Pesan Damai dari Cirebon untuk Indonesia

Luhung SaptoLuhung Sapto - Sabtu, 31 Desember 2016
Pesan Damai dari Cirebon untuk Indonesia
Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat. (MP/Mauritz)

MerahPutih Indonesia - Tahun 2016 segera berganti menuju tahun 2017. Di penghujung tahun 2016, Keraton Kasepuhan Cirebon, Jawa Barat menggelar pentas seni bertajuk "Pesan Damai Dari Cirebon Untuk Indonesia".

Pagelaran ini diadakan Sabtu (31/12) malam di salah satu destinasi wisata di Cirebon yakni Goa Sunyaragi.

Tepat di malam pergantian tahun, sebanyak 1.000 lampion diterbangkan, 1.000 balon akan dilepaskan, ditambah sebanyak 250 kembang api yang akan menerangi langit Cirebon.

Sultan Sepuh XIV, Pangeran Raja Adipati (PRA) Arief Natadiningrat mengatakan, pagelaran 'Pesan Damai Dari Cirebon Untuk Indonesia' didukung sekitar 1.000-an penari dan seniman yang akan menampilkan tarian tradisional dan modern, batik fashion show, hadroh dan sholawatan.

"Pagelaran ini menampilkan seni tari, peluncuran lampion dan balon untuk menyampaikan pesan damai untuk Indonesia," katanya.

Sultan menyatakan, lampion kembang api dan balon memiliki makna bahwa cahaya yang di pancarkan dapat menerangi hati manusia agar terbuka mata hatinya untuk saling menjaga kerukunan, persatuan, dan perdamaian.

"Cahaya yang kita terbangkan dari Cirebon ini akan menerangi seluruh Indonesia, menerangi dalam hal kebaikan, menerangi dalam hal kedamaian, menerangi dalam hal Kebhinekaan," tuturnya.

Ia pun berharap, cahaya yang dipancarkan dari Cirebon akan menerangi seluruh pelosok Indonesia dan hati nurani manusia.

"Saya berharap tidak ada lagi gelap gulita di Indonesia. Sehingga kita dijauhkan dari saling mencaci, gontok-gontokkan, saling menghujat, dan saling memfitnah, yang merupakan simbol kegelapan hati manusia," terangnya.

Ia melanjutkan, kedamaian di Cirebon sudah terpelihara sejak lebih dari 600 tahun yang lalu sehingga dirinya merasa optimistis bahwa pesan kedamaian yang dikemas melalui pagelaran seni dan budaya ini akan sampai ke seluruh penjuru nusantara.

"Sebetulnya kita sudah tidak berbicara persatuan dan kesatuan lagi, toleransi dan tidak berbicara saling menghargai lagi. Karena Cirebon ini sudah sejak 600 tahun lalu terbentuk dari berbagai suku, agama, budaya, dan bangsa. Cirebon memang punya karakter demikian," pungkasnya. (Mauritz)

#Cirebon #Wisata Cirebon #Keraton Kasepuhan
Bagikan
Ditulis Oleh

Luhung Sapto

Penggemar Jones, Penjelajah, suka makan dan antimasak
Bagikan