VARIAN omicron tidak hanya mengkhawatirkan bagi orang dewasa dan lansia, tetapi juga untuk anak-anak dan bayi. Seperti dikabarkan Mirror, 16 anak di Inggris dinyatakan meninggal di rumah sakit akibat COVID-19. Bedasarkan data dari pemerintah, itu menjadi angka kematian anak-anak tertinggi di Inggris selama pandemi dimulai.
Empat dari mereka yang meninggal ialah bayi, empat orang lagi ialah balita di bawah empat tahun, dan delapan di antaranya ialah remaja berusia 15 sampai 19 tahun.

Menurut data dari National Health Service, angka kematian anak-anak itu memecahkan rekor pada Desember 2021 yakni sejumlah 14 kematian anak-anak akibat COVID-19 dengan korban jiwa termuda berusia tiga tahun.
Januari 2022 menjadi bulan yang dengan lonjakan COVID-19 terparah di Inggris. Tercatat ada 904 anak-anak yang dilarikan ke rumah sakit di Inggris hanya dalam waktu satu minggu, yakni sampai 28 Januari. Lebih dari setengah pasien, tepatnya 519 anak-anak berusia di bawah lima tahun.
Baca Juga:
Meski begitu, data itu tidak dilengkapi informasi mengenai penyebab kematian utama dari anak-anak yang dilarikan ke rumah sakit akibat COVID-19 tersebut.
Jubir Royal College of Paedeatrics and Child Health mengatakan kepada Mirror bahwa dokter anak melihat banyak bayi dan anak kecil yang bergejala demam tinggi dan mengalami masalah pada pernapasan.
"Kami tahu omicron lebih menular daripada varian COVID-19 sebelumnya dan menghasilkan angka yang tinggi di seluruh komunitas. Oleh karena itu, sudah diprediksi bahwa akan ada lebih banyak lagi anak-anak dan remaja yang akan positif," ungkapnya.

Di Indonesia, dilaporkan, sudah ada ratusan anak yang dilaporkan positif COVID-19 dengan varian omicron. Demikian dikabarkan DetikHealth di artikel yang dipublikasikan pada 6 Februari 2022.
Menurut dokter ahli respirologi anak, Dr dr Nastiti Kaswandani, SpA(K), gejala khas omicron pada anak-anak berupa demam, sakit tenggorok, dan masalah saluran pencernaan. "Anosmia atau kehilangan indra penciuman itu jarang dibandingkan varian delta," ungap Nastiti saat Live Instagram Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pada Jumat (4/2).
Jika sudah ada gejala-gejala seperti yang disebutkan, anak-anak diimbau untuk melakukan tes PCR untuk memastikannya. (SHN)
Baca Juga: