Produsen Jenang Kudus Masih Uji Coba Bahan Bakar Alternatif Pengganti Kayu Bakar

Widi HatmokoWidi Hatmoko - Selasa, 21 Februari 2017
Produsen Jenang Kudus Masih Uji Coba Bahan Bakar Alternatif Pengganti Kayu Bakar
Proses pengemasan jenang Kudus. (FOTO Antara/Yusuf Nugroho)

Guna mendukung program pelestarian hutan, produsen jenang di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah mulai mengurangi penggunaan bahan bakar kayu. Saat ini para produsen jenang Kudus mulai melakukan sejumlah uji coba untuk memilih bahan bakar mana yang cocok untuk memasak jenang.

Direktur Utama Mubarokfood Kudus Muhammad Hilmy menjelaskan, pihaknya telah melakukan uji coba dengan menggunakan beberapa bahan seperti gas, batu bara hingga biomassa.

Dari sejumlah uji coba itu, kata Hilmy, bahan bakar biomassa masih memiliki hasil yang hampir sama dengan menggunakan kayu bakar. Sedangkan meggunakan gas dan batu bara hasilnya kurang memuaskan. Terutama dari sisi rasa jenangnya, berbeda kualitasnya ketika menggunakan kayu bakar.

"Hingga kini, kami memang masih melakukan sejumlah uji coba bahan bakar alternatif yang memang lebih ramah terhadap kelestarian hutan," kata Muhammad Hilmy, seperti dilansir Antara, Selasa (21/2).

Namun demikian, lanjut Hulmy, untuk memilih biomassa sebagai bahan bakar untuk memasak jenang, pihaknya masih mempertimbangkan sejauh mana ketersediaan jenis bahan bakar ini di pasaran. Karena, ia khawatir, ketika sudah memilih menggunaan biomassa sebagai bahan bakar produksi jenang, tiba-tiba di pasaran ternyata bahan bakar ini langka.

"Jangan sampai, ketika beralih ke biomassa justru tidak tersedia bahan bakar yang cukup," ujarnya.

Ia juga menyatakan dukungannya terhadap upaya pelestarian hutan dengan turut mengurangi penggunaan bahan bakar kayu untuk proses memasak pada usahanya.

Sebelumnya, PT Putra Kudus pernah mendapatkan penghargaan dalam bidang rintisan teknologi industri tahun 2010 dari Kementerian Perindustrian Republik Indonesia atas temuan kompos biomassa siklon.

Keunggulan kompor biomasa tersebut, di antaranya tidak menimbulkan polusi asap dan bahan bakar yang digunakan juga cukup murah. Karena hanya memanfaatkan sampah daun tumbuh-tumbuhan, kertas, serbuk kayu, sekam dan ampas biji jarak.

Bahkan, bahan bakar sampah sebesar 1 kilogram diklaim bisa digunakan untuk memasak selama 30 menit. Sementara dengan bahan bakar ampas biji jarak sebanyak 3 kg mampu digunakan untuk memasak selama tiga jam.

Kompor biomassa ciptaan perusahaan di Kudus tersebut menggunakan alat bantu blower agar pengapiannya bisa stabil dan disesuaikan dengan kebutuhan.
Selain bahan bakar yang diperoleh cukup mudah dan tidak menimbulkan polusi, kompor biomassa ini juga tidak ada risiko meledak seperti kompor biasa atau kompor gas.

#Festival Jenang Solo 2017 #Budaya Kudus #Kementerian Lingkungan Hidup Dan Kehutanan
Bagikan
Ditulis Oleh

Widi Hatmoko

Menjadi “sesuatu” itu tidak pernah ditentukan dari apa yang Kita sandang saat ini, tetapi diputuskan oleh seberapa banyak Kita berbuat untuk diri Kita dan orang-orang di sekitar Kita.
Bagikan