13 Permintaan Maaf Palsu yang Digunakan Orang Narsistik

Muchammad YaniMuchammad Yani - Kamis, 13 Mei 2021
13 Permintaan Maaf Palsu yang Digunakan Orang Narsistik
Enggan mengakui kesalahan, narsistik hanya fokus pada menjaga citra mereka sendiri. (Foto: 123RF/Elnur Amikishiyev)

KITA semua pernah melakukan kesalahan yang merugikan orang lain. Untungnya, permintaan maaf yang tulus dapat menenangkan perasaan, membangun kembali kepercayaan, dan memulai proses penyembuhan dalam hubungan yang rusak.

Bagaimanapun, permintaan maaf yang tulus dan sepenuh hati jarang diberikan oleh orang narsistik. Demikian menurut Konsultan Pernikahan dan Terapis Keluarga Dan Neuharth, Ph.D., MFT dalam artikel P

Kita semua pernah melakukan kesalahan yang merugikan orang lain. Untungnya, permintaan maaf yang tulus dapat menenangkan perasaan, membangun kembali kepercayaan, dan memulai proses penyembuhan dalam hubungan yang rusak.

Bagaimanapun, permintaan maaf yang tulus dan sepenuh hati jarang diberikan oleh orang narsistik. Demikian menurut Konsultan Pernikahan dan Terapis Keluarga Dan Neuharth, Ph.D., MFT dalam artikel psychologytoday.com (12/5).

Baca juga:

Jaga Pola Makan Bagi Penderita Lupus

Menurut Neuharth, memperhatikan perasaan orang lain atau membangun kembali kepercayaan bukanlah prioritas utama orang narsistik pada umumnya. Enggan mengakui kesalahan, narsistik hanya fokus pada menjaga citra mereka dan melindungi diri dari ketidaknyamanan, tidak peduli dengan ketidaknyamanan yang mereka timbulkan kepada orang lain.

Permintaan maaf yang dimulai dengan frasa seperti "Saya minta maaf tetapi" atau "Saya minta maaf kalau" sering kali kurang otentik. Permintaan maaf palsu tersebut berusaha untuk menghindari tanggung jawab, membuat alasan, meremehkan apa yang telah dilakukan, membatalkan kesalahan, membingungkan, atau buru-buru melupakan.

"Sementara banyak dari kita kadang-kadang keliru dalam meminta maaf, ciri khas orang narsistik adalah kecenderungan mereka untuk menolak meminta maaf atau mengeluarkan permintaan maaf yang membuat orang malah makin emosi, bingung, atau bahkan merasa lebih buruk," dia menjelaskan.

Neuharth kemudian mengelompokan 13 permintaan maaf palsu yang umum digunakan oleh narsistik, beserta contohnya masing-masing:

1) Permintaan Maaf yang Meminimalkan: "Aku hanya ..." Contohnya: "Aku hanya bercanda."; "Aku hanya mencoba membantu."

Permintaan maaf seperti ini meminimalkan ketulusan dengan berpura-pura bahwa perilaku yang menyakitkan itu tidak berbahaya atau dilakukan untuk tujuan yang baik.

2) Permintaan Maaf yang Balik Menyalahkan: "Aku minta maaf karena kamu ..." Contohnya: "Aku minta maaf karena kamu merasa saya orang jahat."; “Maaf, tapi mungkin kamu terlalu sensitif.” Permintaan maaf kosong ini menempatkan tanggung jawab pada orang yang terluka sebagai masalahnya.

3) Permintaan Maaf Bersyarat: "Maaf jika ..." Contohnya: "Aku minta maaf jika perasaanmu terluka."; "Aku minta maaf jika mungkin telah melakukan kesalahan."

Permintaan maaf bersyarat bukanlah permintaan maaf yang lengkap, hanya menunjukkan bahwa ada sesuatu yang mungkin menyakitkan.

Permintaan maaf palsu dari narsistik bisa membuatmu merasa lebih buruk dari sebelumnya. (Foto: 123RF/dolgachov)
Permintaan maaf palsu dari narsistik bisa membuatmu merasa lebih buruk dari sebelumnya. (Foto: 123RF/dolgachov)

4) Permintaan Maaf Deja-Vu: "Aku sudah ..." Contohnya: "Aku sudah bilang aku minta maaf."; "Aku telah meminta maaf untuk itu belasan kali."

Pernyataan seperti itu tidak mengandung permintaan maaf yang sebenarnya. Mereka menyiratkan bahwa kasusnya sudah ditutup.

5) Permintaan Maaf Ilusi: "Aku menyesal ..." Contohnya: "Aku menyesal kamu merasa kesal."; "Saya menyesal telah membuat kesalahan."

Penyesalan adalah perasaan. Meminta maaf adalah tindakan. Memberi tahu seseorang bahwa kamu menyesali apa yang terjadi tidak berarti kamu mengakui perilaku yang menyakitkan yang telah dilakukan.

6) Permintaan Maaf Menutup-nutupi: "aku mungkin ..." Contohnya: “Aku mungkin seharusnya tidak melakukan itu.”; “Mungkin seharusnya aku bertanya dulu padamu.”

Mengabaikan permintaan maaf meminimalkan kerugian yang dilakukan dengan seolah-olah menawarkan sikap yang tidak mengutamakan diri tapi tanpa mengakui konsekuensinya.

