Rupiah Keok Pasca Tiongkok Devaluasi Yuan


Foto Ilustrasi (foto Antara)
MerahPutih, Keuangan-Bank Sentral China (People’s Bank of China/PBOC) mendevaluasi mata uang Yuan menambah penderitaan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Pada perdagangan pagi ini rupiah dibuka Rp13.800 per dollar AS lebih rendah dibandingan penutupan kemarin Rp13.607,4 per dollar AS.
Mengutip data Bloomberg pukul 08.45 WIB menunjukkan, rupiah terpuruk ke posisi Rp 13.810 per dollar AS. Posisi rupiah pagi ini merupakan yang terendah sejak 17 tahun terakhir. Untuk diketahui, posisi rupiah pernah berada di puncak rekor terlemah pada tanggal 17 Juni 1998 yakni di posisi Rp16.650 per dollar AS.
Sedangkan data Yahoo!Finance rupiah diperdagangkan di level Rp13.825 per dollar AS.
China kemarin mendevaluasi atau memperlemah kurs mata uang yuan setelah data ekonomi menunjukkan kinerja yang buruk. Bank Sentral China menetapkan tingkat penurunan resmi hampir 2 persen menjadi 6,2298 yuan per dolar AS. Langkah ini diperkirakan dilakukan untuk mendongkrak tingkat kompetisi barang ekspor Tiongkok yang terus tergerus. Selain akibat kenaikan produktivitas dan gaji buruh, juga akibat pelemahan “sengaja” mata uang negara kompetitor (seperti Korea dan Jepang).
Melalui siaran persnya, menilai Bank Indonesia (BI) menilai, rupiah akan semakin melemah akibat devaluasi Yuan.
"Pergerakan rupiah hari ini terutama sebagai reaksi dari keputusan pemerintah Tiongkok melakukan depresiasi dengan melebarkan rentang mata uangnya (currency band)," ujar Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara dalam keterangan tertulis.
Pemerintah Tiongkok melakukan depresiasi dengan melebarkan rentang mata uang mereka untuk mengurangi pelarian modal, meningkatkan daya saing Yuan agar mendorong ekspor, dan melindungi investor dalam negeri. Akibatnya, mata uang regional ikut terpukul, termasuk rupiah. Namun, kebijakan Tiongkok berdampak lebih parah dirasakan oleh dolar Singapura, won Korea, dolar Taiwan, dan bath Thailand.
BI meyakini efek ini hanya sementara. "Bank Indonesia akan selalu memonitor perkembangan rupiah dan terus menerus di pasar untuk menjaga volatilitas rupiah," katanya. (Luh)
Bagikan
Berita Terkait
Legislator Minta BI Tak Biarkan Nilai Rupiah Bergerak Liar

Rupiah Tembus di Atas Rp 16.000 per USD, BI Diminta Aktif Stabilkan

Cara BI Jaga Kestabilan Rupiah Usai Lebaran dan Memanasnya Konflik di Timur Tengah

Rupiah dan IHSG Kompak Melemah
