraba-raba. Selain itu, badan termometer tersebut juga terbuat dari polimer daur ulang yang diproses menggunakan printer tiga dimensi.

Saat ini, termometer tersebut telah diuji coba pada Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa A (SMPLB-A) Yayasan Pendidikan Anak-anak Buta (YPAB) Surabaya. "Kami berharap jika prosesnya bisa berkesinambungan, semoga bisa menunjang kurikulum pendidikan bagi tunanetra," papar Azzah.

Termometer ini sangat membantu siswa tunanetra. (Foto: Pixabay/geralt)
Termometer ini sangat membantu siswa tunanetra. (Foto: Pixabay/geralt)

Sementara itu, Kepala Sekolah SMPLB-A YPAB Surabaya Eko Purwanto, menyatakan sangat terbantu dengan termometer ini. Menurutnya, siswa tunanetra selama ini masih menggunakan termometer raksa yang harus dibantu orang lain untuk melihat hasil pengukurannya.

"Melalui (termometer) ini, anak-anak bisa melakukan pengukurannya sendiri dengan mudah," tuturnya. (Andika Eldon/Surabaya)

Baca juga:

Microsoft Flight Simulator makin Seru

#Teknologi
Bagikan
Ditulis Oleh

Muchammad Yani

Lebih baik keliling Indonesia daripada keliling hati kamu
Bagikan