10 Kalimat yang Patut Orangtua Ucapkan pada Anak

P Suryo RP Suryo R - Rabu, 30 November 2022
10 Kalimat yang Patut Orangtua Ucapkan pada Anak
Ada kalimat-kalimat yang dapat membuat anak-anak merasa dekat dengan roangtuanya. (freepik/tirachardz)

MENDIDIK dan membimbing anak hingga mereka mencapai usia dewasa dan siap hidup sendiri memang bukan perkara mudah bagi orangtua. Orangtua tidak hanya wajib memberikan bekal finansial yang cukup untuk pendidikan dan kebutuhan lainnya. Melainkan mempersiapkan mental anak agar siap terjun di tengah masyarakat luas. Belum lagi orangtua juga harus membimbing anak agar mereka memiliki kegigihan yang kuat untuk mandiri secara finansial.

Mempersiapkan anak agar kelak menjadi orang dewasa yang mandiri, percaya diri, dan bertanggungjawab memang membutuhkan ilmu parenting yang jitu serta strategi khusus pendekatan secara psikologis kepada anak. Namun, orangtua juga bisa mulai dari cara paling mudah yaitu memberikan afirmasi positif setiap hari sejak mereka masih kecil.

Menurut parentstoolbelt.com, menunjukkan cinta kepada anak hanya melalui aksi tidak cukup. Mereka juga membutuhkan cinta melalui kalimat positif dari orangtuanya. Anak yang bahagia kelak akan siap memasuki kehidupan dewasa yang sesungguhnya. Kamu bisa sontek kalimat-kalimat sederhana penuh cinta seperti di bawah ini.

Baca Juga:

Polio, Semua yang Harus Kamu Ketahui

anak
Banyak orangtua yang enggan menunjukkan rasa bangga terhadap anaknya ketika mereka mencapai sesuatu. (freepik/Lifestylememory)

“Kami bangga terhadap kamu!”

Banyak orangtua yang enggan menunjukkan rasa bangga terhadap anaknya ketika mereka mencapai sesuatu. Entah itu sekadar masuk 10 besar di kelas, atau menang lomba kecil-kecilan antar sekolah. Seringnya orangtua malah membandingkan anak sendiri dengan anak lain yang dianggap hebat karena mencapai sesuatu yang lebih. Padahal anak sangat membutuhkan apresiasi positif dari orangtua. Selalu mengatakan kata bangga kepada anak dapat membangun rasa percaya diri mereka.

“I love you”

Masih banyak nih orangtua yang gengsi untuk sekadar mengatakan “sayang” kepada anaknya sendiri. Sering mengatakan “I love you.” kepada anak memiliki manfaat loh. Meskipun secara otomatis anak mengetahui bahwa orangtuanya menyayangi dirinya dengan memberikan semua kebutuhannya, mereka juga ingin orangtuanya mengatakan secara langsung kalimat-kalimat tanda cinta dan kasih sayang. Anak yang kurang merasa disayang karena orangtua gengsi mengatakannya akan tumbuh menjadi sosok yang haus kasih sayang dari orang lain.

“Yang penting kamu sudah berusaha keras”

Daripada mengatakan, “Ah, baru begitu saja sudah bangga. Lihat tuh anak tetangga lebih hebat daripada kamu.”, lebih baik orangtua fokus kepada usaha dan jerih payah anak dalam menggapai sesuatu. Meskipun tidak mendapatkan juara satu atau menjadi yang terbaik di antara semua orang, bukan berarti anak tidak berusaha loh. Jika orangtua terus menerus mementingkan hasil akhir dan tidak menghargai usaha anak. Kelak mereka akan terbiasa menggunakan segala cara untuk bisa mencapai posisi terbaik meskipun harus menggunakan cara-cara kotor dan ilegal.

“Terima kasih ya nak…”

Orangtua lebih sering merasa anak yang harus berterima kasih kepada orangtua karena telah dipenuhi segala kebutuhannya baik secara primer maupun sekunder. Padahal anak juga membutuhkan apresiasi dari orangtua meskipun hanya sekadar kata “terima kasih” ketika membantu membawakan belanjaan atau megambilkan minum. Menghargai segala bentuk bantuan dari anak merupakan cara orangtua menunjukkan kepada anak bahwa mereka juga harus menghargai orang lain mulai dari hal kecil.

