100 Dokter Wafat Akibat COVID-19 Bukti Pemerintah Lemah Tangani Corona

Andika PratamaAndika Pratama - Senin, 31 Agustus 2020
100 Dokter Wafat Akibat COVID-19 Bukti Pemerintah Lemah Tangani Corona
Ilustrasi Swab Test. Foto: ANTARA

MerahPutih.com - Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mencatat per 31 Agustus 2020 sebanyak 100 dokter telah wafat akibat COVID-19 semenjak wabah virus corona merebak di Indonesia. Persentase kematian dokter yang terjangkit COVID-19 terbanyak berada di Pulau Jawa, yakni sebesar 65%.

Anggota Komisi VIII DPR RI, Bukhori Yusuf menyesalkan angka kematian tenaga medis yang terus meningkat dari waktu ke waktu. Menurutnya, bertambahnya angka kematian tenaga medis tersebut merupakan konsekuensi dari model penanganan COVID-19 oleh pemerintah yang lemah dalam memprioritaskan aspek kesehatan.

Baca Juga

PT KCI Tambah Wastafel di 80 Stasiun KRL

“Hilangnya nyawa 100 orang dokter merupakan jumlah yang amat signifikan apabila dibandingkan dengan jumlah keseluruhan dokter yang kita miliki saat ini, yakni hanya sekitar 168 ribu dokter," kata Bukhori dalam keterangannya, Senin (31/8).

Mereka, kata Bukhori, adalah aset bangsa yang sangat mahal. Menurut dia, meskipun kematian ada di tangan Allah, tetapi proses bagaimana mereka gugur itu lah yang seharusnya bisa diantisipasi.

"Ini perlu menjadi perhatian serius pemerintah supaya di waktu mendatang tidak ada lagi hari berkabung” ucap Bukhori.

Ucapan belasungkawa dari Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Selatan atas meninggalnya dokter gigi Mutmainnah Prianti Hamid (36) yang bertugas di Puskesmas Lalowaru, Kecamatan Moramo Utara, Kabupaten Konawe Selatan, akibat COVID-19. (ANTARA/HO-Dinkes Kabupaten Konawe Selatan)
Ucapan belasungkawa dari Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Selatan atas meninggalnya dokter gigi Mutmainnah Prianti Hamid (36) yang bertugas di Puskesmas Lalowaru, Kecamatan Moramo Utara, Kabupaten Konawe Selatan, akibat COVID-19. (ANTARA/HO-Dinkes Kabupaten Konawe Selatan)

Berdasarkan keterangan pers Ketua Gugus Tugas COVID-19 Nasional Doni Monardo pada 30 Agustus 2020, jumlah dokter paru di Indonesia hanya sekitar 1.976 orang. Sedangkan apabila dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang berjumlah 267 juta jiwa, maka satu orang dokter paru harus melayani sekitar 130 ribu pasien. Sementara itu, berdasarkan rilis IDI pada 2019 jumlah dokter secara keseluruhan yang terdaftar di organisasi tersebut tercatat sebanyak 168 ribu orang.

Politisi PKS ini menilai tindakan pemerintah yang seolah menomorduakan aspek kesehatan bisa dicermati dari sisi lemahnya segi anggaran yang dikucurkan serta daya serap anggaran oleh Kementerian Kesehatan terkait penanganan COVID-19.

Sebelumnya, pemerintah telah menaikan anggaran penanganan COVID-19 yang semula Rp 405,1 triliun menjadi Rp 677,2 triliun atau membengkak sebesar 67 persen.

“Dalam perubahan postur anggaran yang baru, kita bisa cermati bahwa anggaran untuk korporasi ternyata jauh lebih besar, yakni sekitar Rp 120 triliun jika dibandingkan dengan anggaran untuk bidang kesehatan yang hanya berkisar Rp 87 triliun.

Ironisnya, kata Bukhori, sampai bulan Juli 2020, serapan anggaran kesehatan ini baru mencapai Rp 4,4 triliun atau sekitar 5 persen. Artinya, lanjut dia, kegagapan pemerintah dalam menentukan skala prioritas berakibat fatal, yakni hilangnya nyawa anak bangsa.

"Sekali lagi, kita benar-benar dibuat merinding ketika dihadapkan fakta bahwa sudah 100 dokter yang wafat akibat COVID-19 ini. Bertambahnya angka kematian tenaga medis ini tidak boleh dimaknai sebagai angka statistik semata, sebab mereka adalah bagian dari keluarga kita dimana keberadaan mereka sesungguhnya memiliki makna tersendiri bagi orang-orang di sekitarnya” bebernya.

Lebih lanjut, Bukhori meminta kepada pemerintah untuk menyertakan hati nurani, dan secara khusus kepada Presiden Jokowi supaya berpihak pada keselamatan nyawa tenaga medis dalam mengatasi COVID-19. Di samping itu, ia juga mengusulkan agar para tenaga medis yang wafat dibuatkan monumen di depan istana.

Baca Juga

Ini Alasan Uji Coba Vaksin COVID-19 di Bandung Makan Waktu 6 Bulan

“Kita sangat bersedih sekaligus turut menyampaikan duka cita mendalam atas kejadian ini. Oleh karena itu, jika boleh saya memberi usulan kepada pemerintah, para tenaga medis yang wafat ini agar bisa dibuatkan monumen khusus di depan istana dimana terdapat nama-nama mereka yang dicatat secara terkini untuk dikenang oleh publik sekaligus wujud penghargaan kepada mereka. Selain itu, monumen ini juga bisa berfungsi sebagai peringatan bahwa kematian adalah juru nasihat yang paling jitu” pungkasnya. (Pon)

#Ikatan Dokter Indonesia (IDI) #COVID-19 #Komisi VII DPR
Bagikan
Ditulis Oleh

Ponco Sulaksono

Bagikan