MerahPutih.com - Pemerintah telah mengizinkan masyarakat untuk melakukan mudik lebaran setelah 2 tahun dilarang. Mudik Lebaran tahun ini, diyakini tidak sekadar memenuhi rasa rindu masyarakat pada kampung halaman, tetapi merupakan upaya pemulihan perekonomian nasional.
Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat meminta Pemerintah mengantisipasi setiap risiko yang muncul dari aktivitas mudik Lebaran 2022, agar mampu mendorong roda perekonomian nasional.
Baca Juga:
Wali Kota Medan Larang Keras ASN Gunakan Mobil Dinas untuk Mudik Lebaran
"Pilihan dari setiap kebijakan pasti ada risikonya, tinggal bagaimana kita mampu mengantisipasi setiap risiko yang muncul seperti pada kebijakan mempersilakan masyarakat untuk mudik Lebaran pada tahun ini," kata Lestari Moerdijat.
Ia menyebutkan, sejumlah risiko seperti ada 15 persen kelompok masyarakat yang masih rawan terpapar COVID-19 karena beberapa hal, misalnya belum divaksin serta balita dan anak-anak sehingga belum memiliki imunitas yang memadai.
Lestari mengutip pernyataan epidemiolog UI Pandu Riono yang mengungkapkan bahwa pada bulan November dan Desember 2021 tingkat imunitas penduduk cukup tinggi mencapai 90 persen sehingga masyarakat Indonesia secara rata-rata sudah memiliki imunitas.
"Namun, masih ada 15 persen masyarakat yang tidak pernah terinfeksi dan belum mendapatkan vaksinasi sehingga rawan apabila terpapar COVID-19," ujarnya.
Lonjakan keberangkatan pemudik, kata dia, juga berisiko menciptakan kemacetan di beberapa jalur mudik yang bisa berakibat fatal. Antisipasinya terus mengupayakan peningkatan imunitas masyarakat melalui pengaplikasian vaksin booster dan pengaturan yang cermat arus mudik dengan sejumlah simulasi dan skenario operasi di lapangan.
"Pergerakan sekitar 85 juta pemudik tahun ini secara hampir bersamaan tentunya membutuhkan pengelolaan yang mumpuni dari semua sisi untuk menghindari terjadinya korban jiwa," katanya.
Sementara itu, Anggota Komisi V DPR RI Sigit Sosiantomo mengingatkan kemungkinan kemacetan saat mudik Lebaran 2022 karena pengguna transportasi darat bakal meningkat pada hari raya kali ini.
"Jumlah pemudik tahun ini diprediksi meningkat signifikan jika dibanding tahun-tahun sebelumnya karena ini pertama kali Pemerintah memperbolehkan mudik setelah pandemi COVID-19. Dari 79,4 juta pemudik tahun ini, sekitar 75 persen (60,47 juta pemudik) akan menggunakan transportasi darat," kata Sigit.

Sigit mengemukakan, kelaikan sarana transportasi tentu menjadi perhatian guna meminimalkan kemacetan dan potensi kecelakaan lalu lintas terkait dengan tingginya angka pemudik yang menggunakan transportasi darat
"Karena 75 persen pemudik menggunakan angkutan darat, baik kendaraan pribadi maupun angkutan umum, kemacetan dan potensi kecelakaan lalu lintas juga bisa naik," kata dia.
Ia memandang perlu Pemerintah memperketat pemeriksaan kelaikan angkutan umum untuk angkutan pemudik sebab keselamatan dan keamanan angkutan harus menjadi prioritas dalam penyelenggaraan mudik.
Selain kelancaran mudik, kata dia, keselamatan juga harus mendapat perhatian. Oleh karena itu, setiap kendaraan yang akan digunakan mudik harus benar-benar laik jalan.
"Jangan sampai ada yang KIR-nya bodong, jadi pemeriksaannya harus diperketat, khususnya untuk angkutan umum," kata Sigit. (Pon)
Baca Juga:
Kendaraan Langgar Ganjil Genap saat Mudik Bakal Dikeluarkan dari Tol