7) Permintaan Maaf Tanpa Meminta Maaf: "Kamu tahu aku ..." Contohnya: “Kamu tahu aku tidak akan pernah menyakitimu.”; “Kamu tahu aku tidak bermaksud begitu.”

Cara ini menyiratkan bahwa kamu tidak boleh marah atau mencoba berbicara tentang perasaanmu.

8) Permintaan Maaf Tak Terlihat: "Sepertinya aku ..." Contohnya: “Sepertinya aku berhutang maaf padamu.”; “Kayanya aku harus minta maaf deh.”

Cara ini mengisyaratkan perlunya permintaan maaf tetapi sebenarnya tidak mengajukannya.

Baca juga:

Surat Terbuka Permintaan Maaf Enggak Bisa Kasih

9) Permintaan Maaf dengan Syarat: "Aku akan minta maaf kalau ..." Contohnya: "Aku akan meminta maaf kalau kamu setuju untuk tidak mengungkitnya lagi."; "Aku akan minta maaf, tapi kamu harus memaafkanku."

Narsistik bersifat transaksional. Cara ini tidak tulus, permintaan maaf yang ditawarkan adalah upaya kompensasi.

10) Permintaan Maaf Bukan Aku yang Minta Maaf: "Aku disuruh ..." Contohnya: "Ibumu menyuruhku untuk meminta maaf padamu."; "Menurut temanku, aku harus memberi tahu kamu bahwa aku minta maaf."

Permintaan maaf semacam itu menunjukkan bahwa orang tersebut meminta maaf hanya karena orang lain yang menyarankannya. Kamu pun akan bertanya-tanya apakah orang narsistik itu percaya bahwa mereka telah melakukan kesalahan.

11) Permintaan Maaf Pembelaan Diri: "Aku minta maaf tapi ..." Contohnya: "Aku minta maaf, tapi orang lain bilang omonganku lucu."; "Maaf, tapi kamu yang memulainya."

Permintaan maaf yang diikuti kata tapi bisa lebih buruk daripada tidak meminta maaf sama sekali, karena menambahkan penghinaan pada luka aslinya.

12) Permintaan Maaf Satu untuk Semua: "Selama ini aku ..." Contohnya: "Aku minta maaf atas semua hal yang telah aku lakukan yang membuatmu kesal."; "Aku minta maaf untuk setiap hal buruk yang telah kulakukan selama ini."

Permintaan maaf yang menyeluruh seperti ini berusaha untuk mulai lagi dari nol, tetapi mungkin tidak memberikan indikasi bahwa seorang narsistik tahu apa yang dia katakan atau lakukan itu menyakitkan.

Narsistik cenderung menolak meminta maaf atau meminta maaf tapi malah membuat orang makin emosi. (123RF/Katarzyna Bia?asiewicz) Sumber Pic 3: Permintaan maaf palsu dari narsistik bisa membuatmu merasa lebih buruk dari sebelumnya. (Foto: 123RF/dolgachov)
Narsistik cenderung menolak meminta maaf atau meminta maaf tapi malah membuat orang makin emosi. (123RF/Katarzyna Bia?asiewicz) Sumber Pic 3: Permintaan maaf palsu dari narsistik bisa membuatmu merasa lebih buruk dari sebelumnya. (Foto: 123RF/dolgachov)

13) Permintaan Maaf Biar Cepet Kelar: "Udah deh ..." Contohnya: "Ya udah! Maaf, oke!”; “Udah deh, kamu maunya aku ngapain, sumpah pocong?”

Baik dalam kata-kata atau nada, permintaan maaf dengan dendam seperti itu tidak menawarkan kesembuhan. Mereka bahkan mungkin merasa seperti ancaman.

Dalam upaya narsistik untuk menghindari kesalahan, mereka sering menggabungkan beberapa permintaan maaf palsu sekaligus, seperti, “Maaf jika aku mengatakan sesuatu yang menyinggung perasaanmu, tetapi aku punya argumentasi yang kuat. Mungkin kamu aja yang terlalu sensitif”

Sebaliknya, permintaan maaf yang benar memiliki sebagian besar atau semua karakteristik berikut:

- Tidak meminimalkan kesalahan yang telah dilakukan

- Menunjukkan bahwa orang yang meminta maaf memahami dan memiliki empati atas pengalaman dan perasaan orang yang tersinggung

- Menunjukkan penyesalan

- Menawarkan komitmen untuk menghindari terulangnya perilaku yang menyakitkan di masa depan

- Menawarkan untuk menebus atau memberikan restitusi yang sesuai

"Untuk meminta maaf, seseorang perlu dengan jujur mendengar apa yang terjadi dari sudut pandang orang lain dan bagaimana pengaruhnya terhadap mereka. Namun orang narsistik cenderung tidak tertarik untuk mendengarkan orang lain, terutama jika topiknya adalah kesalahan yang mungkin dilakukan oleh orang narsistik," demikian Neuharth. (aru)

Baca juga:

Tips Minta Maaf Kepada Tamu Ketika Hidangan

#Mei Negeri Aing Maaf-maafan #Lebaran
Bagikan
Ditulis Oleh

Muchammad Yani

Lebih baik keliling Indonesia daripada keliling hati kamu
Bagikan