3 Kunci Utama untuk Cegah Demam Berdarah pada Anak


DBD pada anak bisa dicegah. (Foto: Unsplash/Kelly Sikkema)
SI kecil berpotensi terkena demam berdarah. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, penderita demam berdarah di sepanjang tahun 2020 mencapai angka 95.893. Dari angka tersebut 52 persen di antaranya adalah anak-anak usia 0–14 tahun.
Namun, bunda tidak perlu khawatir. Demam berdarah dapat dicegah asalkan bunda benar-benar memperhatikan beberapa faktor penyebab penyakit ini. Seperti dimuat laman Alodokter, berikut tiga kunci untuk mencegah demam berdarah, antara lain:
Baca Juga:
Pascabanjir, Basmi Sarang Nyamuk Demam Berdarah dengan Cara Simpel Ini
1. Mendapatkan vaksin dengue
Anak berusia 9-16 tahun perlu mendapatkan vaksin dengue. Vaksin yang resmi beredar di Indonesia sejak 2016 ini mampu menguatkan si kecil untuk melawan demam berdarah. Si kecil membutuhkan vaksin ini sebanyak tiga kali dalam periode jarak enam bulan.

Vaksin dengue memang tidak sepenuhnya mencegah demam berdarah. Akan tetapi, gejala demam berdarah bisa lebih ringan apabila si kecil sudah mendapatkan vaksin ini. Dengan begitu, peluang dirawat di rumah sakit karena demam berdarah akan lebih kecil. Kamu cukup merawatnya di rumah dan tentunya dengan arahan dari dokter.
Baca Juga:
2. Memberantas sarang nyamuk
Perhatikan lingkungan sekitar agar si kecil tidak terancam demam berdarah. Maka dari itu, kamu perlu mengikuti Program Pemberantasan Sarang Nyamuk 3M Plus yang diberikan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Langkah-langkah penting pada program tersebut meliputi:
-Menguras dan membersihkan tempat yang sering menjadi penampungan air, seperti bak mandi, toren air, ember, akuarium, dan tempat penampungan air lainnya.
-Menutup rapat berbagai tempat penampungan air dan mengubur barang bekas yang berpotensi menjadi sarang nyamuk.
-Memanfaatkan kembali (mendaur ulang) limbah barang bekas yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk demam berdarah.
-Memelihara ikan pemakan jentik nyamuk di tempat penampungan air.
-Memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi rumah.
-Memberikan larvasida pada tempat penampungan air yang susah dikuras.
-Memperbaiki saluran dan talang air yang tersumbat.
-Menanam tanaman pengusir nyamuk.
-Menyalakan AC atau kipas angin.
-Mengenakan baju lengan panjang, celana panjang, dan kaus kaki.

3. Menggunakan produk antinyamuk
Produk antinyamuk memiliki manfaat agar anak terhindar dari penyakit demam berdarah. Produk antinyamuk yang berdedar di pasaran banyak yang mengandung bahan aktif DEET (diethyltoluamide).
Kandungan DEET hingga 10 persen pada produk antinyamuk diklaim aman untuk digunakan oleh anak usia 6 bulan hingga 12 tahun. Namun, anak usia 6 bulan hingga 2 tahun hanya boleh memakai produk ini sehari sekali. Sedangkan untuk anak usia 2–12 tahun maksimal tiga kali sehari.
Namun, penting untuk diingat bahwa produk antinyamuk mengandung DEET tidak boleh digunakan setiap hari pada anak dalam jangka waktu sebulan. (ikh)
Baca Juga:
Mengenal Leptospirosis, Penyakit yang Kerap Mewabah saat Banjir
Bagikan
Berita Terkait
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian

DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa

Periksakan ke Dokter jika Vertigo Sering Kambuh Disertai Gejala Lain, Bisa Jadi Penanda Stroke
