20 Jam di Angkasa, Penerbangan Nonstop Terpanjang

Dwi AstariniDwi Astarini - Jumat, 04 Mei 2018
20 Jam di Angkasa, Penerbangan Nonstop Terpanjang

Terbang selama 20 jam dari satu metropolitan ke metropolitan lainnya.(foto: pixabay)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

TERBANG selama 20 jam bisa amat menyebalkan sekaligus menantang. Waktu selama itu setara dengan manjalani pagi hari hingga siang dan separuh malam. Bayangkan saja dalam waktu selama itu kamu harus berada di kabin pesawat. Bosan? Pasti dong. Pegal apalagi.

Mungkin itulah yang akan dirasakan penumpang Airbus A350-900 Ultra Long-Range (ULR) yang milik maskapai Singapore Airlines. Pesawat berbadan lebar itu melayani rute yang terhitung amat panjang, yakni Singapura-New York. Rute perjalanan yang menghubungkan dua kota metropolitan besar dunia itu memecahkan rekor rute terpanjang di dunia.

Bukan kali ini saja Singapore Airlines melayani rute panjang. Sebelumnya, maskapai milik 'Negeri Singa' itu menggunakan Airbus A340-500 untuk melayani rute sejauh 15.000 km. Penerbangan itu hanya melayani 100 kursi kelas bisnis. Namun, setelah beberapa lama, rute itu ternyata tak efisien sehingga dihentikan pada 2013 lalu.

Kini, Singapore Airlines menggunakan pesawat berbadan lebar terbaru bikinan Airbus. Pabrikan pesawat tersebut memiliki 21 A350-900ULR di armada mereka. Pengiriman perdana rute terpanjang itu sendiri sudah dilakukan pada 23 April lalu.

Seperti dilansir laman Airbus, A350-900ULR memiliki panjang 66,8 meter dengan tinggi 17,05 meter. Pesawat dengan rentang sayap sepanjang 64,75 itu mampu menjelajah jarak hingga 18.000 km. Jarak jelajah itu 3.000 km lebih jauh ketimbang daya jelajah standar pesawat A350. Dengan kemampuan jelajah armada mereka, Singapore Airlines memegang rekor sebagai operator rute penerbangan terpanjang dunia.

A350-900ULR
Armada A350-900ULR yang melayani perjalanan jarak jauh. (foto: Airbus)

Rekor tersebut terdengar hebat ya, tapi tantangan bukan hanya pada daya jelajah, melainkan juga bagaimana membuat penumpang nyaman berada di angkasa dalam jangka waktu yang amat lama. Pasalnya, waktu 20 jam tersebut berarti menghabiskan lebih dari tiga perempat hari kamu duduk di kabin pesawat.

"Pesawat A350 didesain khusus untuk penerbangan jarak jauh," jelas Marketing Director Interior untuk A350 Florent Petteni, seperti dikutip dari CNN Travel.

Filosofi desain yang diterpkan untuk interior A350-900ULR ialah membuat kabin terasa seperti ruangan biasa ketimbang sebuah kabin pesawat. Untuk itu, kata Petteni, langit-langit di kabin pesawat tersebut dibuat tinggi, dilengkapi pencahayaan LED, dinding sisi yang nyaris vertikal, hingga tingkat kebisingan yang amat minim. Semuanya didesain untuk memberikan pengalaman terbang yang unik bagi penumpang.

"Anda mungkin tak akan mengetahui secara persis mengapa penerbangan dengan pesawat ini amat nyaman. Namun, semua interior dalam pesawat ini memang didesain dengan tujuan tertentu," imbuhnya.

Tak hanya desain interior kabin yang berbeda dari pesawat umumnya, bodi A350-900ULR pun dibuat dari bahan yang berbeda. Alih-alih menggunakan teknik konstruksi aluminium biasa, pesawat berbadan lebar ini terbuat dari material komposit, termasuk serat karbon. Pemilihan bahan itu memungkinkan pihak pabrikan menambahkan jendela lebar, tak hanya satu, banyak jendela.

Nah, jika biasanya kamu kurang puas menikmati pemandangan saat penerbangan karena jendela kabin yang hanya beberapa jengkal, kabin A350-900ULR memilikii jendela sesungguhnya sehingga penumpang yang duduk di kursi jendela benar-benar menikmati segala pemandangan selama penerbangan.

Meskipun bisa memberi pemandangan yang leluasa, jendela yang lebar justru membawa 'masalah' baru, yakni bagaimana membuatnya gelap sepenuhnya agar penumpang bisa beristirahat. Hal itu mengingat penerbangan akan berdurasi panjang. Isu itu dijawab Airbus dengan memberikan pilihan antara menggunakan penutup jendela standar dan penutup jendela mekanis-elektrik yang dioperasikan dengan tombol.

Hal lain yang tak kalah penting ialah toilet. Enggak mungkin dong terbang 20 jam dan harus menahan hasrat ke toilet. Untuk itulah, Airbus memastikan bahwa berapa pun jumlah penumpang dalam pesawat, sistem toilet dan air dalam pesawat ULR dirancang untuk memenuhi tantangan terbang selama 20 jam. Jadi penumpang tak perlu khawatir untuk urusan kamar kecil.

Lebih jauh, dalam sebuah pameran di Hamburg, Jerman, beberapa waktu lalu, Airbus menggandeng interior desain kabin psawat Zodiac Aerospace mengungkap desain Lower Deck Module. Dalam rancangan interior itu, penumpang dibuatkan sebuah ruang tidur khusus. Ruang khusus itu terletak di ruang yang biasanya berisikan kotainer kargo. Di sana, penumpang bisa mengakses tempat tidur bertingkat lewat sebuah tangga dari dek utama. Wah, nyaman!


Tangki bahan bakar ditambah, lainnya dikurangi

A350-900ULR interior
Interior A350-900ULR, tak terasa di kabin pesawat. (foto: world airline news)

Lantaran melayani penerbangan dengan jarak yang jauh, A350-900ULR mengangkut 24.000 liter tambahan bahan bakar. Jumlah itu digunakan untuk penerbangan selama 20 jam.

"Semua yang kami lakukan pada ULR produksi kami ialah menggunakan seluruh volume di tangki tengah pesawat," jelas Head Marketing A350 Marisa Lucas-Ugena.

Tambahan bahan bakar itu tentunya menambah berat pesawat. Secara total, berat pesawat akan bertambah sekitar 10.000 kg. Dengan tambahan berat sedemikian rupa, pihak maskapai yang mengoperasikan pesawat tersebut harus 'menukar' beban bahan bakar dengan beban lainnya. Untuk hal itu, pihak maskapai bisa mengurangi jumlah penumpang atau membatasi kargo yang dibawa, atau bahkan kombinasi keduanya.

Sementara itu, Singapore Airlines sendiri mengharapkan kursi penumpang untuk ULR yang mereka operasikan nantinya tak lebih dari 253 buah. Mereka akan menyediakan jumlah besar kelas bisnis serta mungkin beberapa kursi ekonomi kelas premium.

Siap mengudara selama 20 jam nonstop?(dwi)

Bagikan
Ditulis Oleh

Dwi Astarini

Love to read, enjoy writing, and so in to music.
Bagikan