3 Bulan Jelang Tutup Tahun, Pendapatan Negara Baru 77,7 Persen

Alwan Ridha RamdaniAlwan Ridha Ramdani - Senin, 25 Oktober 2021
3 Bulan Jelang Tutup Tahun, Pendapatan Negara Baru 77,7 Persen
Uang Rupiah. (Foto: Antara)

MerahPutih.com - Kementerian Keuangan memaparkan, realisasi pendapatan negara hingga akhir September 2021 adalah sebesar Rp 1.354,8 triliun atau 77,7 persen dari target APBN yaitu Rp 1.743,6 triliun.

Sri Mulyani menuturkan, pendapatan tersebut tumbuh 16,8 persen (yoy) dibandingkan periode sama 2020 yaitu sebesar Rp 1.160 triliun yang turun 13,6 persen dari September 2019.

"Ini dari sisi penerimaan negara terjadi perbaikan yang sangat baik," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di Jakarta, Senin (25/10).

Baca Juga:

Menkeu: Potensi Pembalikan Arah Ekonomi di Triwulan IV-2021

Sri Mulyani menuturkan, pendapatan negara terdiri atas penerimaan pajak Rp 850,1 triliun, bea dan cukai Rp 182,9 triliun, serta PNBP Rp 320,8 triliun. Secara rinci penerimaan pajak Rp 850,1 triliun itu merupakan 69,1 persen dari target APBN sebesar Rp 1.229,6 triliun yang meningkat 13,2 persen dibanding realisasi periode sama tahun lalu Rp 750,6 triliun.

Kemudian, penerimaan bea dan cukai sebesar Rp182,9 triliun merupakan 85,1 persen dari target APBN Rp215 triliun dan mampu tumbuh 29 persen dari periode September 2020 Rp 141,8 triliun.

"Penerimaan bea dan cukai masih tumbuh didorong tren positif bea masuk, cukai yang terus tumbuh serta kinerja meyakinkan bea keluar dan didorong pertumbuhan bea masuk sebesar 13,7 persen dipengaruhi oleh tren kinerja impor nasional yang terus meningkat.

Ia memaparkan, untuk cukai tumbuh 15,1 persen didorong efektifitas kebijakan penyesuaian tarif dan pengawasan operasi Gempur serta membaiknya kondisi pandemi nasional terutama relaksasi pembukaan daerah tujuan wisata.

Sementara, untuk bea keluar tumbuh 910,6 persen didorong peningkatan ekspor komoditi tembaga dan tingginya harga produk kelapa sawit. Selanjutnya, untuk PNBP yang pada September 2021 sebesar Rp 320,8 triliun atau 107,6 persen dari target Rp 298,2 triliun tumbuh 22,5 persen dibanding September tahun lalu Rp 261,8 triliun.

Di sisi lain, Bank Indonesia (BI) melaporkan likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) pada September 2021 meningkat delapan persen jika dibandingkan dengan September 2020 (year-on-year/yoy) menjadi Rp 7.287,3 triliun, dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 6,9 persen (yoy).

Uang Rupiah
Uang Rupiah. (Foto: Antara)

Peningkatan tersebut didorong oleh lebih tingginya pertumbuhan komponen uang beredar sempit (M1) yang mencapai 11,2 persen (yoy) dan uang kuasi yang tumbuh 4,5 persen (yoy). Pertumbuhan M2 pada September 2021 dipengaruhi oleh penyaluran kredit yang tumbuh dua persen (yoy), meningkat dibandingkan dengan capaian pada bulan sebelumnya sebesar satu persen (yoy).

Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono mengatakan, akselerasi pertumbuhan kredit terjadi pada debitur perorangan dan korporasi yang masing-masing meningkat dari 4,7 persen (yoy) menjadi 5,1 persen (yoy) dan minus 1,4 persen (yoy) dan 0,8 persen (yoy).
Berdasarkan jenis penggunaan, peningkatan penyaluran kredit September 2021 terjadi pada seluruh penggunaan, baik kredit investasi, kredit modal kerja, maupun kredit konsumsi.

Erwin mengatakan, melambatnya pertumbuhan tagihan bersih kepada pemerintah pusat dan aktiva luar negeri bersih menahan peningkatan pertumbuhan uang beredar yang lebih tinggi. Tagihan bersih kepada pemerintah pusat tumbuh 16,1 persen (yoy), melambat dari bulan sebelumnya 21,1 persen (yoy), serta aktiva luar negeri bersih tumbuh lima persen (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada Agustus 2021 yang mencapai enam persen (yoy). (Asp)

Baca Juga:

Tidak Ada Gelombang 3 COVID-19, Ekonomi Bisa Tumbuh

#Sri Mulyani #APBN #Kemenkeu #Pajak #Pemulihan Ekonomi
Bagikan
Ditulis Oleh

Asropih

Bagikan