Ragunan Diambil Dari Nama Pangeran Wiraguna
MerahPutih Budaya - Pemberian nama tempat pada satu kawasan di Jakarta biasanya mengandung sebab atau maksud tertentu. Bisa jadi sebuah tempat diberikan nama berdasarkan topografi (keadaan alam), kelompok etnis tertentu, nama tumbuhan atau kedudukan pemiliknya. Ragunan adalah salah satu tempat yang diambil dari penguasa tunggal kala itu, Pangeran Wiraguna.
Kawasan Ragunan saat ini masuk dalam wilayah Kecamatan Pasar Minggu, Kota Madya Jakarta Selatan. Sebagian besar masyarakat mengenal ragunan sebagai sebuah arena wisata, atau kebun binatang ragunan. Hampir setiap akhir pekan
Ragunan selalu ramai diserbu para pengunjung dari berbagai kawasan di sekitar Jakarta. Mereka datang ke Ragunan sekedar melepas penat sambil berekreasi dan biasanya mengajak anak-anak. Sesekali para pengunjung mengenalkan
nama-nama hewan penghuni Ragunan kepada anak-anaknya.
Sejarah Ragunan
Rachmat Ruchiat dalam bukunya berjudul "Asal-Usul Nama Tempat di Jakarta" menjelaskan nama Ragunan diambil Pangeran Wiraguna, tuan tanah pertama di kawasan tersebut. Meski menyandang nama Pangeran Wiragunan, namun yang
bersangkutan sama sekali bukanlah orang pribumi, melainkan orang Belanda bernam asli "Hendrik Lucaasz Cardeel".
Gelar Pengeran Wiraguna sendiri diberikan oleh Sultan Banten Abunasar Abdul Qahar atau lebih dikenal dengan sebutan Sultan Haji.
Lantas timbul pertanyaan, mengapa orang asing asal negeri kincir angin mendapat gelar begitu tinggi dari Penguasa Banten kala itu ? Padahal Kesultanan Banten menjadi salah satu Kesultanan di Tanah Jawa yang begitu dalam membenci kehadiran Kolonial Belanda di bumi nusantara.
Kehadiran Cardeel di Banten terjadi pada tahun 1675, kala itu Kesultanan Banten dipimpin oleh Sultan Ageng Tirtayasa yang juga ayah kandung Sultan haji. Pada saat Sultan Ageng memimpin pemerintahan terjadilah malapetaka, sebagian dari Keraton Surasowan habis dilalap api. Singkat cerita sebagian pendpopo ageng dan beberapa ruang lain Kesultanan Banten ludes dilahap si jago merah.
Dalam keadaan demikian, Sultan Ageng tentu membutuhkan seorang arsitek handal untuk kembali membangun istannya yang porak-poranda. Dua bulan setelah insiden naas tersebut Cardeel tiba di Banten. Ia mengaku melarikan diri
dari Batavia dan ingin mengabdi di Kesultanan Banten. Bukan hanya itu Cardeel juga mengaku ingin memeluk agama Islam.
Berbekal keahlian yang dimiliknya, Cardeel ditunjuk sebagai pimpinan proyek (pimpro) oleh Sultan Ageng Tirtayasa. Prosesi pemugaran dilakukan, Keraton Surasowam diperbaiki. Kemudian Cardeel juga membangun bendungan air, tempat peristirahatan Sultan. Singkat cerita Cardeel berhasil memenuhi keinginan Sultan dan ia diberikan suaka untuk tinggal menetap di Kesultanan Banten.
Sultan Ageng Tirtayasa dan Anaknya Berselisih
Kesultanan Surosowan Banten baru saja dipugar. Istana yang semula terbakar sudah mulai tertata dan rapi kembali. Meski demikian gejolak politik di Kesultanan Banten terus menguat. Sultan Haji yang merupakan anak
kandung Sultan Ageng Tirtayasa terus mendesak untuk segera dinobatkan menjadi raja, menggantikan posisi ayahnya.
Permintaan Sultan Haji untuk segera dilantik sebagai penguasa Kesultanan Banten, tidak serta merta diiyakan begitu saja oleh Sultan Ageng. Sebab, bukan perkara mudah untuk duduk sebagai raja dan memimpin rakyat. Kesal
permintaannya tidak dituruti sang ayah, Sultan haji merancang sebuah upaya makar untuk menurunkan ayahnya dari tampuk kekuasaan Banten.
Rencana disiapkan dengan matang. Prajurit pilih tanding disiagakan untukmerebut kekuasaan dari Sultan Ageng Tirtayasa. Bukan hanya itu Sultan Haji juga meminta bantuan Kompeni untuk merebut kekuasaan dari tangan ayahnya. Permintaan tersebut disambut dengan hangat oleh pihak kolonial Belanda. Adapun pihak yang diutus Sultan Haji ke Batavia untuk meminta bantuan adalah Cardeel. Ahkirnya gabungan tentara Sultan Haji dengan dibantu pihak Kompeni berhasil merebut tahta dan menyingkirkan Sultan Ageng Tirtayasa dari singgasananya. Atas jasanya itulah, Cardeel diberikan gelar Pangeran Wiraguna.
Kehadiran Pengeran Wiraguna di Banten banyak tidak disukai banyak penduduk. Meski menyandang posisi terhormat, namun dimata rakyat Banten Cardeel adalah seorang asing yang ikut menumbangkan kekuasaan Sultan Ageng Tirtayasa.
Akhirnya pada tahun 1689, Cardeel pamit kepada Sultan Haji dengan dalih hendak pulang ke negerinya. Namun yang terjadi Cardeel tidak pernah kembali ke Belanda, dan memilih menetap di Batavia. Cardeel yang semula memeluk agama Islam, juga kembali menjadi pemeluk agara Kristen. Cardeel yang juga Pengeran Wiraguna menetap disebuah kawasan Selatan Batavia. Oleh penduduk sekitar kawasan tersebut dinamai Ragunan, yang diambil dari kata Wiraguna. Sampai akhir hayatnya ia menetap disana. Hingga kini makanya dikeramatkan oleh sebagian orang.
Bagikan
Rendy Nugroho
Berita Terkait
Awas Lampu Nyeleneh! Jangan Sampai Mata Harimau Sumatera 'Silau' Saat Ragunan Buka Malam
Rahasia Omzet Naik 50 Persen, Pedagang Dimsum Ragunan Happy Berkat Satwa Malam
Uji Coba Kedua 'Night at The Ragunan Zoo': 4.713 Pengunjung Rela Antre Demi Hewan Bengong
Begini Cara Pengunjung Nikmati Night at The Ragunan Zoo
DPRD DKI Soroti Harga Buggy Wisata Malam Lebih Mahal Ketimbang Tiket Masuk Ragunan
DPRD DKI Protes Tarif Buggy Wisata Malam Ragunan Rp 250 Ribu, Minta Dikaji Ulang
Wisata Malam Ragunan, DPRD Minta Pemprov DKI Sediakan Alternatif Angkutan Murah untuk Warga
Rahasia Satwa Antistres Saat Taman Margasatwa Ragunan Buka Malam Hari
Satpol PP DKI Tindak Pengunjung yang Berbuat tak Pantas di Wisata Malam Ragunan
Wisata Malam di Taman Margasatwa Ragunan Berpeluang Jadi Agenda Rutin Jika Antusiasme Warga Tinggi