Terdapat dua jenis kain tenun ikat asal Lio, Kabupaten Ende, Flores. Kain tenun untuk kaum wanita disebut lawo sedangkan kain tenun untuk kaum pria disebut ragi. Untuk kain tenun pria terdapat tiga macam nama yaitu kain tenun ragi teki, ragi leda, dan ragi tega, namun kain tenun untuk kaum wanita lebih banyak macamnya. Setiap kain tenun yang dibuat memakan waktu selama 3 bulan mulai dari proses awal hingga siap dipasarkan, dengan proses waktu penenunan selama 3 minggu. Pameran menampilkan sebuah alat tradisional tenun ikat asal Kabupaten Ende. Peralatan yang digunakan untuk membuat tenun ikat adalah warisan dari leluhur dengan struktur alat yang sangat kuat dan tahan lama. Pewarna yang digunakan berbahan alam seperti mengkudu, daun tarum, dan beberapa jenis daun lain termasuk jenis akar-akaran. Pengolahan pewarna membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga menghasilkan motif tenun yang berkualitas. Selain itu, cuaca juga menentukan kualitas pewarnaan tenun. Para penenun biasa membutuhkan panas matahari untuk mengeringkan benang-benang yang sudah dicelup. Tidak sedikit pengunjung Pameran Pesona Kain Dan Budaya Ende yang belajar lebih dalam tentang beragam jenis kain tenun ikat khas Ende. Unit Pengelola Museum Seni Jakarta sukses menggelar Pameran Pesona Kain dan Budaya Ende di Museum Tekstil Jakarta.