Politikus-Negarawan yang Lampaui Kebesaran Partai dan Parlemen

Adinda NurrizkiAdinda Nurrizki - Sabtu, 07 Maret 2015
Politikus-Negarawan yang Lampaui Kebesaran Partai dan Parlemen

Tokoh Masyumi Muhammad Natsir (Foto: Youtube)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

MerahPutih Nasional - Adalah Muhammad Natsir (17 Juli 1908-6 Februari 1993) salah seorang bapak bangsa yang mendedikasikan hidupnya untuk meraih dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia (RI). Sebagai seorang politikus, Natsir memegang teguh prinsip dan ideologi perjuangan partai. 

Di awal kemerdekaan perbedaan pendapat dan pandangan sudah menjadi hal biasa. Kala itu Natsir berkecimpung di Partai Masyumi. Sebagai seorang politikus tentu saja Muhammad Natsir kerap beradu argumentasi dengan lawan politiknya, baik dari Partai Nasionalis Indonesia (PNI), Partai Komunis Indonesia (PKI), Partai Sosialias dan sebagainya. 

Di kalangan politikus kala itu adu argumentasi sudah menjadi hal biasa, perbedaa sikap, pendapat dan pandangan tidak membuat para politikus bercerai berai. Meski kerap berbeda visi-misi dan pandangan, namun para politikus satu sama lain saling menghormati. Usai berdebat panjang, mereka akan duduk dalam satu meja sambil meneguk secangkir kopi. Dalam menghadapi Belanda dan kaum Kolonialis, mereka bahu-membahu satu sama lain. 

Dalam berpolitik Muhammad Nastir memegang teguh prinsip santun, bersih, konsisten dan teguh dalam pendirian. Natsir juga pernah menolak pemberian mobil mewah dari seorang pengusaha. Natsir lebih memilih menggunakan mobil pribadi De Soto miliknya yang sudah kusam. (Baca:  Agus Salim: Ketegasan Diplomat Berlidah Tajam)

Sebagai seorang politikus Muhammad Nastir juga kerap duduk satu meja dengan D.N. Aidit yang kala itu menjabat sebagai Ketua Central Committee Partai Komunis Indonesia (PKI). Natsir juga pernah berpolemik tajam pada tahun 1930-an dengan Sukarno. Saat Sukarno diadili di Bandung, Natsir adalah salah satu orang yang membela proklamator tersebut. Meski kerap berbeda ide dan pikiran dalam dunia abstrak, Natsir dan Sukarno menjalin kerja sama dalam dunia konkret. Keduanya bahu-membahu menyelatkan Indonesia yang terancam eksistensinya kala itu. 

Beberapa jabatan strategis pernah digenggam Muhammad Natsir, saat Sutan Syahrir menjabat sebagai Perdana Menteri, Natsir menjabat sebagai Menteri Penerangan. Kemudian pada awal tahun 1950, Natsir menjabat sebagai Perdana Menteri. 

Saat menjabat sebagai Perdana Menteri, Muhammad Natsir tidak mendapat dukungan dari PKI dan PNI, akibatnya Natsir mengalami kesulitan dalam membentuk kabinet. Presiden Sukarno sendiri saat itu segera turun tangan. Meski tidak mendapat dukungan PNI dan PKI namun Natsir tetap membentuk kabinet yang berisi 18 orang profesional. Namun sayang kabinet yang dibentuk Natsir hanya bertahan 7 bulan. (Baca:  Agus Salim: Jurnalis Berpena Tajam)

Muhammad Natsir memang telah tiada, ia telah pergi menghadap sang pencipta untuk selamanya. Ibarat pepatah, harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading, begitu juga Natsir yang sudah tiada. Ia pergi meninggalkan tauladan, contoh dalam menjalankan politik santun, saling menghargai dan menghormati. 

Politik santun itulah yang perlu dikembalikan bahkan ditauladani oleh para politikus masa kini. Terlebih saat dunia politik masa kini terasa pengap dengan skandal korupsi, bahkan skandal seks. Hal tersebut diperparah dengan sikap wakil rakyat yang semakin jauh dari konstituen. Atas nama demokrasi mereka berlomba mengejar popularitas, meniti karier politiknya. 

Dalam situasi dan kesulitan ekonomi yang mendera rakyat, para politikus malah asyik mengendarai mobil mewah, berjalan keluar negeri dengan dalih kunjungan kerja (kunker). Sebaliknya tidak ada partai politik yang memberikan teguran kepada anggotanya yang berperilaku rendah. Teguran baru disampaikan saat anggota partai berbeda sikap dengan para pemimpinnya. Pada saat itulah partai akan melakukan Pergantian Antar Waktu (PAW) kepada anggotanya yang dinilai berseberangan dengan para pemimpinnya. 

