Tradisi Nyadran Pepunden Petani Tembakau di Temanggung

Widi HatmokoWidi Hatmoko - Jumat, 23 Oktober 2015
Tradisi Nyadran Pepunden Petani Tembakau di Temanggung

Warga Temanggung mengadakan tradisi nyadaran pepunden. (ANTARA FOTO/Anis Efizudin)

Ukuran:
14
Font:
Audio:

MerahPutih Budaya - Sejumlah warga membawa Tenong dan nasi Tumpeng saat mengikuti tradisi Nyadran Pepunden di kawasan lereng Gunung Sindoro Desa Tlahab, Kledung, Temanggung, Jateng, Jumat (23/10).

Tradisi Nyadran yang dilakukan oleh masyarakat petani tembakau tersebut sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan YME bersamaan berakhirnya musim tembakau tahun ini.

Tradisi nyadran pepunden diadakan setiap tahun dengan warga berziarah ke makan leluhur dan berdoa bersama bagi arwah leluhur.

Nyadran sendiri adalah serangkaian upacara dan budaya yang berupa pembersihan makam leluhur, tabur bunga, dan puncaknya berupa kenduri selamatan di makam leluhur yang dilakukan oleh masyarakat Jawa, terutama Jawa Tengah.

Nyadran berasal dari bahasa Sanskerta, sraddha yang artinya keyakinan. Tradisi nyadran pepunden ini sudah dikenal oleh semua masyarakat terutama masyarakat Jawa, karena sadranan dilakukan di berbagai daerah.

BACA JUGA:

  1. Museum Zoologi, Wisata Edukasi Favorit di Bogor
  2. Wisata di Malang, Jangan Lupa Kunjungi Museum Angkut
  3. Sambut Hari Kesaktian Pancasila, Museum Lubang Buaya Ditutup
  4. Menengok Segala Hal tentang Batak di Museum TB Silalahi
  5. Indonesia Jadi Bintang di Museumsuferfest 2015 Jerman
Bagikan
Ditulis Oleh

Widi Hatmoko

Menjadi “sesuatu” itu tidak pernah ditentukan dari apa yang Kita sandang saat ini, tetapi diputuskan oleh seberapa banyak Kita berbuat untuk diri Kita dan orang-orang di sekitar Kita.
Bagikan