Presiden Jokowi: Jagalah Obor Persatuan


Presiden Jokowi (tengah) didampingi Soekarwo (kiri) menerima buku berjudul Di Bawah Bendera Revolusi dari Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Sukarnoputri (kanan)
MerahPutih Nasional - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk menyalakan obor persatuan. Obor persatuan itu berguna bagi bekal masyarakat Indonesia untuk menghadapi segala bentuk tantangan kebangsaan yang semakin berat dan berliku.
"Kita harus berani dan tegas dalam menghadapi ancaman terhadap kepentingan nasional, tanpa kompromi menghadapi para mafia yang merugikan kepentingan nasional kita. Mulai dari mafia migas, mafia impor, sampai mafia illegal fisihing," tegasnya dalam Kongres Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA-GMNI), berdasarkan keterangan pers yang diterima merahputih.com, di Jakarta, Jumat, (7/8).
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu mengatakan, persatuan merupakan senjata dalam menghadapi tantangan sebagai masyarakat majemuk. Dimana perbedaan seringkali dijadikan alasan untuk memunculkan konflik horizontal atau tidakan kekerasan dengan mengatas namakan agama, ras ataupun golongan.
Selain itu katanya, generasi muda di Indonesia saat ini juga menghadapi bahaya narkorba. Dimana, jumlah penggunanya meningkat dari waktu ke waktu. Bahkan, jumlah kematian akibat penyalahgunaan narkoba sudah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan.
"Tantangan lainnya adalah kemiskinan, keterbelakangan dan ketimpangan. Karena belum semua warga negara memiliki akses listrik. Masih banyak rakyat di kawasan perbatasan dan pulau-pulau terluar belum mendapatkan pelayanan pendidikan dan kesehatan yang memadai," ujarnya.
Sebagai informasi, dalam Kongres Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA-GMNI), Presiden juga mengajak semua untuk mengingat kembali pidato tertulis Bung Karno, Bapak Bangsa dan Proklamator Kemerdekaan.
"Jalan perubahan adalah jalan ideologis yang bersumber pada Pancasila dan Trisakti. Bangsa ini hanya akan mampu bertahan dalam deraan gelombang sejarah apabila dipandu oleh suatu ideologi sebagai penuntun, sebagai penggerak, sebagai pemersatu perjuangan dan sebagai bintang pengarah," katanya.
Lebih lanjut dia mengatakan jalan ideologis adalah jalan yang mengharuskan masyarakat untuk berpihak. Yakni berpihak pada kepentingan rakyat, pada nasib seorang petani di sebuah desa di daerah Bandung yang dijumpai Bung Karno sekitar tahun 1926. Petani yang hidup dengan keterbatasan namun tetap memiliki semangat berjuang memenuhi kebutuhan hidupnya. Bahkan menurutya, Bung Karno kemudian mengabadikan nama petani bernama Marhaen itu untuk menunjuk pada setiap rakyat Indonesia yang hidupnya tertindas namun memiliki keyakinan untuk berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi, dan berkepribadian Indonesia.
Jokowi mengingatkan, bahwa Bung Karno menyampaikan bahwa marhaenis adalah setiap pejuang dan setiap patriot bangsa yang mengorganisir berjuta-juta kaum Marhaen. Mereka adalah yang bersama-sama dengan tenaga rakyat hendak menumbangkan sistem yang menindas, yang tidak ber perikemanusiaan dan berperikeadilan. Mereka, yang bersama-sama dengan rakyat Marhaen, membanting tulang untuk membangun negara dan masyarakat, yang kuat, bahagia sentosa, adil dan makmur.
"Apa yang disampaikan Bung Karno adalah piagam dan sekaligus amanat kepada kita untuk tidak melupakan rakyat marhaen, rakyat yang melarat atau yang dimelaratkan," tegasnya.
Oleh sebab itu dirinya menghimbau kepada seluruh petinggi untuk tidak boleh meninggalkan rakyat, para pembantu rumah tangga, pedagang kecil, buruh, petani, guru, hingga tukang cuci pakaian, rakyat di perbatasan dan pulau-pulau terluar, dan rakyat kecil lainya yang belum sepenuhnya merasakan kemerdekaan dan benar-benar berdaulat dalam arti sesungguhnya. Meskipun, untuk mewujudkan cita-cita sebagai bangsa yang berdaulat, berdikari dan berkepribadian, bukanlah jalan yang mudah.
Banyak tantangan-tantangan baru yang harus kita hadapi. Misalnya melindungi kedaulatan teritorial yang membentang dari Sabang-Merauke, dari Pulau We sampai Pulau Rote. Harus menjaga laut dari tindakan illegal fishing. Harus mampu menjaga seluruh kekayaan alam yang terkandung dalam bumi pertiwi dari tindakan illegang mining. Menjaga hutan dari illegal logging.
“Kita juga harus melindungi dan memberi rasa aman pada segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, dari tindakan perdagangan manusia dan kejahatan kemanusiaan lainnya,” tandasnya.(rfd)
Bagikan
Berita Terkait
Ajukan Banding, DPP GMNI Ajak Penggugat Dialog dan Mediasi

Cerita Ajudan Saat Jokowi Pemulihan Sekaligus Liburan di Bali Bersama Semua Cucu

Anggota Watimpres Era Presiden Jokowi, Djan Faridz Jalani Pemeriksan KPK

Pulang ke Solo, Jokowi Akan Dilibatkan dalam Kegiatan Kampung oleh Pengurus RT/RW Setempat

H-1 Pensiun, Mural Infrastruktur Era Jokowi Mejeng di Jalan Slamet Riyadi

Hari Kerja Terakhir di Istana Negara, Jokowi Bicarakan Proses Transisi Pemerintahan

Mitos Seputar Pohon Pulai yang Ditanam di Istana Negara oleh Jokowi

[HOAKS atau FAKTA]: Jokowi Marah karena Prabowo Tiba-tiba Pilih Anies Jadi Wapres
![[HOAKS atau FAKTA]: Jokowi Marah karena Prabowo Tiba-tiba Pilih Anies Jadi Wapres](https://img.merahputih.com/media/8e/c3/68/8ec368373b1f5bed8e9627aeb68c36e7_182x135.jpeg)
Di Penghujung Jabatan, Jokowi Bentuk Korps Pemberantasan Korupsi Polri

Gantikan Heru Budi, Sekda Joko Ditunjuk Jadi Plh Pj Gubernur Jakarta