“Ayah/Ibu minta maaf ya…”

Nah, ini dia kesalahan yang paling sering dilakukan oleh orangtua yaitu anti meminta maaf kepada anak. Orangtua biasanya akan memberikan sanksi berupa hukuman ketika anak melakukan kesalahan. Lalu, bagaimana sebaliknya? Orangtua santai-santai saja tuh dan tentunya enggan minta maaf karena merasa tak perlu. Parents, sekecil apapun kesalahan yang kamu perbuat kepada anak, minta maaf kepada anak tetap harus dilakukan agar mereka merasa dihargai oleh orangtua.

Baca Juga:

Cara Membantu Anak dengan Gangguan Membaca

anak
Selalu mempertahankan bonding pada anak. (Pexels/August de Richelieu)

“Bagaimana harimu nak?”

Sekadar bertanya bagaimana kegiatan hari ini kepada anak bisa membangkitkan mood mereka. Anak akan merasa orangtuanya ingin terlibat di dalam kehidupannya jika orangtua rutin bertanya dan mau mendengarkan “curhatannya” dengan seksama. Tahu enggak? Cara ini merupakan trik agar anak dengan sendirinya selalu jujur dan terbuka kepada orangtua mengenai segala sesuatu yang terjadi kepada dirinya.

“Kamu benar”

Sudah melalui perdebatan sengit dengan anak, eh, ternyata kamu yang salah. Setelah meminta maaf, jangan ragu ya untuk mengakui bahwa anak melakukan hal yang benar dan puji caranya mempertahankan argumentasi secara positif. Kelak anak akan tumbuh menjadi sosok yang tidak ragu untuk menjunjung tinggi kebenaran meskipun banyak rintangan dan godaan yang menghampiri dirinya.

“Tidak apa-apa kalau mau menangis”

Orangtua masih sering mengabaikan perasaan dan emosi yang ditunjukkan oleh anak. “Cuma begitu saja kok nangis, jangan cengeng!”, begitu lah kira-kira kalimat pamungkas yang sering dilontarkan oleh orangtua. Antara tidak mau pusing mengurus anak yang menangis atau memang merasa terganggu ketika anak terang-terangan menunjukkan emosinya tanpa ragu.

Perasaan anak itu penting dan tidak boleh diabaikan. Meskipun hanya sekadar tangisan kecil, marah, atau perasaan bahagia ketika mencapai sesuatu, orangtua wajib terlibat di dalam segala emosi yang dicurahkan oleh anak. Peluk anakmu ketika sedang menangis agar mereka tahu bahwa sekeras apapun dunia terhadap dirinya, ada orangtua yang siap menjadi benteng utama bagi anak.

“Nak, ingat tidak waktu itu…”

Mengingat kenangan-kenangan manis terhadap anak juga secara tidak langsung membuat anak merasa dihargai kehadirannya loh. Misalnya kamu menceritakan kembali kejadian lucu yang terjadi di suatu tempat yang kebetulan sedang dilewati bersama anak. Selain mencairkan suasana, mengingat kenangan manis bersama anak juga akan mengundang tawa hangat yang akan meningkatkan bonding antara orangtua dan anak.

“Hati-hati ya…”

Anak memang membutuhkan pengawasan ketat dari orangtua karena belum mengetahui mana yang berbahaya bagi dirinya. Alih-alih melarang anak berbuat sesuatu dengan penjelasan yang ringan dan mudah dimengerti oleh anak, orangtua biasanya menggunakan jurus jitu yaitu kata “jangan”. Daripada menggunakan kata tersebut, lebih baik orangtua mengatakan kalimat “Hati-hati ya…” disusul dengan penjelasan singkat agar anak memahami maksud dari larangan tersebut. (Mar)

Baca Juga:

Membudayakan Olahraga dalam Keluarga

#Lipsus November Anak-anak #Parenting
Bagikan
Ditulis Oleh

Maria Theresia

Your limitation -- it's only your imagination.
Bagikan