Seperti Truffle, ini Jamur Mahal Asli Indonesia
Jumat, 22 Desember 2017 -
ILMU kuliner Prancis amat menghargai jamur truffle. Bahkan saking tingginya nilai truffle, ahli kuliner menyebutnya sebagai berlian dapur. Namun, enggak cuma Prancis yang punya jamur bernilai tinggi, Indonesia juga punya 'berlian dapur'. Namanya jamur pelawan.
Jamur pelawan berasal dari Bangka. Jamur ini biasanya tumbuh di sekitar pohon pelawan. Dari sanalah namanya berasal. Penduduk asli Bangka menyebutnya sebagai kulat pelawan. Dalam bahasa Bangka, kulat berarti jamur.
Dalam setahun, kulat pelawan hanya tumbuh dua kali dan hanya bisa tumbuh dalam kondisi khusus. Untuk menumbuhkan jamur pelawan, harus ada musim kemarau selama 3 bulan dan hujan selama seminggu. Yang unik, dipercaya perlu ada petir agar jamur pelawan bisa tumbuh. Unsur pada petir yang turun bersama hujan kabarnya bisa membuat kulat pelawan muncul pada pohon-pohon di hutan Bangka.
Tidak mengherankan ya kalau harga kulat pelawan amatlah mahal. Saat ini, sekilo kulat pelawan dihargai Rp 2 juta-Rp 3 juta. Wow!
Dalam kondisi segar, kulat pelawan berwarna merah muda dengan ukuran yang tidak terlalu besar. Jamur ini punya tekstur kenyal, dengan aroma khas tanpa bau langu yang biasa dimiliki jamur lain.
Sayangnya, jamur pelawan tidak tahan lama. Setelah dipanen, jamur hanya mampu bertahan tiga hari. Itulah sebabnya, kulat pelawan selalu dijual dalam kondisi sudah dikeringkan.
Masyarakat Bangka mengeringkan jamur pelawan selama 15 jam. Setelah itu, barulah jamur diolah. Untuk mengonsumsinya, jamur yang sudah kering direndam dalam air selama 12 jam. Setelah itu, batang jamur yang kecil haruslah diblah untuk menghilangkan pasir yang terdapat di dalamnya.
Masyarakat Bangka biasa mengolah jamur pelawan menjadi gulai ayam atau udang. Gulai dibuat kental seperti kari dan dihidangkan pada acara-acara besar, seperti pernikahan atau Hari Raya Imlek.(*)