Sikap santun, khidmat, bersahaja yang ditampilkan Natsir menjadi barang langka. Natsir memang sudah tiada, tapi ide dan gagasannya akan tetap ada. Ia akan tetap dikenang sebagai salah satu bapak bangsa yang mendedikasikan hidupnya untuk kejayaan merah putih. Natsir adalah sosok politikus-negarawan yang melampaui kebesaran partai, parlemen, bahkan berdiri diatas kaki zaman. Kepada Natsirlah, para politikus perlu belajar banyak. (bhd) 

#Sejarah Indonesia #Pahlawan Nasional #Muhammad Natsir #Dulu Dan Kini #70 Tahun Indonesia Merdeka
Bagikan
Ditulis Oleh

Adinda Nurrizki

Berita Terkait

Indonesia
Amnesty International Indonesia Desak Pemerintah Cabut Nama Soeharto dari Daftar Calon Pahlawan Nasional
Amnesty International Indonesia menilai upaya menjadikan Soeharto sebagai pahlawan nasional merupakan bentuk pengkhianatan terhadap Reformasi.
Ananda Dimas Prasetya - Kamis, 23 Oktober 2025
Amnesty International Indonesia Desak Pemerintah Cabut Nama Soeharto dari Daftar Calon Pahlawan Nasional
Indonesia
Soeharto Diusulkan Jadi Pahlawan, Politisi PDIP: Aktivis 1998 Bisa Dianggap Pengkhianat
Soeharto kini diusulkan jadi pahlawan nasional. Politisi PDIP mengatakan, bahwa aktivis 1998 bisa dianggap sebagai pengkhianat.
Soffi Amira - Kamis, 23 Oktober 2025
Soeharto Diusulkan Jadi Pahlawan, Politisi PDIP: Aktivis 1998 Bisa Dianggap Pengkhianat
Indonesia
40 Nama Calon Pahlawan Nasional Resmi Diajukan, Ada Marsinah, Ali Sadikin, Hingga Soeharto
Kementerian Sosial (Kemensos) resmi mengajukan 40 nama untuk diseleksi menjadi calon penerima anugerah gelar Pahlawan Nasional tahun ini.
Wisnu Cipto - Rabu, 22 Oktober 2025
40 Nama Calon Pahlawan Nasional Resmi Diajukan, Ada Marsinah, Ali Sadikin, Hingga Soeharto
Indonesia
Golkar Nilai Wacana Soeharto Jadi Pahlawan Nasional Sebagai Hal Wajar, Era Orde Baru Resmi Dihormati Negara?
Setiap bangsa besar menghargai para pendirinya, pemimpinnya
Angga Yudha Pratama - Rabu, 22 Oktober 2025
Golkar Nilai Wacana Soeharto Jadi Pahlawan Nasional Sebagai Hal Wajar, Era Orde Baru Resmi Dihormati Negara?
Indonesia
Rumah Kecil Pahlawan Nasional Slamet Riyadi Memprihatinkan, DPRD Solo Ajukan Dana Revitalisasi APBD
Rumah kecil Slamet Riyadi terakhir direhab tahun 1937.
Frengky Aruan - Senin, 18 Agustus 2025
Rumah Kecil Pahlawan Nasional Slamet Riyadi Memprihatinkan, DPRD Solo Ajukan Dana Revitalisasi APBD
Indonesia
Pejuang dan Tokoh Pendiri DI/TII Daud Beureueh Diusulkan Dapat Gelar Pahlawan Nasional, Ini Kiprahnya
Natsir dan Sjafruddin Prawiranegara pada era Orde Lama dan Orde Baru juga pernah dianggap pemberontak PRRI.
Alwan Ridha Ramdani - Jumat, 11 Juli 2025
Pejuang dan Tokoh Pendiri DI/TII Daud Beureueh Diusulkan Dapat Gelar Pahlawan Nasional, Ini Kiprahnya
Indonesia
Fraksi Golkar Minta Rencana Penulisan Ulang Sejarah Indonesia Ditinjau Kembali
"Jangan sampai sejarah ditulis oleh pemenang itu terjadi."
Wisnu Cipto - Selasa, 17 Juni 2025
Fraksi Golkar Minta Rencana Penulisan Ulang Sejarah Indonesia Ditinjau Kembali
Tradisi
Mengapa Indonesia Punya Banyak Pahlawan Nasional? Sejarah Pemberian Gelar Pahlawan dan Kontroversi Panasnya
Gelar Pahlawan Nasional bukan cuma soal jasa, tapi juga politik dan kontroversi. Dari proses penetapan hingga perdebatan soal Soeharto—simak sejarah panjang dan panasnya di sini!
Hendaru Tri Hanggoro - Rabu, 11 Juni 2025
Mengapa Indonesia Punya Banyak Pahlawan Nasional? Sejarah Pemberian Gelar Pahlawan dan Kontroversi Panasnya
Indonesia
Penulisan Ulang Sejarah Indonesia Diklaim Sudah Disetujui, Bakal Habiskan Anggaran Rp 9 Miliar
Pembaruan buku sejarah Indonesia dilaksanakan mulai Januari 2025 dan ditargetkan rampung Agustus 2025.
Alwan Ridha Ramdani - Minggu, 01 Juni 2025
Penulisan Ulang Sejarah Indonesia Diklaim Sudah Disetujui, Bakal Habiskan Anggaran Rp 9 Miliar
Indonesia
Tulis Sejarah Ulang Indonesia, Menbud Fadli Zon Libatkan 113 Penulis
Proyek penulisan ulang buku sejarah Indonesia
Wisnu Cipto - Senin, 26 Mei 2025
Tulis Sejarah Ulang Indonesia, Menbud Fadli Zon Libatkan 113 Penulis
Bagikan