Ini Bahaya yang Mengintai Penari Kuda Lumping Saat Kesurupan
Senin, 02 Januari 2017 -
MerahPutih Tradisi - Seorang pria penari kuda lumping yang gagah bergerak lincah mengikuti hentakan bunyi-bunyian dari suara gamelan. Meski kelihatannya sadar sebenarnya pria tersebut tak sadarkan diri alias kesurupan.
Menjadi pemain kuda lumping ternyata harus memiliki keahlian khusus serta mental yang super berani. Karena saat mencapai titik puncak dalam mendalami tarian ini, si pemain bisa terbawa sugesti hingga sulit untuk mengendalikan dirinya sendiri.
Latar belakang terbentuknya seni kuda lumping, jaranan, atau kuda kepang serta hentakan musik gamelan seperti gong dan kendang, dan aroma mistik menjadi pendorong kuat penari kuda lumping bisa terbawa sugesti. Kesenian kuda lumping yang akrab di tradisi masyarakat Jawa Tengah, Jawa Timur dan Yogyakarta ini menceritakan tentang prajurit berkuda yang gagah saat melawan penjajah, dan identik dengan memamerkan olahkanuragan serta kedigdayaan para prajurit kala itu.

Salah seorang pengurus paguyuban seni kuda lumping Turonggo Purwo Manunggal di Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang, Poniran, menjelaskan, pada saat pemain kuda lumping terbawa sugesti, masyarakat lebih sering menyebutnya dengan kesurupan, atau di daerah Kulon Progo Yogyakarta disebut ndadi. Pada saat itulah, kata Poniran, pemain yang sedang kesurupan ini meminta sesuatu yang aneh-aneh, seperti makan kemenyan, pecahan kaca atau beling, kelapa muda, ayam panggang (ingkung), serta kembang tujuh rupa.
"Kalau menurut pakemnya, sebelum permainan seni tari kuda lumping dimulai, pawang terlebih dulu membacakan mantra untuk memohon izin kepada danyang, atau penguasa alam gaib. Membakar kemenyan, dan menyiapkan sesaji," ujar Poniran kepada merahputih.com, Minggu (1/1).
Dalam versi lain, kuda yang dikendarai oleh para pemain seni tari kuda lumping juga memiliki nama, yaitu gagak rimang dan megamendung. Gagak rimang adalah kuda berwarna putih yang ditunggangi Aryo Penangsang.