Tiket Nobar Film Widji Thukul di Lampung Ludes Terjual

Widi HatmokoWidi Hatmoko - Sabtu, 18 Februari 2017
Tiket Nobar Film Widji Thukul di Lampung Ludes Terjual
Pemutaran film "Istirahatlah Kata-kata" di TIM Jakarta beberapa waktu lalu.(FOTO Antara/Yudhi Mahatma)

Film tentang kisah perjuangan penyair revolusioner Widji Thukul laku keras di Lampung. Ratusan tiket nonton bareng yang disediakan panitia dalam penayangan film berjudul "Istirahatlah Kata-kata" pada Rabu 22 Februari 2017 mendatang, sudah ludes terjual.

Film "Istirahatlah Kata-kata" ini bercerita tentang sepak terjang Widji Tukul dalam melawan Rezim Orde Baru lewat kritik dalam karya syair-syairnya.

Koordinator nonton bareng (nobar) Film "Istirahatlah Kata-Kata", di Bandarlampung, Yuli Murlianti, mengungkapkan, awalnya hanya menyediakan sekitar 162 tiket yang dipromosikan lewat media sosial (medos).

"Kami awalnya hanya menyediakan 169 tiket, hanya bermodal promosi melalui media sosial facebook seluruh tiket itu telah terjual habis," kata Yuli Murlianti, seperti dilansir Antara, Sabtu (18/2).

Melihat antusias dan animo calon penonton yang membludak, Yuli mengaku, pihaknya kemudian memutuskan menambah sebanyak 78 tiket. Namun, itu juga tidak sampai sehari sudah terjual 38 tiket.

"Jadi sekarang tersisa 40 tiket lagi buat yang beruntung. Kami buka lagi penjualan tiketnya dengan sistem booking hingga Senin, 20 Februari 2017," katanya.

Mantan aktivis 98 itu, menyatakan, pihaknya cukup kaget dengan sambutan luar biasa dari masyarakat Lampung yang ingin menonton langsung kisah perlawanan penyair Widji Thukul yang sangat terkenal di kalangan aktivis prodemokrasi.

"Kami patut berbangga, ini menunjukkan bahwa animo masyarakat untuk menonton film ini sungguh luar biasa besar. Harapannya pemutaran tidak hanya sekali ini saja," ujarnya lagi.

Ketua Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND) Lampung Risma Borthon yang juga salah satu panitia menjelaskan tentang sosok penyair Widji Thukul. Menurutnya, Widji Thukul adalah sosok aktivis unik yang menyuarakan perlawanan ketidakadilan rezim Orde Baru kala itu dengan syair-syair puisi, sehingga dia lebih dikenal di kalangan aktivis dibandingkan yang lain.

"Dengan menyuarakan puisinya pada setiap aksi demonstrasi mampu membakar semangat perlawan rakyat. Karena itulah dia sangat ditakuti rezim Soeharto kala itu, sehingga dia menjadi target untuk dihilangkan paksa. Dia diculik dan hilang, sampai kini tak diketahui rimbanya," paparnya.

Ia berharap, kehadiran film "Istirahatlah Kata-Kata" ini bisa menjadi harapan baru keluarga Widji Thukul dan keluarga aktivis lainnya yang dihilangkan paksa untuk mencari keadilan, sehingga terkuak siapa pelaku sebenarnya yang sudah menculik dan membunuh mereka.

"Jadi jelas ini alasan kenapa film ini layak diapresiasi dan ditonton masyarakat luas. Selain menghibur, juga mengungkap sejarah perlawanan terhadap Orde Baru," ujarnya lagi.

Film ini diproduksi kerja sama beberapa pihak, di antaranya Muara Foundation, Partisipasi Indonesia, Limaenam Films, dan Kawankawan Film.

Sutradara film itu Yosep Anggi Noen, dan Produser Film Yulia Evina Bhara, dengan Gunawan Maryanto berperan sebagai Widji Thukul, Marisa Anita pemeran Istri Thukul Sipon, aktris Melanie Subono, aktor Eduart Boang Manalu, Dhafi Yunan, dan Joned Suryatmoko serta pemain lainnya.

#Film Drama #Orde Baru #Aktivis 1998
Bagikan
Ditulis Oleh

Widi Hatmoko

Menjadi “sesuatu” itu tidak pernah ditentukan dari apa yang Kita sandang saat ini, tetapi diputuskan oleh seberapa banyak Kita berbuat untuk diri Kita dan orang-orang di sekitar Kita.
Bagikan