Ternyata Penyebar Poster Wajah Pangeran Diponegoro adalah Para Seniman


Pengunjung melihat karya yang dipamerkan dalam pameran Aku Diponegoro : Sang Pangeran dalam Ingatan, dari Raden Saleh hingga Kini di Galeri Nasional (Foto: Antarafoto)
MerahPutih Nasional - Pangeran Diponegoro menjadi simbol perjuangan melawan Koninklije Nederlands - Indische Lerger (KNIL), tentara kolonial Belanda selama perang kemerdekaan Indonesia pada 1945-1949. Di Jawa Tengah, basis Republik Indonesia, tersebar poster-poster perjuangan dalam ukuran besar yang menampilkan wajah Pangeran Diponegoro. Namun, belum pernah ada kajian khusus akan mengapa Diponegoro menjadi simbol perlawanan ini.
Padahal sejahar menunjukkan KNIL berawal sebagai pasukan khusus namanya NOIL untuk meredam perang Diponogoro pada 1825-1830. Pada masa perang kemerdekaan itu, para seniman terkemuka Indonesia ikut berkumpul di basis Republik Indonesia dan terlibat dalam mobilisasi perang. Merekalah pembuat poster perjuangan yang menampilkan wajah Pangeran Diponegoro.
BACA JUGA: 4 Pahlawan Indonesia yang Dijadikan Nama Jalan di Luar Negeri
Pada masa perjuangan maupun sesudah Indonesia merdeka, pelukis-pelukis terkemuka seperti Sudjojono, Hendra Gunawan, Harijadi Sumodidjojo, Basuki Abdullah, dan Sudjono Abdullah kerap mengangkat Diponogoro sebagai tema karya mereka.
"Beberapa di antaranya tampil dalam pameran ini, sebuah pameran bertajuk "Aku Diponegoro Sang Pangeran dalam Ingatan Bangsa"," kata Direktur Gothe Institute Indonesien, Dr. Heindrich Blomeka di gedung Galari Nasional Indonesia, Minggu (8/2).
Figur Pangeran Diponegoro mendapatkan kehormatan kembali setelah Ratu Juliana mengembalikan lukisan Raden Saleh, Penangkapan Pangeran Diponogoro, kepada Pemerintah Indonesia pada 1978. Lukisan penangkapan Diponegoro ini dibuat pada 1856-1857, pada kurun yang berdekatan dengan wafatnya Pangeran Diponogoro di pembuangan pada 8 Januari 1855.
BACA JUGA: Presiden SBY Anugerahi John Lie Gelar Pahlawan Nasional
Lukisan yang dihadiahkan pada Raja Belanda, Willem III, ini dianggap mengandung kritik tersembunyi. Raden Saleh mencela siasat tak etis pada penangkapan Pangeran Diponogoro dan kebohongan lukisan Nocolaas Pieneman dengan tema yang sama.
"Dari apa yang sekarang terungkap dari lukisan itu, kita juga dapat mengetahui bahwa berita penangkapan Pangeran Diponegoro ternyata tersebar ke Eropa," katanya.
Seniman yang masih hdup pada masa kini akhirnya menyadari pengetahuan baru tersebut. Hal itu tercermin dari pada karya-karya yang ditampilkan pada pameran yang dikunjungi ratusan orang ini. Beberapa karya mendampingkan Raden Saleh dan Pangeran Diponogoro serta menghubungkan kedua tokoh sejarah tersebut dengan embrio kesadaran nasional.
Karya lain melihat pemberontakan Diponegoro, dan sikap kritis Raden Saleh, sebagai bagian dari pergolakan sosial di Eropa dan daerah-daerah koloninya pada abad ke-19 peristiwa yang akan mengubah peta politik sosial dunia. Sementara karya-karya lainnya kritis melihat tanda-tanda sejarah ini dan lebih jauh mempertanyakan posisi masyarakat awam dalam sejarah. (hur)
Bagikan
Adinda Nurrizki
Berita Terkait
ARTSUBS 2025 Hadirkan Ragam Material dan Teknologi dalam Ruang Seni yang Lentur

PT KAI Gelontorkan Rp 3,05 Miliar Buat UMKM, Termasuk Pameran Internasional

Pameran ART SURA 2025 Bakal Tampilkan 172 Seniman dan 236 Karya Seni

Berlian dan Waktu: Eksplorasi Narasi Alam lewat Pameran Interaktif di Jakarta
Jakarta Fair Kemayoran Pada Tahun Ini Berkurang 7 Hari

Anak Gym Mesti Merapat, Indonesia Fitness Expo 2025 Pertemukan Penggemar Olah Raga dengan Jagoan Industri Kebugaran

Berbagai Aktivasi Seru yang Bisa Kamu Jumpai di Area 'This Is Taylor Swift: A Spotify Playlist Experience'

Pameran Lukisan Yos Suprapto Dibatalkan, Dianggap Bentuk 'Pemberedelan' dan Jadi Preseden Buruk

Aharimu Buka Pameran Seni Solo Bertajuk 'Figure A'

Pokemon Festival 2024 Resmi Dibuka, Tawarkan Pengalaman Libur Tahun Baru Ceria
