EKONOMI digital di Indonesia terus mengalamai perkembangan, setidaknya tercatat 1,2 juta pekerja yang menopang industri ini di 2021. Laporan tersebut menurut data dari perusahaan teknologi pencipta inovasi employee super-app, Venteny.
Venteny meyakini permintaan pasar tenaga kerja di bidang ekonomi digital akan semakin meningkat, diiringi dengan kompetensi baru yang dianggap relevan dengan kebutuhan industri. Menurut Group Chef Operating Officer Venteny, Damar Raditya, karyawan perlu memperbarui kompetensi non-teknis atau soft skill yang bersinergi dengan budaya kerja dan perkembangan teknologi modern.
“Perusahaan yang mau berinvestasi pada karyawan, tidak hanya pada core skill individu saja, namun juga pembentukan mindset dan mentalitas merupakan sebuah langkah progresif dalam mengupayakan employee happiness. Kami yakin dengan pelatihan profesional yang mudah diakses, terintegrasi, dan berkualitas mampu menjawab tantangan profesi baru di era ekonomi digital,” ujar Damar, dalam keterangan resminya, Selasa (12/4).
Baca juga:

Venteny membagikan setidaknya ada tiga kompetensi penting di masa depan, yaitu ketahanan diri dan kemampuan mengelola stress (resilience and stress tolerance), memecahkan masalah kompleks (complex problem solving), dan pembelajaran aktif (active learning).
Kemampuan mengelola stres dan bangkit dari situasi sulit adalah kemampuan yang berkaitan serta memiliki dampak cukup signifikan dalam menjawab tantangan kerja di sektor digital. Setiap orang memiliki tingkat sensitivitas terhadap stres yang berbeda. Ini harus menjadi pertimbangan bagi employer ketika memberikan tanggung jawab kepada calon karyawan agar mereka tidak terbebani secera mental ketika bekerja. Selain berdampak pada kesehatan, hal tersebut juga akan memengaruhi tingkat produktivitas yang dapat dihasilkan oleh karyawan.
Baca juga:
Seseorang juga harus memiliki kemampuan pemecahan masalah kompleks yang melibatkan unsur kognitif, emosional, dan motivasi seseorang. Layanan atau jasa di sektor digital membutuhkan keterampilan dan strategi tinggi, berbeda dari permasalahan yang berasal dari rutinitas atau sistem yang sudah teratur. Apalagi terkait dengan dunia digital yang setiap permasalahannya sangat kompleks, dan melibatkan kepentingan banyak orang.
Kemampuan belajar dengan aktif akan menentukan kapasitas individu dalam mengolah sumber daya pada dirinya untuk memahami konsep, mengajukan pertanyaan penting, berdiskusi, dan mengaplikasikan ilmu di lingkungannya.
Perusahaan yang berencana melakukan transformasi di organisasinya, penting untuk memiliki sumber daya manusia dengan kapasitas ini agar perubahan yang ditargetkan dapat tercapai dengan optimal. Salah satu cara mengasah kemampuan active learning adalah dengan membiasakan diri kita terekspos dengan data dan metode belajar berbasis teknologi. (and)
Baca juga:
Mengulik Strategi Perusahaan Kekinian Agar Diincar Jobseeker